Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142230 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pamularsih Swandari
"Para epidemiologi memperkirakan sebanyak 90.000-130.000 orang terinfeksi H!V pada akhir 2002. Situasi ini berpotensi terus meluas bila tidak dilakukan upaya¬upaya untuk mengurangi risiko penularan secara efektif di masyarakat. Bila tidak ada kegiatan pencegahan yang berhasil, diperkirakan pada tahun 2003 akan terdapat sebanyak 80 ribu kasus baru HIV positif. Diperkirakan pula terdapat 13-20 juta orang yang rawan tertular HIV di Indonesia. Kelompok rawan tertular HIV/AIDS tersebut meliputi: lelaki pelanggan penjaja seks, perempuan penjaja seks, penasun, waria dan gay, serta pasangan dari kelompok berperilaku risiko tinggi. Dari beberapa kelompok rawan penularan HIV/AIDS, kelompok penasun menempati kelompok yang paling rawan yaitu 38 %.
Kelompok pengguna narkoba merupakan salah satu komunitas yang "hidden population" , dalam anti komunitas yang kurang mendapat akses informasi dan akses untuk mendapatkan layanan. Selain itu kelompok ini mendapat stigma dan diskriminasi terkait dengan penggunaan narkoba dan HIV/AIDS. Dari stigma dan diskriminasi ini, penasun mempunyai perilaku penggunaan obat dengan cara suntik yang berisiko untuk penularan HIV/AIDS karena penggunaan jarum suntik yang bergantian dan tidak steril. Kelompok penasun berisiko juga untuk menularkan HIV ke kelompok masyarakat lain (seperti pasangan seks IOU, dan anak-anaknya) melalui perilaku seksual yang tidak aman.
Program Harm Reduction sebagai salah satu program yang dikembangkan dalam upaya menanggulangi HIV di kalangan pengguna narkoba suntik (Penasun) dan mengurangi resiko penularan ke kelompok masyarakat luas. Program ini sudah terbukti di beberapa negara dapat menghambat laju penyebaran epidemic HIV. konsep Harm reduction bertujuan untuk mengurangi resiko yang lebih buruk dan penggunaan narkoba yaitu penularan HIV/AIDS. Namun demikian, issue ini menyangkut dua upaya sekaligus yaitu upaya penanggulangan narkoba dan upaya melindungi kesehatan masyarakat. Sehingga dalam prakteknya, program Harm Reduction masih kontroversial di masyarakat terutama untuk dua komponen program yaitu penggunaan jarum steril dan substitusi obat.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pengernbangan program penanggulangan HIV/AIDS di kelompok penasun yang diwakili oleh sebuah lembaga pelaksana program yaitu Kios Informasi Kesehatan PKPM UNIKA atma Jaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian desknptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara kepada pelaksana program, Mien penasun dan praktisi yang mempelopori respon terhadap epidemi dan perwakilan dari pemerintah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi pelaporan, hasil penelitian dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Di dalam memberikan gambaran pengembangan program penanggulangan HIV/AIDS.
Respon yang diberikan dalam 3-4 tahun terakhir, sudah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dalam perkembangan program Harm Reduction. Sejak tahun 2002 sampai saat ini yang telah melibatkan minimal 26 lembaga pelaksana di masyarakat dan program HR di Lapas/Rutan di 12 propinsi_ Selain itu dari dua lembaga yang terkait dengan issue ini yaitu KPA dan BNN sudah mempunyai kesepakatan bersama yang dapat dijadikan sebagai dasar di dalam pendeapan program di lapangan. Namun sosialisasi mengenai kesepakatan itu perlu ditingkatkan oleh masing-masing lembaga sampai ke tingkat jajaran operasional.
Pengalaman KIDS sebagai salah satu pelaksana program penanggulangan HIV/AIDS dengan menggunakan pendekatan Harm Reduction menunjukkan bahwa semua stakeholder yang ada harus terlibat aktif sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Dukungan terhadap pengakuan bahwa perrnasalahan HIV/AIDS merupakan masalah bersama sangat dibutuhkan di dalam tindakan dan kebijakan praktis sehingga benar-benar dapat dilaksanakan.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program Harm Reduction antara lain penggunaan staff yang mayoritas berasal dan kelompok sasaran, sehingga akses untuk dapat masuk dan memberikan layanan akan lebih baik. Faktor penghambat interbal adalah kemungkinan relaps dari staf KIDS yang mantan penasun dan sebagai issue yang masih baru di Indonesia, kemampuan pelaksana program masih terus belajar sambil menjalankan program. Sedangkan dari ekternal, faktor pendukung adalah adanya kebijakan dari pemerintah yang dapat berperan sebagai 'payung hukum'pelaksanaan program Harm Reduction. Sehingga pelaksana program yang terjun langsung di lapangan dapat secara aman dan nyaman menjalankan program.
K1OS di dalam mengembangkan program dengan layanan yang komprehensif dan terpadu, memberikan gambaran bagaimana sebuah Iayanan yang dilakukan berada di dalam satu pengelolaan memberikan kemudahan dan mendukung kelompok sasaran untuk berperan di dalam upaya pengurangan risiko penularan HIV. Beberapa faktor yang penting di dalam pengembangan program untuk penanggulangan HIV/AIDS dari pengalaman KIDS adalah kerjasama dan membangun jaringan, untuk memberikan Iayanan yang Iengkap sesuai kebutuhan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Dewi Suriani A.
"Kasus AIDS (Acquired lmmuno Deficiency syndrome) merupakan kumpulan gejaia akibat infeksi HIV yang dapat menurunkan kekebalan tubuh penderita, saat ini semakin banyak ditangani oleh RSUD kota Bekasi. Masih adanya kecelakaan kerja berupa Iuka tusuk jarum bekas pasien, adanya perilaku tidak aman seperti pemakaian APD yang tidak kontinu dan pembuangan jarum bekas pakai tidak pada tempat semestinya yang dilakukan oleh tenaga keperawatan, merupakan hal yang tidak diharapkan.
Heinrich (1941), memperkenalkan konsep penyebab terjadinya kecelakaan kerja, umumnya adalah faktor periiaku manusia (unsafe actlbehavior) sekitar 88%, faktor kondisi tempat kerja (unsafe condition) sekitar 10%, dan sisanya sekitar 2% disebabkan oleh faktor takdir, sedangkan Petersen (1988), menyebutkan bahwa umumnya seorang karyawan cenderung melakukan peri- Iaku tidak aman karena beberapa hat, yaitu tingkat persepsi yang buruk terha- dap adanya bahaya atau risiko di tempat keria, menganggap remeh tentang kemungkinan terjadinya kecelakaan kelja, dan menganggap rendah biaya yang harus dikeluarkan jika terjadi kecelakaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran persepsi risiko mengenai HIV/AIDS pada tenaga keperawatan di RSUD kota Bekasi, sehingga rumah sakit dapat mengambil sikap yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi saat ini. Oleh karena itu penutis ingin melakukan penelitian agar mendapatkan gambaran mengenai persepsi risiko tenaga keperawatan mengenai HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan stucii analisis deskriptif dengan metode pene- litian C/oss Sectionaf, yang ditakukan di RSUD kota Bekasi pada bulan April sampai dengan Juli 2007. Pengambilan data primer berupa kuesioner dilakukan pada 144 tenaga keperawatan fungsional, karena merupakan pekerja rumah sakit yang paling sering melakukan kontak dengan pasien.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat persepsi risiko yang kurang baik mengenai kerentanan penularan HIV/AIDS, dan persepsi risiko yang baik mengenai keparahan HIV/AIDS, pencegahan/perilaku hati-hati dan keuntungan pemakaian APD dalam penoegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian mengenai persepsi risiko berdasarkan variabel masa kerja menunjukkan adanya persepsi risiko mengenai kerentanan terhadap HIV/AIDS yang kurang baik pada semua kelompok masa kerja, terutama pada kelompok masa kerja dibawah 1 tahun. Berdasarkan variabel pengetahuan menunjukkan adanya persepsi risiko mengenai kerentanan terhadap HIV/AIDS yang baik pada kelompok yang memiliki pengetahuan tinggi, dan persepsi nsiko kurang baik pada kelompok yang memiliki pengetahuan sedang dan rendah. Berdasarkan variabel sikap menunjukkan adanya persepsi risiko mengenai kerentanan terhadap HIV/AIDS yang kurang baik pada semua kelompok yang enggan merawat pasien HIV/A!DS, Hepatitis B dan Hepatitis C, terutama pada kelompok yang tidak bersedia merawat pasien HIV/AIDS.
Berdasarkan variabel pengalaman menunjukkan adanya persepsi risiko mengenai kerentanan terhadap HIV/AIDS yang kurang baik pada semua kelompok pengalaman mendapatkan Iuka tusuk jarum. Berdasarkan variabel karakteristik tenaga keperawatan, ditemukan adanya angka kejadian Iuka tusuk jarum yang masih tinggi, adanya pemakaian APD yang tidak kontinu, adanya transfer informasi yang kurang efektif, dan adanya kekha-watiran pada tenaga keperawatan akan penularan HIV/AIDS.
Pihak RSUD kota Bekasi perlu membentuk panitia K3RS (Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit) yang berperan dalam pembinaan program keselamatan dan kesehatan kerja, meningkatkan persepsi risiko tenaga keperawatan di RSUD kota Bekasi dengan cava memberikan edukasi berupa penyuluhan, pemahaman dan informasi yang tepat. Melakukan pengawasan terhadap kinelja tenaga keperawatan di RSUD kota Bekasi, terutama yang berkaitan dengan perilaku iidak aman saat bekerja, dan melakukan pembaharuan atas berbagai informasi menyangkut petunjuk pe iaksanaan atau SOP dan melakukan sosialisasi yang efektif. Meningkatkan rasa kepercayaan dan rasa aman saat bekeria pada tenaga keperawatan dengan menyediakan sarana, prasarana dan kebijakan-kebijakan yang dapat melindungi pekerja.

Over the last few years there is an increase of HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus that caused Acquired lmmuno Deficiency Syndrome) cases at Bekasi Public Hospital. Similarly accidental cuts and wounds cause by carelessly disposal hypodermic needle and discontinue application of PPE (Personal Protective Equipment) were among the unacceptable behavior by the healthcare worker (nurse and midwive).
Heinrich (1941), introduce the main cause of work accident is about 88% due to unsafe actlbehavior, 10% due to unsafe working condition and about 2% is fate. On the other hand Petersen (1988) stated that the tendency of workers unsafe act/behavior were mainly caused by level of perception on risk/danger on the work place, ignorance of possible work accident and perception that accidental cost is cheap.
The objective of this study is to obtain information on HIVIAIDS risk perception by the healthcare worker at the Bekasi Public Hospital to enable the hospital undertake necessary action and policy improve the current condition. Descriptive analysis using Cross Sectional Method is used on the study by obtaining primary data using questioners for 144 functional healthcare worker(nurse and midwive) as the main personnel in hospital in close contact with the patient.
The result of the study indicated that there is a low level risk perception on susceptibility of HIV/AIDS infection and high level risk perception on the severity of HlVlAlDS infection, prevention/carefull behaviour and the advantage or benefit uses of PPE to prevent HIV/AIDS infecion. The study also indicated that based on the susceptibility of HIV/AIDS infection there is a low level risk perception among all health workers grouped by their work periode, and especially very low for the less than 1 year work periode group. Furthermore, there is a high level risk perception among the high level of knowledge group, but low level risk perception for the medium and low level of knowledge group. There is also a high level risk perception among all group who is unwilling to care patient with HIVIAIDS, Hepatitis B dan Hepatitis C, especially who is unwilling to care HIV/AIDS patient.
Based on the experience variable, there is a low level risk perception on susceptibility of HlV/AIDS infection among all group. Furthermore, there is a high case of accidental cuts, discontinue uses of PPE, ineffective transfer of information and fear of HIVIAIDS infection among the nurses and midwive.
There is an urgent need on establish a Comettee on Hospital Occupational Safety and Health at Bekasl Public Hospital, to undertake initiative on healthy and safety work, increase the risk perception level among the health worker through education program, includes: guidence and proper information.
Undertaking monitoring on the health worker, especially on the unsafety behaivor during work and information changes on SOP, and effective socialization. Improvement the self confidence during work period among health workers by providing equipment, facilities and policy needs to protect the healthcare workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maiyusrita
"AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Sejak ditemukannya kasus AIDS pertama kali pada tahun 1987 sampai dengan 30 Juni 2011 jumlah kumulatif pengidap infeksi HIV/AIDS yang dilaporkan mencapai 26.483 kasus. Bahaya Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) ternyata bukan hanya berada di kalangan masyarakat umum, namun telah merambah ke berbagai lingkungan institusi negara. Berdasarkan hasil Praktek Kesehatan Masyarakat (Prakesmas) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSPAU) dr. Esnawan Antariksa tercatat angka kejadian HIV/AIDS dimana terjadi peningkatan setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan HIV/AIDS pada TNI AU di Batalyon 467 Wing 1 Paskhasau tahun 2011.
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan pemilihan sampel dilakukan dengan cara Non Probably Sample (Selected Sample) dalam hal ini cara pengambilan sampelnya disebut sampel berjatah (Quota Sampling). Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner terstruktur yang dilaksanakan pada bulan Desember 2011 di Batalyon 467 Wing 1 Paskhasau. Gambaran perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik pada TNI AU di Batalyon 467 Wing 1 Paskhasau tahun 2011 sebesar 46,4%.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, keterpaparan sumber informasi, dan peran teman sejawat mempunyai hubungan yang bermakna terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada TNI AU di Batalyon 467 Wing 1 Paskhasau tahun 2011 dengan OR sebesar 3,130 dan 95% CI 1,431-6,848untuk pengetahuan, OR sebesar 2,870 dan 95% CI 1,320-6,240 untuk keterpaparan sumber informasi, dan OR sebesar 2,585 dan 95% CI 1,195-5,595 untuk peran teman sejawat. Hasil penelitian tersebut pemberian informasi perlu ditingkatkan di kalangan TNI AU baik dalam bentuk kegiatan rutin ataupun acara tahunan terutama difokuskan pada tanda dan gejala HIV/AIDS serta stigma negatif terhadap penderita HIV/AIDS.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) is a syndrom of symptoms or diseases caused by declining immunity due to infection by the virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). From the discovery of the first AIDS cases in 1987 up to June 30, 2011 the cumulative number of people living with HIV / AIDS infections are reported to reach 26 483 cases. Danger of Human Immunodeficiency Virus (HIV) or Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) was not only being among the general public, but has penetrated into the various environments of state institutions. Based on the results of the Public Health Practice (Prakesmas) at the Air Force Central Hospital (RSPAU) dr. Esnawan Antariksa recorded the incidence of HIV / AIDS which was increasing every year. This study aims to know the description of the behavior of the prevention of HIV / AIDS in the Air Force in Battalion 467 Wing 1 Paskhasau in 2011.
This study uses cross-sectional method and sample selection done by way of non Probably Sample (Selected Sample) in this way of taking the sample is called sample berjatah (Quota Sampling). This study uses primary data through structured questionnaires conducted in December 2011 in a Battalion 467 Wing 1 Paskhasau. Description of the behavior of HIV / AIDS both at the Air Force in Battalion 467 Wing 1 Paskhasau in 2011 at 46.4%.
The analysis showed that the variables of knowledge, exposure to sources of information, and the role of peers has a significant relationship to the behavior of HIV / AIDS in the Air Force in 2011 with OR of 3.130 and 95% CI 1.431 to 6.848 for knowledge, OR of 2.870 and 95% CI 1.320 to 6.240 for exposure to sources of information, and OR of 2.585 and 95% CI 1.195 to 5.595 for the role of peers. From the results of these studies need to be improved provision of information among the Air Force in the form of routine or annual event is primarily focused on signs and symptoms of HIV / AIDS and the negative stigma against people living with HIV / AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Vitriawan
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T24844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lussy Afriyanti
"Epidemi HIV merupakan masalah kesehatan global yang saat ini telah menunjukkan peningkatan kasus pada lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki (LSL). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara penggunaan narkoba, HIV disclosure dan pola komunikasi interpersonal terhadap perilaku seksual berisiko pada ODHA LSL. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik purposive sampling pada responden yang berkunjung ke klinik VCT Rumah Sakit Budi Kemulian Batam dan snowball sampling pada responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Baja Kota Batam dengan melibatkan 126 ODHA LSL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara HIV disclosure dengan perilaku seksual berisiko (p = 0,019; α = 0,05; OR = 2,530) dan pola komunikasi interpersonal dengan perilaku seksual berisiko (p = 0,016; α = 0,05; OR = 2,589). Pada analisis regresi logistik berganda diketahui bahwa pendidikan merupakan faktor yang paling memengaruhi perilaku seksual berisiko ODHA LSL (p = 0,027; α = 0,05; OR = 2,807; 95% CI = 1,125-7,006). HIV disclosure dan pola komunikasi interpersonal memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan perilaku seksual berisiko pada ODHA LSL, sehingga perawat perlu meningkatkan pengkajian yang komprehensif serta konseling dan edukasi personal dalam mengurangi perilaku yang berisiko terhadap penularan HIV dan meningkatkan pengelolaan penyakit pada ODHA LSL.

The HIV epidemic is a global health problem that has now shown an increasing case in men who have sex with men (MSM). This study aims to identify the relationship between drug use, HIV disclosure and interpersonal communication patterns towards sexual risk behavior in HIV-positive MSM. This study used a cross sectional design with purposive sampling technique on respondents who visited the VCT clinic in Budi Kemulian Hospital Batam and snow ball sampling technique on respondents in the work area of the Lubuk Baja Health Center in Batam City involving 126 HIV positive MSM. The results showed that there was a significant relationship between HIV disclosure and sexual risk behavior (p = 0,019; α = 0,05; OR = 2,530), interpersonal communication patterns and sexual risk behavior (p = 0,016; α = 0,05; OR = 2,589). In multiple logistic regression analysis, it was found that education was the factor that most influenced the sexual risk behavior of HIV positive MSM (p = 0,027; α = 0,05; OR = 2,807; 95% CI = 1,125-7,006). HIV disclosure and interpersonal communication patterns have a significant negative relationship with sexual risk behavior in HIV-positive MSM, so nurses need to improve comprehensive assessment and personal counseling and education in reducing behaviors that are at risk of HIV transmission and improve disease management in HIV-positive MSM."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Pampalia
"TB dan HIV masih menjadi isu kesehatan global. Tujuan penelitian ini untuk mengindetifikasi hubungan antara pengetahuan HIV, pengetahuan HIV, stigma HIV, stigma TB terhadap perilaku pencarian pengobatan pada ODHA koinfeksi TB di Kota Jakarta. Menggunakan desain cross sectional dengan teknik porpusive sampling pada responden yang berkunjung ke poli VCT RS di Jakarta dengan melibatkan 115 ODHA koinfeksi TB. Menggunakn 4 instrumen yakni: Brief HIV-Knowledge Questionnaire (HIV-KQ-18), Knowledge survey Questionnaire, Berger HIV stigma Scale, tuberculosis-related stigma scale. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan TB dengan dengan perilaku pencarian pengobatan (p value: 0,042) dan antara stigma TB dengan perilaku pencarian pengobatan (p value: 0,026). Perawat perlu meningkatkan edukasi tentang pengetahuan TB dan stigma TB. Selain itu, diperlukan konseling HIV tentang komplikasi TB pada ODHA serta upaya menurunkan stigma.

TB and HIV are still global health issues. Aim of this study was to identify the relationship between HIV knowledge, TB knowledge, HIV stigma, TB stigma and health seeking behavior in PLWHA coinfected TB in the city in Jakarta. Used a cross-sectional design with a purposive sampling technique on respondents who visited the VCT clinic hospital in Jakarta involving 115 PLWHA coinfected TB. This research uses 4 instruments, namely: Brief HIV-Knowledge Questionnaire (HIV-KQ-18), Knowledge survey Questionnaire, HIV stigma Scale, tuberculosis-related stigma scale. This study shows that there is a significant correlation between TB knowledge and health seeking behavior (p value: 0.042) and between TB stigma and health seeking behavior (p value: 0.026). Nurses need to improve education about TB knowledge and TB stigma. Besides, it also need HIV counseling about TB complications in PLWHA and efforts to reduce stigma."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hubaybah
"Tesis ini membahas tentang PMTS (Program Pencegahan HIV-AIDS melalui Transmisi Seksual), merupakan program pencegahan HIV-AIDS yang dicetuskan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), bertujuan untuk melakukan pencegahan HIV secara komprehensif, integratif dan efektif pada populasi kunci yang salah satunya adalah WPS. Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan peran positif pemangku kepentingan (pembentukan Pokja Lokasi, pembuatan peraturan lokal lokasi, penyusunan program kerja), komunikasi perubahan perilaku (pengelolaan pendidik sebaya, kader lokasi, pengadaan dan pendistribusian media KIE, penyuluhan, VCT mobile), manajemen pasokan kondom dan pelicin (perumusan rantai pasok kondom dan pelicin, pembentukan outlet kondom dan pelicin), penatalaksanaan IMS dan HIV-AIDS. Koordinasi yang belum maksimal, kurangnya dana, sarana dan prasarana menjadi penyebab utama belum tercapainya tujuan program PMTS ini, ditandai dengan tidak berjalannya Pokja Lokasi yang telah dibentuk. Pokja Lokasi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menjalankan seluruh kegiatan, sehingga saran dari peneltian ini adalah meningkatkan koordinasi dari KPAK dengan LSM, SKPD, Pokja Lokasi dalam bentuk pertemuan rutin, mengalokasikan dana rutin untuk Pokja Lokasi dan keseluruhan kegiatan, serta menyediakan sarana dana prasarana untuk menunjang kegiatan ini

The focus of this study is PMTS (HIV-AIDS Prevention Program through Sexual Transmission) is a program of HIV-AIDS prevention which was initiated by the National AIDS Commission (KPAN), its aim is to do HIV prevention comprehensively, interactively and effectively on the key population which is female sex workers. The activity that is being done to achieve these objectives is to increase the positive role of thepeople in charge (establishment of Location Working Unit, location rule making, preparation of working programs), behavior changes communication (management of peer educators, location cadres, procurement and distribution of KIE media, counseling, mobile VCT), management of the supply of condoms and lubricants (formulation of condoms and lubricants supply, formulation of condoms and lubricants outlets), treatment of STIs and HIV-AIDS. Lack of coordination, lack of funds, facilities and infrastructure have become the reason whythe goal PMTS program cannot be achieved yet, marked with dysfunctional Location Working Unit. Location Working Unit is one key to success that can run the entire activities, so the suggestions of this research are to improve the coordination of KPAK with LSM/NGO, SKPD, Location Working in a form of routine meetings, to allocate the routine funds for Location Working Unit and the entire activities, as well as providing facilities and infrastructure to support the activities"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Ratna
"Semakin meningkatnya kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah sampai pada tahap yang rnengkhuatirkan sedangkan obat yang bisa menyembuhkan sampai saat ini belum ditemukan. Khususnya DKI Jakarta saat ini menduduki peringkat pertama. Jakarta Utara yang merupakan salah satu daerah DKI Jakarta yang paling padat dan merupakan daerah pelabuhan memiliki mobilitas penduduk yang cukup tinggi dan marak dengan pelacuran sangat rentan untuk tempat berkembangriya HIV/AIDS. Berdasarkan pertimbangan inilah maka sejak Mei 1996 telah ditamukan program intervensi dengan pendekatan community-based yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat dalam melakukan pencegahan HIV/ AIDS di Kecamatan Cilineing dengan sasaran tahap pertama adalah Kelurahan Cilineing.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mania dampak program intervensi tersebut terhadap pengetahuan, sikap dan praktek pencegahan HIV/AIDS. Dengan menggunakan rancangan penelitian kuasi eksperimen dimana Kelurahan Cilincing sebagai daerah intervensi dan Kelurahan Rorotan sebagai daerah kontrol. Total sampet 400 kepala keluarga berusia 15-49 tahun dimana 200 kepala keluarga dari daerah intervensi dan 200 kepala keluarga dari daerah kontrol, keluarga ini diwawancarai langsung ke nunah dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dialah secara univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji t, tabulasi silang dan regresi logistik.
Hasil analisis menunjukkan peningkatan terjadi namun tidak bermakna secara statistik baik pada kelompok responden pengetahuan pencegahan HIV/IAIDSnya sedang ( P = 0,862) dan kelompok responden pengetahuan pencegahan HIV/AIDS tinggi (P = 0,625). Karakteristik yang berhubungan secara bermakna pada kelompok yang pengetahuan pencegahan HIV/AIDSnya sedang adalah lama pendidikan responden (P 0,003) dan media informasi (P = 0,000).
Pada Kelompok responden pengetahuan pencegahan HIV/AIDSnya tinggi tidak ditemukan adanya peningkatan yang bermakna (P = 0,625). Variabel yang menunjukkan hubungan bermakna adalah pendidikan (P = 0,000) dan lama membaca (P=0,006). Bagi responden yang sikapnya negatif terhadap pencegahan HIV/AIDS tidak ditemukan adanya peningkatan yang bermakna (P=0,129). Variabel yang berhubungan secara bennakna adalah pendidikan (P= 0,002) dan media informasi (P=0,000).
Peningkatan sikap pada kelompok responden yang memiliki sikap yang positif terhadap pencegahan HIV/AIDS tidak secara bermakna (P = 0,666) dan tidak ada veriabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna. Peningkatan praktek pencegahan pada kelompok yang pencegahan HIV/AIDSnya buruk tidak terjadi secaca bermakna dimana nilai P = 0,095. Variabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna adalah lama pendidikan responden (P = 0,003) dan media informasi (P = 0,000). Bagi kelompok responden yang praktek pencegahan HIV/AIDSnya baik tidak ditemukan adanya peningkatan yang bermakna dimana ditemukan nilai P = 0,231. Variabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna adalah lama membaca dan umur responden.

The increasing of HIV/AIDS cases in Indonesia is now arrived on terrible condition meanwhile the medicine to cure is not found yet. Especially DKI Jakarta now take the first place on HIV/AIDS cases in Indonesia. North Jakarta as the part of DKI Jakarta is the highest population and harbor area which has the high population mobility and a lot of prostitution areas where the place of HI /AIDS could be well transmitted. Based on this condition since May 1996 the intervention program was organized which purpose to enable the community to prevent HIV/AIDS transmitting by themselves in Kecamatan Cilincing with the started area was Kelurahan Cilincing.
The objective of the study was to know the impact of intervention program on the community knowledge, attitude and practice about HIV/ AIDS prevention. The study used quasi-experiment design where Kelurahan Cilincing was the intervention area and Kelurahan Rorotan was the control are. The number of total samples were 400 households which were 200 households came from the intervention area and 200 households from control area. The households were interviewed door to door by using questioner. The collected data was analyzed by using t-test, cross -- tabulation and logistic regression.
The result showed the impact of program intervention was not statistically significant even the group with sufficient (P=0,862) and high (P=0,625) knowledge about IIIVIAIDS prevention. The variables those are showed significant relationship in group with sufficient knowledge about HIVIAIDS prevention were length of education (P= 0,003) and media of information factors (P= 0,000). The variables those are showed significant relationship with high knowledge about HIV/AIDS prevention were length of education (P=0,000) and length of reading factors (P= 0,006).
Respondent group with negative attitude to HIV/AIDS prevention was not significantly improved (P=0,129) and the variables those are showed the significant relationship were length of education (P- 0,002) and media of information factors (P= 0, 000). The group with positive attitude to HIV/AIDS prevention was not significantly improved (P= 0,666) and there was no variables which was significant relationship.
The improving of group with worse HIV/AIDS prevention was not statistically significant (P= 0,095). The variables those are showed significant relationship were length of education (P=0,003) and media of information factors (P= 0,000). For the group with good HIV/AIDS prevention was not significantly improved (P= 0,231) and no variables were significantly relationship."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertina Nasri Lobo
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang proses pendampingan wanita pekerja seks komersial sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS oleh Perkumpulan Keluarga Berencanan Indonesia (PKBI) Papua di lokalisasi Tanjung Elmo Sentani. Dewasa ini fenomena masalah HIV/AIDS yang disebabkan oleh pekerja seks, terus meningkat hingga merambah ke dalam insitusi keluarga terutama kaum perempuan dan bayi. Kasus HIV/AIDS khususnya di Papua sejak tahun 1993 hingga sekarang, disebabkan oleh pekerja seks, budaya seks bebas, dan fenomena ketidakadilan jender terhadap perempuan Papua dan perempuan umumnya.
PKBI Papua sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang membantu dengan berbagai pelayanan sosial kepada Odha dan pekerja seks di Lokalisasi Tanjung Elmo Sentani. Lembaga ini dibentuk sejak tahun 1993, dan bertujuan melakukan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya, menyediakan pelayanan kesehatan, meningkatkan dan memberdayakan institusi adat serta melakukan kajian-kajian dalam bidang pendidikan, kesehatan dan kependudukan. Lokalisasi Tanjung Elmo Sentani merupakan lokalisasi yang dipilih pemerintah daerah sebagai wilayah pelaksanaan kebijakan penggunaan 100% kondom bagi pelanggan dan pekerja seks, namun disisi lain kebijakan ini hanya bersifat sosialisasi dan belum dijadikan sebagai peraturan perundang-undangan, sehingga masih ditemukan kasus-kasus HIV diantara pekerja seks di lokalisasi.
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui proses pendampingan wanita pekerja seks sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS di lokalisasi Tanjung Elmo oleh PKBI Papua, serta kendala-kendala selama melakukan pendampingan kepada wanita pekerja seks komersial di lokalisasi Tanjung Elmo Sentani.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan, observasi dan wawancara dengan informan berjumlah 11 orang (1 orang Direkrut PKBI, 1 orang koordinator lapangan, 1 orang Manajer Kasus, 5 orang Wanita Pekerja Seks, 1 orang Tokoh Masyarakat, 1 orang Mujikari, 1 Orang dari pemerintah), yang dipilih melalui teknik purposive sampling dan snowball sampling. Analisis data menggunakan metode Miles and Huberman dan Spradley. Lokasi penelitian adalah Lokalisasi Tanjung Elmo Sentani Papua Teori dan konsep yang mendasari penelitian ini antara lain dikemukakan oleh Departemen Sosial RI bahwa pendampingan merupakan proses pembimbingan, pemberian kesempatan kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin yang dilakukan oleh para pendamping atau fasilitator melalui serangkaian aktivitas yang memungkinkan komunitas tersebut memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam menghadapi permasalahan di seputar kehidupannya.
Sedangkan tahapan proses pendamping difokuskan pada tahapan-tahapan intervensi menurut Zastrow mencakup tahapan persiapan, assesment, perencanan alternatif program, penformulasian rencana aksi, implementasi, evaluasi, terminasi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa proses pendampingan wanita pekerja seks sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan oleh PKBI Papua di lokalisasi Tanjung Elmo terdiri atas proses persiapan, yaitu dilakukan dengan mempersiapkan tenaga pendamping (outreach worker), melakukan pelatihan dasar pendampingan kepada pendamping selama seminggu, pendalaman materimateri dan media pendukung dan melakukan perekrutan pendamping. Proses perkenalan dilakukan dengan memperkenalkan tim kerja, proram kerja kepada key person (pemerintah, tokoh masyarakat, mujikari, pekerja seks) yang dipusatkan di lokalisasi Tanjung Elmo Sentani. Proses Penjangkauan, yang dilakukan dengan mendatangi pekerja-seks, mujikari yang menetap di lokalisasi Tanjung Elmo, menyampaikan maksud dan tujuan penjangkauan, kemudian mengindentifikasian berbagai masalah dan kebutuhan yang dialami oleh dampingan, serta bersama-sama melakukan perencanaan program pendampingan selanjutnya berdasarkan waktu yang ditentukan, Proses Pelasaksanan pendampingan dilakukan selama lima hari dari jam 13.30-17.30 WIT, materi yang disampaikan: KIE, IMS, VCT, dan sumber-sumber pelayanan kesehatan untuk Odha, mendampingi dampingan jika berobat ke klinik, dan rumah sakit, melakukan advokasi, pemberian motivasi, pelatihan keterampilan kepada dampingan melalui kerjasama dengan pemerintah, mengupayakan pengakuan akan hak dan kesempatan kepada pengidap HIV di lokalisasi Tanjung Elmo.
Proses pelaporan dilakukan melalui mekanisme yaitu laporan pendamping, koordinator lapangan, program mananger, direktur lembaga dan akhirnya kepada donatur program. Proses Evaluasi dilakukan melalui evaluasi pertriwulan dan evaluasi akhir program, Kendala-kendala yang ditemukan terdiri atas kesiapan mental dan motivasi pekerja seks; mobilisasi tinggi yang dilakukan dampingan; rendahnya kontrol mujikari, sikap pelanggan yang berkunjung, serta keterbatasan akses.
Rekomendasi dan saran terutama ditujukan untuk lembaga dan pengambil keputusan (pemerintah) untuk membuka diri menjadi lebih peduli kepada dampingan HIV/AIDS, peningkatan kerjasama dengan pemerintahan dan melalui penyediaan panti-panti Odha, menerapkan pencabutan ijin usaha dan kerja kepada mujikari dan dampingan, serta perekrutan pendamping yang memiliki pengalaman sebagai penyandang masalah. Diperlukan pula peningkatan peran peer educator (PE), menyediakan sarana pelayanan sosial 24 jam, dan mengefektifkan metode social marketing ke daerah-daerah terpencil di Papua yang lebih besar daripada rata-rata skor pada pre-test.

This thesis contain a result of research concerning a adjacent process of female sex workers commersial as preventif effort of HIV/AIDS by Association of Planning Family Indonesia (PKBI) Papua ini localization of Tanjung Elmo Sentani. This is as the present time of fehnomenons HIV/AIDS problem, that caused by female sex workers, and the rise straight, until cleared in the family institute, especially is woman and her babys. The cases HIV/AIDS in particular the Papua from the time that 1993 years, until now, that caused by sex worker, the free sex culture, the discrimination gender because of sex worker, free sex culture, and fhenomenos of fehnomeno, was to the womens Papua and generally.
The PKBI Papua as efforts public services institution was to the support, with all sort social to Odha and sex worker in the localization of Tanjung Elmo. PKBI Papua is formed by private sector institute in 1993, and the goals include enableness of society and family in economics, culture and social, providing health services. Impowering and anableness culture institution and also conducting studies of education, health and residence. The localization of Tanjung Elmo Sentani is represent localization selectied by local government as use policy execution region 100% condom for customer of localization and not yet been made by as low and regulaton, so that still be found by HIV case of among sex wokers in localization.
This is research was us approached qualitative with type od description research. Data was clect through literature studies, observation and interviev with inforaman anount to 11 people (1 people Directur PKBI, 1 people of coordinator filed, 1 people case manager, 5 people female sex worker, 1 people from elite figurem 1 people mucikari, 1 people from government), what is selected by through technique of purposive sampling and snowball sampling. Analyse sata use method of Miles and Huberman and Spadley. Localization of research in localization of Tanjung Elmo Sentani.
The concept and theori constitution this research for example proposed by social Departemen RI, that adjacent quide process, opportunity gift to society specially the poor society by used and all fasilitator of through with refer to in the activity enabling communitas, own self belief and capability, in be up against problems of around his lif. Which step process asistancy while step in focused process intervention step, that is stage according to Zastrow include; (cover preparation step, assessment, alternative program planning, formulate action planning implementation program, evaluate program, termination).
From a result of researcsh khow that by a adjacent process on female sex workers as a preventive effort of HIV/AIDS by PKBI Papua in localization of Tanjung Elmo Sentani, of consisted is the preparation process, tahat is done drown aply is prepare oureach worker, doing elementary training for aoutreach worker, of during a weeks. Deepening of items and media supporting and ecruitment outreach worker. Proses aequaimtanceship done introducedly is team working, work pgram to key person (government, elite figure, mucikari, and female sex worker). The thing which of is centred in localization of Tanjung Emo Sentani. Outreach process, what is doing visit sex workers, mucikari, which expriensed of by client, and alsi together doing program adjacent planning, furthermore be based on a specified time implementation process adjacent, to doing induring five days from hours 13.30-17.30 WIT. The information materi is KIE, IMS,VCT, ams sources health services to Odha, the worked closely with the cleint, when mediciniz to clinic and the hospital, advocacy, motivator, the training of skill to outreach workers, through cooperation gevernmentaly, Striving confession of rights will and apportunity to the peoples with HIV, in Localization of Tanjung Elmo Sentani. Reporting process beging mechanism is reporte from outreach worker, coordinator filed, case manager, director institute and donator ptogram. Evaluate process is begins from evaluating quarterly and the fanaly evaluate program. Constraints found that mentalist and motivation of female sex workers, high mobilization which conducted by clinet. The low control from mujikari, the attitude costumer which vicit in localozation of Tanjung Elmo Sentani, and also the limination acess.
Recommendation and suggestion is especially addressed to the institute and decision ,aker (government) to become more expose for care to HIV/AIDS asjacent, increasing of coorperation with governance and by providing a relocation places of Adha, apllying worke and job permission repeal for pimp and adjacent, and also recruitment of adjacent with experience in same adjacent problem. Increasing of Peer Educator (PE) function was also needed, providing 24 hour social services, and effectiveness of social marketing method in isolated area in Papua.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24456
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Dari sekitar 40 juta pengidap HIV/AIDS di dunia pada akhir tahun 2003,lebih dari 7 juta orang berada di kawasan Asia dan Pasifik.Ham 2 juta di antaranya ada di negara-negara Greater Mekong Subregion (GMS) Kambija ,Laos ,Myanmar,Thailand Vietnam dan prpinsi Yunnan Cina....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>