Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150684 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junita Elvira
"Latar belakang Kuman patogen yang paling sering diisolasi dari feses anak dengan diare berdarah di negara berkembang adalah Shigella spp. Proporsi shgellosis terhadap diare berdarah berkisar antara 18,3-50%. Namun spektrum klinis shgellosis sangat luas mulai dari diare akut cair, diare berdarah, diare persisten dengan berbagai komplikasi. Sejauh pengetahuan dan penelusuran literatur oleh peneliti, sejak tahun 1985 belum ada penelitian yang menggambarkan besaran masalah dan gambaran klinis shigellosis pada anak balita di masyarakat di Indonesia.
Metode dan subyek: Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang dengan populasi terjangkau adalah anak balita (0-59 bulan) dengan diare akut yang berobat di Puskesmas Kecamatan lobar Baru, Senen, Kemayoran, dan Tebet. Setelah mendapatkan persetujuan dari orangtua maka dilakukan anamnesis tentang gejala klinis, ditentukan status gizi dan derajat dehidxasi, serta pada subyek penelitian diambil sampel feses untuk kultur lases. Kultur feses dilanjutkan dengan uji resistensi bila didapatkan Shigelta spp.
Hasil: Sebanyak 475 subyek diare akut diikutsertakan dalam penelitian Hanya ditemukan 12 kasus diare berdarah dengan persentasi 2,5% dari seluruh diare akut. Proporsi shigellosis dari seluruh kasus diare akut pada penelitian ini hanya sebesar 0,6°x,1/12 kasus diare berdarah. Ketiga subyek diare akut dengan Shigelia spp positif, semuanya menunjukkan gejala demam tetapi tidak terdapat muntah. Hanya dua strain yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu Shigella sonnei dan ShigeIla flexneri. Ketiga kuman Shigella spp tersebut resisten terhadap kotrimoksazol, kolistin, dan tetrasildin. Kedua ShigelIa sonnei pada penelitian ini masih sensitif terhadap ampisillin dan amoksisilin, tidak demikian halnya dengan Sliigella flexneri. Ketiga kuman ShigeIta spp tersebut masih sensitif terhadap asam nalidiksat, kloramfenikol, sefiksi n, dan siprofloksasin.
Kesimpulan: Proporsi shigellosis pada anak balita di masyarakat yang didapatkan dari penelitian ini sangat kecil sehingga tidak dapat disimpulkan gambaran klinis shigellosis yang khas pada anak balita dan gambaran pola strain Shigella setempat serta resistensinya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yvonne Suzy Handajani
"ABSTRAK
Kualitas udara pemukiman meliputi udara dalam rumah dan udara sekitar pemukiman. Didalam rumah kualitas udara berkaitan dengan lingkungan fisik(ventilasi dan kelembaban), kegiatan penghuni didalamnya dan kepadatan penghuni.
Kualitas udara yang buruk sering dijumpai pada pemukiman kumuh dan pada umumnya pemukiman yang demikian tidak memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit terutama yang ditularkan meialui udara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor kualitas udara dalam rumah yang berhubungan dengan kejadian gangguan saluran pernapasan pada anak balita. Demikian halnya untuk melihat faktor yang terdapat pada anak(umur,status gizi dan status imunisasi anak) yang diperkirakan mempengaruhi hubungan kualitas udara dalam rumah dengan kejadian gangguan saluran pernapasan pada anak balita.
Menggunakan desain survei dengan pendekatan cross sectional , pengambilan sampel dengan cam random sampling berstrata sebanyak 464 responden.
Dengan menggunakan uji statistik multivariabel regresi logistik, didapatkan basil sebagai berilcut : penggunaan bahan baker masak, kepadatan penghuni, kelembaban mempunyai hubungan secara statistik(p<0,05) dengan kejadian infeksi saluran pemapasan akut(ISPA) pada anak balita. Demikian pula ventilasi dan penggunaan alat nyamuk bakar mempunyai hubungan secara statistik dengan kejadian penyakit asthma pada anak balita. Akan tetapi ventilasi,perokok dalam rumah, penggunaan obat nyamuk bakar tidak menunjukkan hubungan secara statistik dengan kejadian ISPA pada anak balita. Demikian halnya dengan kelembaban, perokok dalam rumah, penggunaan bahan bakar masak dan kepadatan tidak menunjukkan hubungan secara statistik dengan kejadian asthma pada anak balita.
Dalam penelitian ini ditemukan risiko terjadinya penyakit ISPA 3,8 kali lebih besar pada anak balita dengan bahan bakar minyak tanah dibandingkan dengan bahan bakar gas dan risiko terjadinya penyakit asthma sebesar 2,2 kali lebih besar pada anak balita dengan obat nyamuk bakar dibandingkan dengan tanpa ahat nyamuk bakar.
Faktor umur, status gizi dan imunisasi anak tidak mempengaruhi hubungan kualitas udara dalam rumah dengan kejadian gangguan saluran perrnapasan (ISPA dan asthma) pada anak balita, sehingga dengan demikian ketiga faktor tersebut bukan sebagai faktor pengganggu/confounding dalam penelitian ini.
Model regresi logistik yang fit terhadap kejadian ISPA adalah bahan bakar masak,kelembaban, kepadatan penghuni dalam rumah dan umur anak, sedangkan terhadap kejadian penyakit asthma adalah penggunaan obat nyamuk bakar dan ventilasi.
Berdasarkan pengukuran gas pencemar dalam rumah(gas 502 dan NOX),ternyata terdapat hubungan secara stalistik antara gas pencemar NOX dan S02 dengan kejadian ISPA pada anak balita, demikian pula gas pencemar NOX dengan kejadian penyakit asthma pads anak balita.

ABSTRACT
The Relationship Between Air Quality Indoors and Respiratory Diseases among Children Living in Slums in Kalianyar, West Jakarta.The air quality in settlements comprises the indoor and outdoor air of the area. The air quality indoors relates to the physical surroundings (ventilation and humidity), the activities and the density of the inhabitants.
Poor air quality is frequently found in slum areas and generally those areas do not fulfill basic health conditions. Because of this it is relatively easy for infections to disseminate through the air.
This research aimed to ascertain the indoor air quality factors in relation to the prevalence of respiratory diseases in children under five, along with other factors (age, nutrition and immunization status) which are considered to influence the relationship between air quality indoors and respiratory diseases in children under five.
This survey employed a cross sectional approach, randomly and proportionally taking samples from 464 respondents.
With the use of a logistic regression multivariate statistic test, the following was achieved: use cooking fuel, overcrowded homes, and humidity is related statistically (p < 0,45) with the prevalence of acute respiratory infections found in children under five. Thus, ventilation and the use of burning mosquito repellent was statistically related to the prevalence of asthma found in children under five. However ventilation, smokers in the home, burning mosquito repellent did not show a relation to the prevalence of acute respiratory infection found in children under five.. Likewise humidity, smokers in the home, use of cooking fuel and overcrowded homes did not show a relation to asthma in children under five.
In this research it was discovered that the risk of acute respiratory infection is 3.8 times greater for children under five exposed to kerosene fuel compared to natural gas fuel. The risk of asthma is 2.2 times greater for children under five exposed to burning mosquito repellent compared to children under five not exposed to burning mosquito repellent.
The age ,nutrition and immunization factors did not influence the relationship between air quality indoors and the prevalence of respiratory diseases (acute respiratory infection and asthma) in children under five.
The logistic regression model which fitted the prevalence of acute respiratory infection was found on cooking fuel, humidity, overcrowded homes and the age of the child, while the prevalence of asthma was found on the use of burning mosquito repellent and ventilation in the home.
Based on the levels of fuel pollution indoors (gas S02 and NOX), evidently there was statistical relation between those two gasses in the prevalence of acute respiratory infection in children under five and likewise the pollutan NOX in the prevalence of asthma in children under five."
1996
T2826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Epi Ria Kristina
"Laporan WHO menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut (ISPA). Laporan WHO dan Depkes menyebutkan bahwa ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada balita. Bahkan, hingga saat ini, ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Kualitas Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Warakas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2011. Merupakan studi observasional dengan disain cross sectional. Jumlah sampel 150 balita diambil secara non probability sampling (bersifat accidental sampling). Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dan Regresi Logistik.
Hasil analisis univariat dari 150 balita yang dijadikan sampel penelitian diperoleh 112 kasus ISPA (74,7%). Kualitas Lingkungan Fisik Rumah yang tidak memenuhi syarat antara lain jenis lantai (14,7%), jenis dinding (58,7%), jenis atap (58%), ventilasi (6%), kepadatan hunian (62,7%), suhu (88,7%), kelembaban (68,7%), dan pencahayaan (79,3%). Karakteristik Keluarga yang tidak memenuhi syarat antara lain pengguna anti nyamuk (23,3%), berprilaku merokok (70%), pengguna bahan bakar memasak (15,3%), sosial ekonomi rendah (39,3%), dan pendidikan ibu rendah (60,7%). Sedangkan Karakteristik Responden yang tidak memenuhi syarat antara lain status imunisasi berisiko atau tidak lengkap (37,3%), dan status gizi berisiko atau tidak normal (27,3%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Kepadatan Hunian (p = 0,032; OR = 2,346) dan Status Gizi (p = 0,034; OR = 3,126) terhadap kejadian ISPA. Kualitas Lingkungan Fisik Rumah yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Warakas adalah Kepadatan Hunian. Karakteristik Keluarga di Kelurahan Warakas tidak memiliki hubungan terhadap kejadian ISPA pada Balita. Karakteristik Responden yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Warakas adalah Status Gizi, dengan status gizi sebagai faktor yang paling dominan dan anti nyamuk sebagai faktor perancu.

WHO report said that the highest death because of infection in the world is an acute respiratory infection (ARI). WHO and Depkes reported that the ARI is one of the highest death cause in infants. In fact, until recently, ARI is still a public health problem in Indonesia. The goal of research to determine the relationship of Quality house Physical Environment with ARI incidence in Toddlers at Work Area Health Center Village District Warakas North Jakarta Tanjung Priok in 2011. An observational study with cross sectional design. The number of samples taken in 150 infants of non probability sampling (sampling is accidental). Statistical tests used were Chi-Square and Logistic Regression.
The analysis report from 150 infants who obtained the study sampled 112 cases ISPA (74%). The quality of house environment physically that do not fulfil the requirement are: the type of floor (14,7%), type of wall (58%), tupe of roof (58%), ventilation (6%), density residential, (62,7%), temperature (88,7%), humidity (68,7%), exposure (79,3%). The characteristic of families that do not support are: the using of anti-mosquito (23,3%), smoking habit (70%), use cooking fluel (15,3%), low socio-economic conditions (39,3%),, and low mother education (60,7%). The Responden characteristics that do not support are: immunization at risk risk and do not complete (37,3%), and the nutrient at risk risk or do not normal (27,3%).
The result bivariate anylisis showed that there is the conection between density residential (p = 0,032; OR = 2,346) and nutrient statue (p = 0,034; OR = 3,126) for ISPA. Quality of House Physical Environmental who has a relationship with the incidence of ARI in Toddlers in Village Warakas is Density Residential. Characteristics of Families in the Village Warakas has no relationship to the incidence of ARI in Toddlers. Characteristics of Respondents who have a relationship with the incidence of ARI in the toddler in the Village is Warakas Nutritional Status, which the statue of nutrient is become the dominant factor and the using of anti-mosquito as a confounding factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rondang Marsaulina S.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sitti Nursetiawati Soemino Nasrul Oening
"Pertambahan penduduk, disertai dengan kondisi sosial ekonomi penduduk yang rendah, kesulitan mendapatkan perumahan atau lahan yang layak untuk tempat tinggal eli kota-kota besar telah mendorong orang untuk tinggal di pemukiman kumuh. Makin banyak jumlah penduduk, makin menurun t:ingkat kesejahteraan penduduk, dan makin sulit mendapatkan lahan atau rumah yang layak untuk dihuni, semakin besar tekanan penduduk, untuk tinggal di pemukiman kurnub. Selanjutnya menimbulkan kepadatan penghuni dan ketidak teraturan (density and crowding) dalam setiap lingkungan keluarga di pemukiman kumuh, yang akhimya memberikan efek kepada anak lulus SD berupa prestasi belajar yang rendah.
Masalah yang dihadapi anak yang tinggal di pemukiman lcumuh padat penduduk adalah :
1. Tingkat kepadatan penghuni sangat tinggi.
2. Lingkungan fisik yang kotor, bau , bangunan fisik tempat tinggal yang mudah terbakar, pemcemaran lahan, udara dan air, jalan yang tidak tertata, lingkungan keluarga yang sangat tinggi kepadatan penghuninya, sesak, dan bising, kondisi bela jar yang buruk.
3. Fakta bahwa kepadatan penghuni yang sangat tinggi dalam lingkungan keluarga di pemukiman kumuh padat penduduk tersebut akan mempengaruhi prestasi belajar.
Prestasi belajar saat lulus SD berupaya NEM di Kelurahan Galur yaitu 34,82 (Nilai Minimum), 44,61 (Nilai Maksimum). Berdasarkan hasil pengamatan dan penelaahan literatur yang berkaitan dengan banyaknya anak lulus SD berprestasi belajar rendah memiliki hubungan dengan kondisi belajar anak yang dipengaruhi oleh faktor fisik dan non fisik dalam lin8kunan keluarga dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Kepadatan penghuni dalarn lingkungan keluarga berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.
2. Kondisi belajar dalam lingkungan keluarga berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Hipotesis 1 memiliki arti makin tinggi tingkat kepadatan penghuni dalam lingkungan keluarga, rnakin rendah prestasi belajar anak. Hipotesis 2 memiliki arti semakin baik kondisi belajar anak dalam lingkungan ke uarga, makin tinggi prestasi belajamya. Untuk menguji I
1. Analisis hubungan amara lingkungan keluarga dari segi kepadatan penghuni dengan prestasi belajar menunjukkan tidak adanya pengaruh, karena temyata anak pada umumnya mampu beradaptasi dengan kepadatan penghuni dalam lingkungan keluarganya. Dengan aemikian hipotesis 1; tidak dapat diterima.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kasus kond.isi belajar yang buruk di lingkungan keluarga berkepadatan penghuni sangat tinggi yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar pada anak saat lulus SD. Dengan demildan, ada hubungan atau pengaruh dari kond.isi belajar anak yang rneliputi : keharusan belajar, lama belajar, sarana belajar, penerangan belajar, cita-cita anak, harapan orangtua terhadap pendidikan anak, frekuensi gangguan belajar, pemanfaatan waktu luang, terhadap prestasi bela jar anak.
Analisis untuk ke delapan faktor kondisi belajar tersebut menunjukkan risiko dari adanya kondisi lingkungan keluarga yang cukup kompleks. Hasil uji Chi-square untuk masing-masing faktor yang merupakan ciri masalah belajar tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan nyata antara kasus kondisi belajar anak di lingkungan keluarga berkepadatan penghuni sangat tinggi dengan kasus kondisi belajar anak di lingkungan keluarga berkepadatan penghuni tidak tinggi. Kedelapan faktor dalam kondisi belajar yang dihimpun dalam satu variabel kondisi belajar, menurut hasil uji statistik yang menggunakan regresi berganda, ternyata memberi pengaruh terhadap prestasi belajar anak (R square = 133959), dengan konstribusi yang berbeda dari masing-masing faktor. Dengandemikian Hipotesis 2 diterima.
3. Hasil penelitian dari analisis uji statistik non parametrik yang menggunakan uji Man Whitney Kruskal Wallis, temyata kondisi pemukiman dan lingkungan sekitar rumah (fisik and non fisik) berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, berdasarkan lokasi yang berbeda yaitu antara Kelurahan Galur dan Kelurahan Johar Baru.
Kesimpulannya ada.lah tidak terda.pat pengaruh tingkat kepadatan penghuni yang sangat tinggi dalam Iingkungan keluarga di rumah tinggal pemukiman kumuh. Sebagai saran penulis adalah orangtua perlu rnemperhatikan kondisi belajar anak, sekalipun terhadap kepadatan penghuni di dalarn lingkungan keluarganya, karena anak harus mempunyai tempat yang sesuai untuk melakukan aktivitasnya, sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwanya, memiliki kondisi belajar yang baik, sebab kondisi belajar yang baik pada akhimya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar, dan hal ini akan lebih baik bila didukung oleh kondisi pemukiman dan lingkungan sekitar rumah (fisik dan non fisik) yang baik. Khusus bagi anak yang tergolong kurang mampu (miskin), perlu mendapat bantuan berupa paket belajar, kelas terbuka, pemberian kasih sayang melalui program anak asuh."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muridi Mudehir
"ISPA adalah penyakit infeksi yang paling banyak terjadi pada masyarakat Indonesia khususnya pada anak balita, kondisi ini juga terjadi di Kecamatan Jambi Selatan. Beberapa penelitian ISPA pada anak balita banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkugan rumah. Permasalahan penelitian ini adalah belum diketahui faktor-faktor lingkungan rumah mana saja yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita di Kecamatan Jambi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan rumah dan karakteristik anak balita yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita di Kecamatan Jambi Selatan.
Desain penelitian adalah Cross Sectional yang dilaksanakan dengan metode survei menggunakan kuesioner. Jumlah sampel yang diambil sebesar 358 rumah tangga yang ada anak balita, yang diambil secara random di wilayah Kecamatan Jambi Selatan, sebagai responden ibu rumah tangga. Analisa data dengan univariat, bivariat, dengan uji Chi Square, don analisa multivariat dengan uji regresi lagistik model prediksi.
Hasil penelitian diperoleh gambaran 35,8% anak balita yang menderita ISPA, kondisi lingkungan rumah dari 10 variabel pada umumnya belum memenuhi syarat, dan karakteristik anak balita masih banyak yang belum mendapat imunisasi lengkap serta stains gizi kurang.
Dari 10 variabel yang diduga ada hubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita melalui uji Chi Square menunjukkan ada 8 variabel yang berhubungan yaitu konstruksi dinding OR = 2,2 ; jenis lantai OR = 3,1 ; ventilasi OR = 1,7 ; kelembaban OR = 14,4 ; lubang asap dapur OR = 2,7 ; kepadatan penghuni rumah OR = 3 ; kondisi dapur OR = 2,8 ; asap rokok OR = 3,9. variabel yang tidak berhubungan yaitu jenis bahan bakar masak dan obat anti nyamuk bakar.
Dan 10 variabel lingkungan rumah, setelah melalui uji multivariate ternyata yang mempunyai hubungan yang bermakna ada 4 variabel, yaitu kepadatan penghuni rumah, kondisi dapur, kelembaban dan asap rokok. Variabel yang paling dominan hubungannya dengan kejadian ISPA pada anak balita di Kecamatan Jambi Selatan adalah kelembaban, dengan persamaan regresi yaitu :
Logit Y = -7,837 + 2,187 kelembaban + 1,412 asap rokok + 0,878 kondisi dapur + 0,701 kepadatan penghuni rumah.
Variabel perancu tidak ada yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita
Kesimpulan bahwa kejadian ISPA pada anak balita ada hubungan dengan empat variabel tersebut dan perlu ada upaya perbaikan. Berkaitan dengan hasil penelitian disarankan kepada Dinas Kesehatan Propinsi Jambi, Dinas Kesehatan Kota. Jambi, semua Puskesmas di wilayah Kecamatan Jambi Selatan untuk merencanakan, memprogramkan pelaksanaan penyuluhan tentang faktor-faktor lingkungan rumah berhubungan terhadap kejadian ISPA pada anak balita, serta memberdayakan kader dasawisma yang ada dan klinik sanitasi.
Daftar bacaan : 44 (1983 - 2001)

The Connection between the Factors of the House Environment with the Appearance of ISPA Disease on Children Under 5 Years Old in Kecamatan Jambi Selatan in 2002
ISPA or acute respiratory infection is an infection disease mostly occurs in the community specifically on children under 5 years old in Indonesia, and it appears in Kecamatan Jambi Selatan. Several researches of ISPA on children under 5 years old shows that it is caused by the houses environmental factors. The research problem is the unknown of houses environmental factors which connected to ISPA on children under 5 years old in Kecamatan Jambi Selatan.
The research was undertaken to know the figures of the house environmental factors and the characteristic of the children under 5 years old related to the occurrence ofISPA in Kecamatan Jambi Selatan.
The design used in this Cross Sectional which is undertaken by survey method, using questioner. The respondents are house-wives who have children under 5 years old The number of samples are 358 homes/houses, taken by random in Kecamatan Jambi Selatan. Data analyzed by univariate, bivariate with Chi Square test, and multivariate analysis with prediction mode of logistic regression test.
The result of research is picturing that 35,8% of children under 5 years are suffering ISPA, the houses environment condition of 10 variables are generally poor and the characteristics of the children under 5 years old have not got complete immunization and are in less nutrient status.
From 10 variables which are predicted connected with ISPA disease on the children under 5 years old, through the Chi Square test, show that 8 variables related are wall construction OR = 2,2; type of floor OR = 3,1; ventilation OR =1,7; humidity OR = 14,4; kitchen chimney OR = 2,7; human density of house OR = 3; kitchen condition OR = 2,8; cigarette smoke OR = 3,9. The other variable which no connection are kind of cooking fuel and solid mosquito repellent.
From the 10 variables of the houses environment, after passing the multivariate test shows that there are 4 variables which have very close connection. There are human density in house, kitchen condition, humidity and cigarette smoke. The most dominant variable on ISPA on the children under 5 years old in Kecamatan Jambi Selatan is the humidity, with regression similarity that is:
Logit Y = - 7,837 + 2,187 humidity + 1,412 cigarette smoke + 0,878 kitchen condition + 0,701 human density in house.
There is no confusing variable connecting with ISPA disease occurs on the children under 5 years old.
The conclusion of the appearance of ISPA on the children under 5 years old, there are 4 variables mentioned before, and improvement must be undertaken to overcome the 4 variables. Due to the result of the research, it is suggested to the Health Official Government of Jambi Province, Health Official of Jambi City, and all PUSKESMAS (Community Health Center) in Kecamatan Jambi Selatan, to provide a planning, and an implementation program of illumination information about house environmental factors which cause the occurance of LSPA to the children under 5 years old, and to push and using the existing Dasawisma and Sanitation Clinic cadres efficiently and effectively.
Literature : 44 (1983 - 2001)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 4616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Widodo
"ABSTRAK
Pneumonia adalah radang paru-para dengan diagnosa nafas ccpat dan sesak serta
adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke daiam. Pneumonia disebabkan oleh
milcroorganisme patogen (bakteri, virus, mikoplasma), aspirasi bahan atau produk
berbahaya Pneumonia dipengaruhi antara lain faktor linglcungan tisik rumah dan
karalcteristik anak. Pneumonia masih menjadi masalah di Indonesia khususnya di Kota
Tasikmalaya. Diperkirakan proporsi penyakit pneumonia penyebab keniatian pada bayi
sebesar l6,4%, sedangkan proporsi penyakit pneumonia pada balita sebesar 25%.
Tujuan penelitian ini adaiah untuk mengetahui hubungan kcjadian pneumonia pada
balita dengan faktor lingkungan Esik kamar tidur dan karakteristik anak.
' Desain penelitian case control dengan pendekatan retrospektifl Sampel sebanyak
300 responden terdiri dari 150 orang kasus dan _150 orang kontrol. Hasil analisis data
diperoleh hasil yaitu dari sepuluh variabel diteliti, yang mempunyai hubungan bermakna
dengan kejadian pneumonia yaitu hanya delapan variabel terdizi dari jenis kelamin
(p=0,00l;OR=2,3), status imunisasi (p=0,009;OR=1,9l), status gizi (p=0,013;
OR=5,04), pembeiian ASI(p=0,028;OR=0,58), ventilasi (p=0,003;OR=0,48),
pencahayaan (p=0,022,0R=0,55), kepadatan hunian (p=o,oo9;oR=o,s) dan asap obat
nyamuk bakar (p=0,003; OR=2,l ). -
Dari hasil uji multivariat tanpa interaksi, faktor dominan yang mempengaruhi
kejadian penyalcit pneumonia pada anak balita adalah status gizi dengan nilai B 1,799
dan OR = 6,041 (CI 95%=l,607-22,713). Scdangkan hasil uji multivariat dengan
intemksi diperoleh' hasil bahwa faktor dominan yang mempengaruhi kejadian
pneumonia anak balita adalah interaksi antara asap obat nyamuk dengan status gizi
dengan nilai B 1,040 dan OR-2,828 (CI 95%=1,66?7-4,7988). Pada perhitungan
probabiiitas didapatkan hasii bahwa balita yang menderita pneumonia memiliki
probabililas adds 15,6 kali punya riwayat status imunisasi tidak Iengkap (DPT dan
Campak), status gizi kurang dan ada asap obat nyamuk bakar di dalam kamar tidur
dibanding balita yang tidak menderita pneumonia Dari hasil penelitian ini disarankan agar anak balita diimunisasi Iengkap (DPT
dan Carnpak), diberi asupan makanan dengan gizi seimbang, dan tidak menggunakan
obat anti nyamuk bakar di dalam kamar tidur, serta perlu disosialisasikan faktor-faktor'
yang berhubungan dengan kcjadian pneumonia pada balita.

ABSTRACT
Pneumonia is implementation of lengs with fast breath and short - winded
diagnosis and existence of chest wall with drawal at down part move inside. Pneumonia
is caused of pathogen microorganism (bacterium, virus, rnicoplasma), materials
aspiration or dangerous product Pneumonia is aifected by the factors of house physical
environment and children characteristics. Pneumonia still become serious problem in
Indonesia especially at T asikmalaya City. It was predicted that proportion of pneumonia
disease caused to the death of baby is l6,4%, while proportion of pneumonia desease of
chlidren imder Eve is 25%. The objective of this research was to lcnow the relation
between pneumonia case of children under tive years with physical environment factor
of badroom and child characteristic.
The research design was case control design and retrospective approach. The
samples were 300 respondents consist of 150 and 150 controls. The result of data
analysis was got : fiom ten variables studied, the variables that have significant relation
ave 8 varables consisted of sex (p=0,00l,OR=2,3), immunization status (p=0,009,
OR=l,9l), nutrition status (p=0,0l3,0R=5,04), giving ASI (p=0,027,0R=0,58),
ventilation (p=0,022,0R=0,48), lighting (p=0,22,0R=0,55), bed room density
(p=0,009,0R=0,5), smoke of medicine for fighting mosquito (p=0,003,0R=2,l). From
multivariate test result without interaction was indicated that dominant factors which
affected on pneumonia disease occurrence of children under live years old were
nutrition status by B-value = l,799 and OR-value == 6,041 CI 95% = 1,607-22,7l3,
whereas multivariate test by interaction was obtained a result that dominant factors
which affected on pneumonia occurrence of children gander five years old were
interaction between smoke of medicine for fighting mosquito and nutrition status by B-
value = 1,040 and OR~value = 2,828 Cl 95% = 1,667-4,7988. At probability calculation,
it was got the result that children under tive years old who suliered from pneumonia had
odd probability 15,6 times of having incomplete immunization status (DPT and
Measles), less nutrition statins and there were smoke of bumed mosquito repellent in the bed room compared to chlidren under tive years who suffered from pneumonia. From
the result ol' research, it was suggested that children under five years old should be
immunized completely (DPT and Measles immunization) it must be given thc lbod
suply with ballanced nutrient and don't use burned mosquito repellent in bad room and it
need to be sosialized the factors which have relation with pneumonia cases of children
under five years old.

"
2007
T34530
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safwan
"Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) merupakan suatu penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak balita, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Kejadian ISPA di Kota Padang memberikan kontribusi jumlah kasus ISPA di Propinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 11,15%, dengan kejadian sebesar 63,45%, sedangkan untuk wilayah puskesmas Alai didapatkan kejadian sebesar 51,39%. Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terhadap timbulnya ISPA adalah umur < 2 tahun, laki-laki, gizi kurang, berat badan lahir rendah ( BBLR ), tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal dan defisiensi vitamin A.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor risiko lingkungan fisik rumah dan sumber pencemaran dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita. Disain studi yang digunakan adalah jenis rancangan kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang bertempat tinggal diwilayah Puskesmas Alai. Sampel adalah balita yang datang berobat ke puskemas dan balita yang tinggal dirumah terdekat dengan kasus. Jumlah sampel seluruhnya adalah sebanyak 318 responden (159 kasus dan 159 kontrol).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak balita yang tinggal di rumah dengan kondisi lingkungan fisik seperti ventilasi yang tidak memenuhi syarat, kepadatan hunian yang tinggi, kandungan particulate (PM10) yang tidak memenuhi syarat, ada sumber pencemaran seperti merokok dalam rumah serta penggunaan bahan bakar minyak tanah/kayu akan berpeluang untuk menderita ISPA. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah balita di Puskesmas Alai yang tinggal dirumah dengan ventilasi yang tidak memenuhi persyaratan berpeluang untuk menderita ISPA sebesar 5,67 kali lebih banyak dibanding dengan balita yang tinggal dengan ventilasi yang memenuhi syarat. Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan perumahan sehat, dan memperbanyak ventilasi secara swadaya.

Physical Environment Health and Exposure Sources within Living House as Risk Factor of ISPA Incidence among Under Five (Case Control Study in Alai Health Center, Padang City 2003)Infant and under five often suffer from acute respiratory infection (ISPA), this became community health problem. In Padang city 63,0% ISPA incidence contribute 11,5% of ISPA incidence in West Sumatra, while in area covered by Alai health center incidence rate is 51,39%. Some of risk factor which influence ISPA age < 2 years, male, under nutrition, low birth weight (BBLR), not receiving adequate breastfeeding, air pollution, density of living house population, and A vitamin deficiency.
Objective of this study is to find out relation risk factors of physical environment and sources of exposure within living house with ISPA incidence among under-five. Design of this study is case control, population is under-five which living in covered area of Alai health center. Samples are under-fives who came to seek medication to health center and under-fives which living nearest to case. Total samples are 318 samples (159 cases and 154 controls).
Result of this study showed that under-five who lives in living house with physical environment condition which have inappropriate ventilation, high density of residence in living house, particulate (PM10) content higher than minimum level, sources of pollution such as cigarette smoke and fuel combustion in cooking would be have greater chance to suffer ISPA.
This study conclude that under-five in covered area by Alai health center which stay in living house with inappropriate ventilation could have chance to suffer ISPA 5,67 times than others who have good ventilation in their living house. It recommends conducting educational program about healthy environment, such as healthy house with good ventilation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T 11358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandang Mulyana
"Masalah kesehatan pada usia balita di Indonesia yang saat ini dihadapi adalah masih tingginya angka kesakitan dan kematian.Salah satu penyebabnya adalah Infeksi Saluran Nafas Akut (SKRT, 1995). Pola penyakit terbanyak di Puskesmas ISPA 5,05 %, dan dirawat nginap di rumah sakit ISPA 11,16 % di KabupatenfKotamadya se Jawa Barat masih tetap merupakan urutan dua besar setelah cliare (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2000).
Untuk mengatasi masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita diperlukan upaya program penanganan yang terintegrasi antara masyarakat dan pemerintah. Pelaksanaan program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan upaya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia serta menipakan bagian clan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (Diijen P2M DepkesRí, 2000).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pola masak sebagai faktor resiko terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita.
Rancangan penelitiannya adalah Kasus-Kontrol, dengan jumlah sampel 252 kasus dan 252 kontrol. Teknik pengambilan sampel secara simple random yang dilakukan terhadap setiap kasus ISPA yang berobat ke Puskesmas Garuda dengan kontrol sebagal tetangganya. Hipotesa yang diajukan adalah lnfeksi. Saluran Pemafasan Akut (ISPA) pada balita dapat diterangkan dan faktor resiko pola masak yang meliputi bahan bakar yang digunakan, frekuensi masak, lama masak, ventilasi tempat masak dan keberadaan anak di tempat masak. Analisa yang dipergunakan adalah uji statistik Regresi Logistik Ganda.
Kesimpulan penelitian menunjukan bahwa pola masak merupakan faktor resiko terjadinya ISPA path balita. Penggunaan bahan bakar minyak tanah-kayu bakar memupunyai Rasio Odds 4,45 (selang kepercayaari 95 % 2,68 - 740),nilai Attributable fraction 0,59 (selang kepercayaan 95 % 0,50 - 0,66). Frekuensi memasak mempunyal Rasio Odds 3,86 (selang kepercayaan 95 %, 1,91 - 7,81), nilai Attribu.table fraction 0,20 (selang kepercayaan 95 % 0,16 - 0,23). Lama memasak mempunyai Rasio Odds 3,06 (selang kepercayaan 95 % 1,89 - 4,97), nilai Attributable fraction 0,40 (selang kepercayaan 95 % 0,30 - 0,47). Ventilasi mempunyai Rasio Odds 11,93 (selang kepercayaan 95 % 6,83 - 20,84), dengan Attributable fraction 0,52 (selang kepercayaan 95 % 0,50 - 0,94). Keberadaan anak di tempat masak mempunyaí Rasio Odds 4,01 (selang kepercayaan 95 % 2,46 - 6,52) dengan Attributabk fraction 0,46 (selang kepercayaan 95 % 0,38 - 0,52). Selain itu merokok merupakan faktor perancu (konfowider) dengan Rasio Odds 5,16 (selang kepercayaan 95 % 2,32- 11,48), nilai Attributable fraction 0,65 (selang kepercayaan 95 % 0,42 - 0,78). Imunisasi mempunyai Rasio Odds 2,87 (selang kepercayaan 95 % 1,50 - 5,49) dengan Attributable fraction 0,15 (selang kepercayaan 0,09 - 0,19).
Adapun saran adalah petugas kesehatan (Puskesmas) hendaknya membenkan penyuíuhan kepada keluarga balita untuk menyedialcan ventilasi yang optimal di tempat masak, menjauhkan anak dan tempat memasak, serta setiap anggota keluarga untuk tidak merokok disekitar balita. Program imunisasi untuk tetap digalakan terutama BCG, DPT dan Campak dalam upaya mcncegah ISPA.

The health problem suffered by under five years old in Indonesia recently relates to the high rates of illness and death. One of their causal factor's reffered to Acute Infection of Repiratory Tract (SKRT, 1995). The most disease pattern at puskesmas (Public Health Center) ISPA 5,05 % and hospitalization at hospital (ISPA 11,16 %) in West Java Regency/Municipality still places the second level after diarrea ( Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2000).
A certain effort of handling program which's integrated between society and government needs to be applied to solve Acute Infection of Respiratory Tract problem suffered by under five years old. The application of elimination program towards the disease of Acute infection of Respiratory Tract (ISPA) is a way to support the increasing of human resources quality, beside as a part of preventive methode and elimination attainment againts contagious disease (Dùjen P2M Depkes RI, 2000).
The aim of this reseach.is gaining the knoledge of cooking patern as a risk factor towards the accurace of Acute Infection of Respiratory Tract.
The design used this research is Case Control, take from 252 sample and 252 controls. The technique conducted in collecting the samples is simple random, which's carried out from each case of ISPA treated at Puskesmas Garuda and its neigbor as a comparison. The hipothesis made is that Acute Infection of Respiratory Tract (ISPA) suffer by under five years old can be explained in relation to risk factor of cooking pattern covering the usage of fuel , cooking frequency, cooking duration of time, kitchen ventilation, and existance of children under five year old in the kichen. Logistic Regression analysis was uses to test the hypothesis in it's Study.
The research result shows that cooking pattern is a risk factor of ISPA suffered by under fiye years. The usage of kerosene and firewod as fuel has Odds Ratio of 4,45 (95 % Confidence Interval/Cl 2,68 - 7,40), its value of Attributable fractionis 0,95 ( 95 % CI 0,50 - 0,66). Cooking frequency has Odds Ratio of 3,86 ( 95 % Cl 1,91 - 7,8 1). Its value if Attributable fraction 0,20 (95 % CI 0,16 - 0,23). Cooking duration if time has Odds Ratio of 3,06 (95 % CI 1,89 - 4,97 ), its value of Attributable fraction'S 0,40(95 % CI 0,30 - 0,47). Kichen Ventilation has Odds Ratio of 11,95 ( 95 % CI 683 - 20,84), its imfact 's 0,52 (95 % CI 0,50 0,94). The existance of under five years old in the kichen has Odds Ratio of 4,01 (95 % CI 2,46 - 6,52).Smoking is a conpounding with Odds Ratio of(95 % CI 2,32 - 11,48) and its im1ct fraction is 0,65 (95 % CI 0,452 -0,78). limmunization has Odds Ratio of 2,87(95 % CI 1,50- 5,.49)) and its Attributable fraction of 0,15 ( 95 % CI 0,09-0,19).
However, there are several suggestions offered to medical attendant at Puskesmas (Public Health Center) those are : They should give and illumination about the optimum ventilation provided in the kichen to the family member, keeping away their under five years, and the family member must not around their under five years when they smoke. Furtherm, the iniunization program still has to be held continually in order to prevent ISPA.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>