Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136376 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Barlian
"Tesis ini bertujuan mengetahui faktor-faktor apa raja yang mempengaruhi permintaan bahan bakar minyak di Indonesia serta untuk mengetahui faktor mana yang dominan dalam permintaan bahan bakar minyak di Indonesia, bahan bakar minyak terdiri dari minyak tanah, bensin, dan solar. Dalam tulisan ini menggunakan data panel periode 1995 -- 2000 untuk ketiga jenis bahan bakar minyak.
Hasil studi menunjukkan bahwa permintaan minyak tanah di Indonesia dipengaruhi oleh harga minyak tanah, harga LPG, jumlah penduduk, PDRB, permintaan minyak tanah sebelumnya, dengan faktor yang dominan adalah permintaan minyak tanah sebelumnya. Sedangkan pada permintaan bensin pada sektor transportasi, dipengaruhi oleh harga bensin, jumlah penduduk, PDRB, permintaan bensin tahun sebelumnya serta total kuantitas kendaraan, dengan faktor yang paling dominan adalah jumlah penduduk. Pada permintaan solar pada transportasi, dipengaruhi oleh harga solar, jumlah penduduk, PDRB, permintaan solar sebelumnya, dan total kuantitas jumlah kendaraan yang berbahan bakar solar, dengan faktor yang dominan adalah jumlah penduduk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Wenny Widjajanti
"Sebagai salah satu komoditas penting yang dibutuhkan masyarakat, kestabilan harga merupakan salah satu hal yang periu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pada periode 1980-1997 (kebijakan monopoli BULOG/Badan Urusan Logistik), harga gula meningkat stabil. Sedangkan pada periode sesudahnya (1998-2004), harga guia berfiuktuasi. Meskipun pemerintah melakukan intervensi melaiui kebijakan, namun harga yang terjadi tetap melalui mekanisme pasar yaitu interaksi permintaan dan penawaran. Secara umum, permintaan gula tidak dapat dipenuhi seluruhnya dari :produksi gula dalam negeri, sehingga Indonesia harus mengimpor gula. Permintaan gula secara nasional diperkirakan akan terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk, dan konsumsi gula. Sedangkan penawaran gula terdiri dari produksi gula dalam negeri dan impor guia. Peningkatan produksi gula dalam negeri perk] dilakukan untuk mendukung swasembada gula di tahun 2007 untuk gula konsumsi rumah tangga, dan tahun 2009 untuk total konsumsi gula. Secara teoritis harga gula akan ditentukan oleh berbagai faktor yang menentukan perubahan-perubahan terhadap penawaran dan permintaan gula dalam negeri. Faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing sisi tersebut menjadi menarik untuk dipelajari, karena selain karakteristik struktur pasar gula di Indonesia bersifat oligolpoii, pemerintah juga melakukan kebijakan di bidang pergbaaan yang mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Permintaan gula dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan harga gula dalam negeri. Impor gula dipengaruhi oleh produksi guia dalam negeri, dan kebijakan bea masuk impor gula. Harga gula dalam negeri dipengaruhi oleh permintaan gula, dan kebijakan harga provenue/dana talangan pembelian gula petani. Penawaran gula terdiri dari produksi gula dan impor gula. Produksi tebu merupakan perkalian antara luas lahan dengan produktivitas tebu, dan produksi gula diperoleh dari perkalian antara produksi tebu dan rendemen.
Melalui pengujian ekonometrika, maka dapat disimpulkan bahwa selama periode kebijakan monopoli BULOG (1980-1997) permintaan gula, impor gula, maupun harga gula dalam negeri mengalami peningkatan yang cukup stabil, dibandingkan periode setelah monopoli BULOG (1998-2004). Kebijakan yang dijalankan pemerintah selama tahun 1980-2004 antara lain kebijakan harga provenue/dana talangan pembelian gula petani, yang merupakan kebijakan penting dalam upaya mengendalikan harga gula dalam negeri, dimana pemerintah menetapkan "harga dasar" gula di tingkat produsen. Namun pemerintah perlu menyesuaikan besaran nilai rupiah yang tepat sesuai dengan keadaan Indonesia.
Berdasarkan faktor produksi gula, Program Akselerasi Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula Nasional yang berdampak positif pada peningkatan hasil tebu dan produktivitas hablur di tahun 2004, tetap dilanjutkan dengan meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian terutama untuk mengembangkan teknologi varietas tebu unggul dan teknologi mesin pabrik.
Sedangkan faktor kebijakan bea masuk impor gula dilakukan utnuk membatasi jumlah impor gula yang masuk ke Indonesia. Namun, tarif bea masuk impor gula Indonesia masih Iebih rendah dibanding negara-negara lain. Untuk itu pemerintah perlu mempertimbangkan untuk menaikkan tarif bea masuk impor tersebut, namun hares secara hati-hati dan didahului dengan kajiab Iebih mendalam dan komprehensif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Kurniawan
"Tesis ini berisikan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang dalam perekonomian Indonesia, khususnya uang dalam arti luas (M2) dalam periode data triwulan satu tahun 2000 sampai triwulan tiga tahun 2011. Analisis menggunakan modifikasi model G.S. Laumas dan J.S. Fackler (1987), dan Andreas Beyer (1998). Variabel yang digunakan dalam tulisan ini adalah uang beredar dalam arti luas (M2), Produk domestik bruto (PDB riil), inflasi, tingkat bunga dan nilai tukar (kurs). Data diolah dengan menggunakan model Ordinary Last Squares (OLS). Data yang digunakan adalah data time series dari publikasi Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil pengolahan menunjukan data yang dianalisis bersifat non-stasioner. Dengan menggunakan metode OLS disertai variabel ARMA (autoregressive dan moving average), dalam pengolahan model dijumpai hubungan yang signifikan antara perubahan faktor-faktor (determinan) yang digunakan terhadap pertumbuhan permintaan uang (M2) di Indonesia.

This thesis contains a study to examine the determinants of demand for money (broad money ? M2) growth in Indonesia, using data period from Q1.2000 to Q3.2011. The model analysis is based on modified model from GS Laumas and J.S. Fackler (1987) and Andreas Beyer (1998). The variables used are broad money (M2), gross domestic product (real GDP), inflation, interest rates, and exchange rates. Method of analysis is Ordinary Last Squares (OLS). Data used are quarterly time series from publications of Bank Indonesia and Badan Pusat Statistik (BPS). The data showed a non-stationary result. By using the method of OLS and variables of ARMA (autoregressive and moving average), the findings showed a significant relationship between all determinants on the growth of demand for broad money (M2) in Indonesian economy."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T29878
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hartoyo
"Rumah sebagai sebuah barang merupakan sebuah bundel atau kesatuan dari banyak karakteristik yang melekat pada entitas rumah tersebut, seperti ukuran, kualitas, dan lokasinya. Harga atau nilai dari rumah merupakan penjumlahan dari harga implisit dari karakterlstik-karakteristik yang dimiliki oleh entitas rumah tersebut. Penetapan harga untuk barang yang termasuk dalam jenis ini pada umumnya digunakan pendekatan hedonik. Rosen (1974), telah mengembangkan dasar model hedonik ini untuk menganalisis harga dan permintaan rumah dan merekomendasikan penyelesaiannya dalam dua tahap, yaitu tahap penetapan harga dan dilanjutkan dengan tahap analisis permintaan rumah.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumah di Indonesia ini dilakukan dengan mengunakan data agregat propinsi dari Statistik Perumahan Susenas 2003, BPS. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa secara umum koefisien elastisitas peningkatan harga/nilai rumah dengan atribut karakteristik lantai berkisar -0,08, sedangkan koefislen elastisltas harga/nilai rumah dengan atribut karakteristik jamban sendiri dan fasilitas tangki septlk (SPAL) berklsar pada angka 0,10. Sementara itu berdasarkan nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan ternyata untuk status penguasaan rumah milik sendiri mempunyai koefislen elastisitas yang paling besar. Artinya bahwa dengan adanya dorongan untuk meningkatkan willingness to pay pada rumah tangga maka peningkatan permintaan rumah yang terbesar akan terjadi pada rumah dengan status penguasaan milik sendiri.
Status rumah milik sendiri pada dasarnya merupakan barang modal atau aset (capital goods) bagi rumah tangga tersebut. Oleh karena itu, maka kebijakan pemerintah di bidang perumahan yang mendorong sebanyak mungkin rumah tangga untuk dapat menghuni rumah milik sendirl dapat terus dilanjutkan bahkan ditingkatkan sesuai dengan kemampuan keuangan negara. Kebijakan tersebut dapat diternpuh meiaiui peningkatan pendapatan rumah tangga, penurunan harga jual rumah meiaiui " subsidi sesuai dengan daya bell (willingness to pay) yang ada, maupun melalul pengendailan Inflasi dan tingkat suku bunga investasi di bidang perumahan dan kredlt pemilikan rumah agar dapat menarik minat investasi dan permintaan di bidang perumahan.
Selanjutnya mengingat keputusan rumah tangga untuk memilih huniannya dalam bentuk rumah milik sendiri atau rumah sewa pada umumnya juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan peningkatan nilai pasar (capital gains) dari rumah, maka penelitian seianjutnya disarankan untuk dapat mengkaji permintaan rumah pada suatu lokasi kawasan permukiman tertentu yang leblh spesifik dengan mempertimbangkan pengaruh tingkat suku bunga dan peningkatan nilai pasar (capital gains) dari rumah tersebut."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Astuti
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor beras di Indonesia. Komponen permintaan impor beras meliputi harga realtif, GDP, jumlah penduduk, dummy tariff, dummy produksi. Teknik analisa yang digunakan adalah uji kointegrasi proedur Johansen untuk melihat hubungan jangka pnajang dan error correction model untuk estimasi jangka pendek dengan menggunakan data tahun 1972-2005.
Dari hasiluji kointegrasi terlihat adanya pengaruh komponen jnagka panjang berupa harga relatif berpengaruh negatif, jumlah penduduk berpengaruh positif, GDP berpengaruh positif. Menunjukan bahwa persamaan struktural mempunyai tanda parameter sesuai dengan harapn. Sedangkan dari hasil regresi kesalah, semua variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap permintaan impor beras Indonesia. ECT yang signifikan secara statistik mwnunjukan ECM yang dibangun adalah model untuk menggambarkan jangka pendek maupun jangka panjang."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T27720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardyana Listyowati
"Perdagangan lada dunia saat ini dikuasai oleh 5 negara penghasil lada terbcsar
yaitu Vietnam, India, Indonesia, Brazil dan Malaysia* Sedangkan negara yang permintaan
ekspornya besar adalah Amerika Serikat, Belanda, Jennan, Jepang dan Singapura. Saat
ini lahan tanaman lada makin menurun walaupun potensi dari lada ilu sendiri relatif
bagus. Namun demikian, lada mcrupakan komoditi dari sektor pertan'n yang reiatif
dapat bertahan terhadap guncangan kenaikan harga bahan bakar yang saat ini tenga
melanda dunia, sehingga cukup dapat diandalkan sebagai komoditi potensial.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi dan elastisitas
faktor pendapatan nasional negara tujuan utama ekspor Iada Indonesia (Amerika Senkat,
Belanda, Jerman, Jepang dan Singapura), nilai tukar nominal dan'harga relatif serta posisi
relatif diantara kelima negara tujuan ekspor tersebut.
Model yang digunakan untuk estimasi dalam penelitian ini adalah adopsi dzi
penelitian Goldstein-Khan lentang Respon Penawaran dan Pennintaan ekspor terhadap
perubahan harga dengan Pendapatan nasional riil negara tujuan (GDP), nilai tukar
nominal(NER) dan harga relatif (PXWPI), dengan menggunakan pendckatan analisis data
panel.
Dalam analisis data panel, pemilihan model cstimasi yang efisien dilakukan
melalui uji spesitikasi F-test untuk mengetahui adanya efek individu, kemudian uji
I-Iausmann untuk menentukan Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model
(REM). Dalam penelitian ini temyata model yang efisien untuk analisis faktor faktor yang
mempengaruhi permintaan ekspor lada di 5 negara tujuan utama adalah Random Ejkc!
Model.
I-Iasil estimasi sccara keseluruhan menunjukkan bahwa variabel pendapatan riil
negara tujuan (GDP) berpengaruh secara signitikan positif terhadap permintaan ekspor
lada Indonesia, variabel nilai tukar nominal (NBR) berpengaruh sccara signitikan positif
terhadap pcrmintaan ekspor lada Indonesia dan variabel harga relatif (PXWPI)
berpengaruh secara signifikan negatif terhadap perrnintaan ekspor Iada Indonesia
Pendapatan riil (GDP) mitra dagang belpengaruh ncgatif sccara signifikan pada
tingkat kepercayaan 90% dan inelastis positiff terhadap permintaan ekspor lada
Indonesia. Hal ini sesuai dengan karakteristik lada Indonesia dengan indkasi geograiis yang dimiliki sehingga semakin meningkat pendapatan nasional riil negara tujuan utama
ekspor, maka [ada Indonesia makin diminati dan makin banyak permintaan ekspor dari
negara tujuan utama ekspor.
Variabel Harga Relatif {PXWWPl) signifnkan positif terhadap peunintaan ekspor
lada Indonesia dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Hasil ini mcnjclaskan bahwa
apabila harga relatif komoditi meningkat, maka akan mendorong permintaan ekspor
meningkat pula, karena tidak ada komoditi pengganti (substitusi) untuk lada Indonesia
yag memiliki indikasi gcografis>
Variabel Nominal Exchange Rate (NBR) berpengaruh signifikan positif terhadap
permintaan ekspor lada Indonesia. Hal ini menujukkan bahwa apabila nilai tukar
meningkat maka harga akan murah sehingga lada Indonesia mempunyai daya saing
dinegara tujuan utama ekspor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34212
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdi Widiputera
"Industri polyester adalah industri yang padat karya dan padat modal. Untuk masuk ke industri ini dibutuhkan modal yang tidak sedikit dan industri ini juga banyak menyerap tenaga kerja. Sampai dengan tahun 2004 jumlah pekerja di industri polyester mencapai rata-rata 12,000 orang.
Industri polyester di Indonesia juga didominasi oleh PMA yang diantaranya adalah perusahaan multinasional (multinational company), Banyaknya permintaan polyester didalam negeri tidak diikuti dengan jumlah produksi polyester di dalam negeri sehingga terjadi ketidakseimbangan. Sumber permintaan polyester tersebut lebih banyak berasal dari dalam negeri yang hampir 80 % produsen polyester tersebut merupakan perusahaan PMA dan sisanya 20% merupakan perusahaan PMDN. Dengan adanya ketidakseimbangan yang terjadi antara permintaan polyester di dalam negeri dan jumlah produksi polyester didalam negeri maka untuk menutupi kekurangannya, dilakukan impor polyester dari negara lain.
Tulisan ini ingin mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan polyester, seperti harga polyester, harga bahan baku MEG, harga barang substitusi dalam hal ini harga kapas, penambahan variabel makro, seperti : tingkat PDB Indonesia, dummy kebijakan bea masuk pemerintah.
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang ada saat ini lebih mengarah kepada sistim dan prosedur ekspor dan impor produkproduk tertentu sedangkan kebijakan yang lebih spesifik ditujukan terhadap industri polyester sampai saat ini belum ada, kebijakan yang ada hanya ditujukan secara umum kepada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sehingga diharapkan dengan tulisan ini akan ada semacam masukan bagi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sangat dibutuhkan oleh industri TPT umumnya serta industri polyester pada khususnya. Data-data penunjang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data-data time series dalam bentuk kuartal dimana periode waktu yang diambil adalah periode tahun 1983 sampai dengan 2003.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis regresi berganda, yaitu dengan menggunakan uji statistik dan uji ekonometrika dimana variabel endogennya adalah permintaan polyester. Hasil dari model kemudian diestimasi dan digunakan untuk menguji relevansi empiris dari teori yang digunakan. Latar belakang penggunaan metode regresi berganda ini adalah karena regresi berganda biasa digunakan untuk sistem peramalan hubungan antar variabel eksogen terhadap vanabel endogen pada data runtun waktu."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Triana
"Dari seluruh sampel yang diteliti (53.108.176 rumahtangga), sebanyak 62,7 persen termasuk kategori tidak miskin, 14,9 persen termasuk dalam kategori hampir miskin, dan 22,4 persen masuk dalam kategori rniskin.
Probabilita suatu rumahtangga untuk berada pada kategori tidak miskin adalah 71,97 persen, sementara itu probabilita rumahtangga berada pada kategori hampir miskin adalah 13,13 persen, dan probabilita suatu rumahtangga berada pada kategori miskin adalah 14,9 persen.
Berdasarkan analisis deskriptif, persentase tertinggi pada rumahtangga miskin dimiliki oleh mereka yang berpendidikan tidak pernah sekolah/tidak tamat SD, tinggal di perdesaan, memiliki sumber penerangan selain listrik PLN, lapangan usaha utama kepala keluarga di sektor pertanian, memiliki rata-rata jumlah anggota rumahtangga yang besar, memiliki jumlah penduduk dewasa melek huruf yang sedikit, dan rata-rata jarak yang harus ditempuh ke fasilitas kesehatan, ekonomi, pendidikan lebih jauh dari rumah.
Faktor-faktor yang diharapkan dapat meningkatkan probabilita suatu rumahtangga untuk berada pada kategori hampir miskin dan tidak miskin adalah dengan cara meningkatkan tingkat pendidikan kepala rumahtangga, memperhitungkan kembali jumlah anggota rumahtangga, meningkatkan jumlah anggota rumahtangga yang dapat membaca dan menulis, mendorong perluasan lapangan usaha yang digeluti para kepala rumahtangga atau anggota rumahtangga, dan kemudahan akses dalam memperoleh rumah yang murah, sumber penerangan listrik PLN dan jarak yang harus ditempuh ke fasilitas pendidikan."
2006
T19338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titiek Setyowati
"Angka kematian ihu atau kematian dalam masa hamil, bersalin dan nifas merupakan salah satu indikator kesehatan wanita usia reproduksi dan dapat digunakan sebagal ukuran keberhasilan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan obstetn. Dari beberapa studi menunjukkan angka kematian ibu di Indonesia relatif masih tinggi. Berbagai intervensi program kesehatan telah dilakukan namun angka kematian ibu belum tampak kecenderungan penurunan yang berarti. Keadaan ini disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu sangat komplek ditinjau dari faktor penyebab maupun faktor risiko.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahul faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu di Indonesia berdasarkan data Rumah Sakit pada kurun 1990--1992. Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu dilihat dari faktor penyebab kematian ibu dan faktor risiko meliputi faktor pelayanan kesehatan rujukan (cara masuk Rumah Sakit dan cara persalinan ), faktor reproduksi ( umur ibu dan paritas ) dan faktor sosial ekonomi (pendidikan ibu dan pekerjaan ibu ).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit Departemen Kesehatan yaitu `Data Individual morbiditas pasien rawat inap untuk pasien obstetn khusus ibu yang melahirkan di Rumah Sakit dan pasien abortus` (Formulir RL. 2.2).
Populasi yang diamati yaitu pasien obstetn di Rumah Sakit/ Rumah Sakit Bersalin yang dikelola oleh Pemerintab/Swasta di Indonesia kurun 1990 -1992. Dalam Sistem Pelaporan Rumah Sakit, data dikumpulkan dari masing-masing Rumah Sakit secara sampling selama 40 han dalam setahun atau 10 hari dalam satu triwulan meliputi periode 1-10 Januari, 1-10 Mel, 1-10 Agustus dan 1-10 Nopember. Pasien obstetn yang keluar hidup atau meninggal yang terdaftar dalam periode tersebut dinyatakan sebagai responden dalam penelitian ini. Dalam kurun 1990-1992 didapatkan 169 kasus kematian ibu diantara 71.842 responden pasien obstetn atau 56.256 responden yang hasil kelahirannya anak lahir hidup.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu 1) Statistik deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui pola sebab kematian ibu dan rasio kematian ibu menurut karakteristik faktor yang diteliti dan 2) Statistik inferensial (regresi logistik) yaitu untuk mempelajari peran variabel babas dalam mempengaruhi kematian ibu menurut beberapa model yang diperhatikan.
Berdasarkan. hasil penelitian diperoleh angka kematian ibu di Rumah Sakit pada tahun 1990-1992 sebesar 300,4 per 100.000 kelahiran hidup. Sebagian besar ( 71 %) kematian ibu di Rumah Sakit yaitu daiam kurun waktu kurang dari 48 jam . Proporsi sebab kematian ibu menurut diagnosa utama 97 % adalah obstetri langsung . Kematian ibu pada obstetri langsung didapatkan perdarahan menduduki peringkat tertinggi kemudian diikuti toksemia, persalinan lama, abortus, penyulit persalinan, kematian janin, penyulit kehamilan dan kelainan letak janin . Proporsi terbesar dari faktor predisposisi sebab kematian ibu menurut faktor cara masuk Rumah Sakit pada kasus yang dirujuk yaitu perdarahan, penyulit persalinan dan kematian janin , untuk ibu dengan paritas 4 keatas adalah perdarahan, penyulit persalinan dan kematian janin, selanjutnya untuk kelompok umur ibu di atas 35 tahun adalah perdarahan dan umur < 20 tahun yaitu toksemia dan perdarahan. Kejadian kematian ibu merupakan kasus yang langka ( rare cases) oleh karena itu dalam analisis inferensial disajikan cukup banyak model sesuai dengan jumlah kasus yang dipelajari.
Dari hasil regresi logistik menurut beberapa Model yang diperhatikan memberikan informasi sebagai berikut :
Model -1 (Pengaruh variabel pelayanan kesehatan rujukan terhadap kematian ibu ) : didapatkan cara masuk Rumah Sakit (cms) dan cara persalinan (cps) serta interaksi cros*cps mempunyai pengaruh yang berarti secara statistik terhadap kematian ibu.
Model-2 (Pengaruh variabel reproduksi terhadap kematian ibu ): ditemukan variabel umur ibu (umr2) yaitu umur 35 tahun ke atas mempunyai pengaruh berarti terhadap kematian ibu sedangkan paritas (par) tidak menunjukkan perbedaan pengaruh yang bermakna.
Model-3 (Pengaruh variabel sosial ekonomi terhadap kematian ibu): didapatkan variabel pendidikan ibu (ddk) yaitu pendidikkan ibu <=SD mempunyai pengaruh berarti terhadap kematian ibu sedangkan pekerjaan ibu (krj) tidak memperlihatkan perbedaan pengaruh yang bermakna.
Model-4 (Pengaruh variabel pelayanan kesehatan rujukan dengan memperhatikan pendidikan ibu) : diperoleh cara persalinan (cps) dan pendidikan ibu (ddk) serta interaksi dua faktor antara cps*ddk dan cms * ddk mempunyai pengaruh berarti terhadap kematian ibu.
Model-5 (Pengaruh variabel reproduksi dengan memperhatikan pendidikan ibu) : diperoleh umur ibu < 20 tahun (umr1 ), paritas (par), pendidikan ibu (ddk) serta interaksi dua faktor antara umr1*ddk dan par*ddk mempunyai pengaruh berarti terhadap kematian ibu. Dilihat dari nilai odds ratio ditemukan perbedaan pengaruh umur terhadap kematian ibu menurut pendidikkan ibu <=SD cenderung lebih rendah daripada pendidikan SLTP ke atas demikian pula halnya bila diperhatikan menurut paritas.
Model-6 (Pengaruh variabel reproduksi dengan memperhatikan cara masuk Rumah Sakit) : diperoleh umur ibu di atas 35 tahun (umr2), paritas (par), cara masuk Rumah Sakit (cms) serta interaksi dua faktor antara parcms mempunyai pengaruh berarti terhadap kematian ibu."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>