Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171208 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tommy Tunggamoro
"Tujuan: Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas Ultrasonografi Doppler Berwarna (USG DB) dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi dalam menilai metastasis kelenjar getah bening (KGB) aksila level I pada pasien karsinoma payudara (KPD).
Saban dan Metode: Pemeriksaan USG DB dilakukan pada 39 KGB aksila dari 17 pasien yang memenuhi kriteria penerimaan. USG DB menilai KGB dengan B-mode, Color mode clan Doppler mode untuk kemudian dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi, Pemeriksaan dilakukan menggunakan transduser linear frekuensi 10 MHz (GE, Logiq 3).
Hasil penelitian: Pada pemeriksaan USG Doppler mode didapatkan sensitivitas 73,3%, spesifisitas 87,5%, yang bennakna secara statistik. Pemeriksaan USG Co/or mode mempunyai nilai kappa dan spesifisitas yang rendah, meskipun bermakna secara statistik. Pemeriksaan USG lainnya (B-mode maupun kombinasi) tidak memberikan hasil yang bermakna.
Kesimpulan: Pemeriksaan USG Doppler mode mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang baik dan bermakna secara statistik. Hal ini diharapkan dapat membantu klinisi dalam menilai metastasis kelenjar getah bening aksila secara non-invasif.

Objective: To establish sensitivity and specificity of Color Doppler Ultrasound (CDU) in the assessment of level ! axillary lymph nodes metastases in breast cancer patients.
Material and methods:. CDU was performed in 39 aril/my lymph nodes from 17 patients, to evaluate B-mode, Color erode dan Doppler mode images in comparison with histopathologic finding of metastases. CDU examination was performed using linear transducers 1OMHz (GE, Log-4 3).
Results: The sensitivity and specificity of Doppler mode in CDU were 73,3% and 87,5%, and they were statistically significant. Although color mode evaluation was statistically significant, its specificity and kappa value are low. Other evaluations such as B-mode or combination mode gave unsignificant results,
Conclusion: Doppler mode in CDU examination has a good sensitivity and specificity in detecting axillary lymph nodes metastases. It is considered useful for the clinicians in evaluating lymph nodes status using non-invasive procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Irianty
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan ultrasonografi sebagai pemeriksaan pelengkap mamografi dalam mendeteksi awal kelainan payudara berdasarkan perbedaan densitas payudara pada mamografi.
Rumusan Masalah
Kepadatan payudara menurunkan tingkat kepekaan mamografi sehingga dapat terjadi false negatif pada mamografi. Sehingga diperlukan pemeriksaan yang non invasif dan relatif murah seperti ultrascnografi untuk meningkatkan kepekaan mamografi.
Berdasarkan uraian dalani latar belakang masalah di alas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian antara lain :
1. Gradasi berapa pada mamogram yang memerlukan ultrasonografi sebagai pemeriksaan tambahan mamografi,
2. Berapa peningkatan kepekaan mamogram yang tidak ditemukan massa dengan penggunaan ultrasonografi sebagai pemeriksaan pelengkap dalam mengevaluasi kelainan payudara."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Imaduddin
"Ultrasonografi (USG) merupakan alat diagnostik pencitraan yang berguna untuk mendeteksi dan menganalisis struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia, salah satuya mendeteksi atau menganalisis biometri janin. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengukur biometri janin dari citra hasil scanning alat USG. Citra janin yang dideteksi dan diukur meliputi besar diameter kepala dan panjang tulang paha. Proses deteksi dan pengukuran dilakukan melalui beberapa tahap yaitu cropping objek dan non-objek, ekstraksi fitur, seleksi fitur, dan pengukuran besaran dari organ janin. Untuk ekstraksi fitur menggunakan Haar-like Feature, untuk pendeteksian menggunakan Adaboost Classifier, dan untuk metode pengukuran biometri menggunakan Randomized Hough Transform.
Pada penelitian ini, digunakan 300 data citra biparietal kepala dan 200 data citra tulang paha. Dari hasil pengolahan data, didapatkan hasil deteksi biparietal kepala janin sebanyak 44 gambar dengan error rata-rata sebesar 0,0388 dan correlation coefficient yang dihasilkan sebesar 0,984. Sementara hasil untuk deteksi tulang paha janin sebanyak 18 dengan error rata-rata sebesar 0,554 dan correlation coefficient yang dihasilkan sebesar 0,788. Dengan metode yang diajukan pada penelitian ini, diperlukan adanya pengembangan metode yang lebih optimal sehingga tahapan dalam pengintegrasian sistem ke dalam sebuah alat pengukuran organ janin dapat diaktualisasikan. Tentunya dengan sistematika pemakaian alat yang lebih sederhana dan harga yang lebih terjangkau.

Ultrasonography (USG) is a diagnostic tool for detecting and analyzing organ structure in human body. One of the example usage of USG is to detect and analyze biometric features of a fetus. This study aims to detect and measure features of fetus from scanned image offetalhead (biparietal diameter) and femur length using ultrasound equipment. The detection and measurement process have several steps. It consists of cropping object and non-object, extracting features, selecting features, and measuring the fetal organs sizes. In this study, Haar-like feature is used to extract the feature meanwhile AdaBoost classifier is used for object detection and Randomized Hough Transform is applied for biometry measurement.
In this research, we used 300 biparietal head image data and 200 image data of femur. After the data processing stage, we obtained the detection of biparietal as many as 44 images with an average error of 0.0388 and Correlation Coefficient result of 0,984, while the results for the detection of fetal femur error as many as 18 with an average of 0,554 and Correlation Coefficient result of 0,788. The result of this research can be optimized further to realize a fully integrated system that can detect and measure fetal organ with usable user interaction and affordable price.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Wijayanti
"Hasil-hasil tentang pengaruh destruksi ultrasonik terhadap pembentukan nanopartikel material SrO.6Fe2-xMnx/2Tix/2O3 (x = 0.0; 0.5; dan 1.0) dibicarakan dalam skripsi ini. Seluruh material dipersiapkan melalui teknik pemaduan mekanik dimana semua prekursor yang diperlukan dipadukan bersama dalam alat planetary ball mill menghasilkan serbuk halus. Serbuk kemudian dikonsolidasi dalam bentuk bakalan muda dan menjalani tahapan sintering pada temperatur 1200°C selama 3 jam menghasilkan sampel kristalin berfasa tunggal. Serbuk material kristalin didapat melalui penghalusan kembali secara mekanik sampel kristalin selama 10 jam. Hasil evaluasi ukuran partikel menunjukkan ketiga sampel dengan komposisi berbeda memiliki ukuran rata-rata partikel berbeda masing-masing ~ 723 nm untuk x = 0.0, 293 nm untuk x = 1.0 dan 192 nm untuk x = 0.5. Partikel-partikel ini kemudian menjalani tahapan destruksi ultrasonik menggunakan transduser yang dioperasikan pada amplitudo 35, 45 dan 55 μm selama 5 jam. Ternyata, ukuran-ukuran partikel dapat berkurang secara efektif dengan bertambahnya daya transduser. Partikel-partikel material x = 0.0 awalnya memiliki ukuran sampai ~ 1500 nm menjadi mengecil sampai dibawah ukuran 300 nm pada penggunaan transduser dengan amplitudo 35 mikron. Ukuran partikel ini menjadi lebih halus lagi pada penggunaan transduser dengan amplitudo 55 mikron. Namun, hal ini berbeda dengan hasil evaluasi ukuran kristalit dimana tidak ditemukan pengaruh yang berarti pada proses destruksi ultrasonik. Pada partikel material x = 0.0, awalnya memiliki ukuran kristalit 143 nm hanya mengecil menjadi 85 nm paska destruksi ultrasonik mengunakan transduser dengan amplitudo 55 mikron. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa teknik destruksi mekanik yang dilanjutkan dengan destruksi ultrasonik terhadap partikel dapat menjadi salah satu cara untuk pembuatan partikel-partikel berukuran nanometer. Dari hasil penelitian ini telah diperoleh partikel yang tersusun oleh 1 sampai dengan 3 buah kristalit material SrO.6Fe2-xMnx/2Tix/2O3 (x = 0.0; 0.5; dan 1.0).

Results on effects of ultrasonic destruction to nanoparticles formation of SrO.6Fe2-xMnx/2Tix/2O3 (x = 0.0; 0.5; and 1.0) materials are reported. Materials were prepared through a mechanical alloying technique in which all precursors were co-milled into fine particles in a planetary ball mill. Sintering of 1200°C for 3 hours was introduced to the green compact which resulting in a single phase crystalline material. Crystalline particles were then obtained after re-milling the sintered samples for 10 hours. Particle size evaluations showed that the three compositions have different value of mean particle sizes respectively ~ 723 nm for x = 0.0, 293 nm for x = 1.0 and 192 nm for x = 0.5. These particles were then subjected to further refining by means of ultrasonic destruction employing 3 different amplitudes respectively 35, 45, and 55 μm for 5 hours each. It was found that the particle sizes were reduced effectively as the amplitude of transducer hence the transducer power increased. For material with x = 0.0, the particles with size up to ~ 1500 nm were reduced significantly to below 300 nm after ultrasonic destruction by a 35 μm transducer and reduced further to 100 nm by a 55 μm transducer. However, for Mn and Ti containing particles, the particle sizes were larger in which for x =1.0, the particles with sizes up to 300 nm were only obtained after ultrasonic destruction by 55 μm transducer. Referring to results of crystallite sizes evaluation for the particles, there is no significant effect to the reduction of crystallite sizes. The mean crystallite size of particles for x = 0.0 was initially 143 nm reduced to only 85 nm after ultrasonic destruction by a 55 μm transducer. It is concluded that the mechanical alloying assisted with ultrasonic destruction has proven to be an alternative route for nanoparticles fabrication. Particles containing up to 3 nano crystallites can be obtained in Mn and Ti substituted Strontium Hexaferrites."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sorindah Molina
"Penelitian ini memanfaatkan peristiwa ozonasi yang menghasilkan ozon dari udara bebas sebagai disinfektan untuk proses disinfeksi alternatif Salmonella sp. Untuk melakukan signifikansi proses disinfeksi ini, digunakan pembangkitan fenomena kavitasi ultrasonik dengan variasi intensitas gelombang ultrasonik sebesar 30, 60 dan 100%. Pada laju alir air 4 LPM (liter per menit) proses disinfeksi Salmonella sp. menunjukkan hasil yang terbaik dengan menggunakan peristiwa ozonasi maupun kombinasi kedua metode tersebut. Pada laju alir air 4 LPM pula dengan intensitas gelombang ultrasonik 100%, proses disinfeksi menggunakan ozonasi dan kavitasi ultrasonik menghasilkan pengurangan jumlah koloni bakteri paling cepat dibandingkan menggunakan konfigurasi lain dimana konsentrasi awal yang digunakan pada kisaran 105 CFU/mL berkurang hingga mencapai 0 CFU/mL dalam waktu 15 menit. Selain itu terbukti bahwa penggunaan kavitasi ultrasonik dapat meningkatkan kelarutan ozon di dalam air yang dibuktikan melalui perhitungan jumlah ozon residual. Peningkatan laju alir dan intensitas gelombang ultrasonik secara garis besar meningkatkan laju disinfeksi Salmonella sp pada penelitian ini.

This study utilizes ozonation that produce ozone from the free air as a disinfectant for Salmonella sp. disinfection alternatives process. To achieve the significance of this disinfection process , ultrasonic cavitation phenomenon with variations in the intensity of ultrasonic waves of 30, 60 and 100% will be used . On the water flow rate 4 LPM (liters per minute) Salmonella sp. disinfection showed the best results by using ozonation or a combination of both methods. On the water flow rate 4 LPM also with ultrasonic waves intensity 100% , disinfection using ozonation and ultrasonic cavitation produce reduction in the number of bacterial colonies the fastest compared to other configurations in which the initial concentration used in the range of 105 CFU / mL decrease until it reaches 0 CFU / mL within 15 minutes. In addition it is evident that the use of ultrasonic cavitation can increase the solubility of ozone in water as showed by calculating the amount of residual ozone. Increased flow rate and the intensity of the ultrasonic waves can increase the rate of disinfection of Salmonella sp."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia Utami
"Latar Belakang: Penyakit arteri perifer (PAP) adalah manifestasi aterosklerosis sistemik, yang seringkali melibatkan penyandang diabetes melitus (DM) tipe 2. Tes ankle brachial index (ABI) telah digunakan sebagai penapis PAP, tetapi ABI normal belum menyingkirkan PAP. USG dupleks (UD) lebih sensitif namun lebih mahal daripada tes ABI, sehingga perlu diketahui karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa UD dapat mendeteksi PAP pada penyandang DM tipe 2 dengan ABI normal, mengenali gambaran UD PAP, dan mengenali karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.
Bahan dan Cara Kerja: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan mengikutsertakan 40 tungkai. Setiap subyek menjalani roc ABI, pemeriksaan UD dan pen ilaian faktor-faktor risiko. Arteri-arteri ekstremitas bawah d iperiksa, dengan penilaian terhadap ketebalan kompleks intima media (KIM) arteri femoralis, adanya plak, dan evaluasi spektrum Doppler.
Hasil: Dari pemeriksaan UD ditemukan PAP pada 50% (20 dari 40) tungkai. Gambaran UD PAP yang didapatkan berupa penebalan KIM arteri femoralis (20%, 4 dari 20 tungkai) dan adanya plak dengan spektrum Doppler yang masih normal di arteri-arteri ekstremitas bawah (100%, 20 dari 20 tungkai). Terdapat hubungaxi bermakna antara obesitas dan kejadian PAP (Rasio Odds = 22,45).
Kesimpulan: Dari penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa: 1) UD dapat mendeteksi PAP pada penyandang DM tipe 2 dengan A131 normal; 2) Gambaran UD PAP pada pasien-pasien tersebut berupa penebalan KIM arteri femoralis dan adanya plak dengan spektnim Doppler normal di arteri-arteri ekstremitas bawah; 3) Obesitas merupakan karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.

Background: Peripheral arterial disease (PAD) is a manifestation of atherosclerosis disease, which commonly involves the non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) patients. Ankle brachial index (A13I) test has been used as a screening test for PAD, but a normal ABI does not exclude PAD. Duplex ultrasonography (DU) is more sensitive but more expensive than ABI, so it is neccessaty to assess the characteristics q f NIDDM patiens who are mostly indicated to undergo DU examination.
Objectives: The objectives of this study are to prove that DU can detect PAD in NIDDM patients with normal ABI, to assess DU appearances of PAD, and to assess the characteristics of NIDDM patiens who are mostly indicated to undergo DU examination.
Materials and Methods: This study was conducted in a cross sectional design, which involved 40 legs. Every subject underwent ABI and DU examinations. Lower extremity arteries were examined, with assessment for femoral intitnal medial thickness (IMT), the presence of plaque, and evaluation of Doppler spectrum .1-or each artery. The risk factors were evaluated by anamnesis, physical examination and laboratory examination.
Results: From DU examination, as many as 50% (20 _ from 40 legs) are found to have PAD. The DU appearances q f PAD include increase_ femoral artery LMT (20%, 4 from 20 legs) and the presence of plaques with normal Doppler spectrums in the lower extremity arteries (100%, 20 from 20 legs). There was a significant relationship between obesity and the evidence of PAD (Odds ratio = 2 2, 45).
Conclusions: From this study, we conclude that: I) DU can detect PAD in NIDDM patients with normal ABI, 2) 7Tie DUI appearances of PAD in those patients include increase femoral arrey IMT and the presence of plaques with normal Doppler spectntras in the lower extremity arteries: 3) Obesity is the characteristic of NIDDM patients who are mostly indicated to undergo DU examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prijo Sidipratomo
"PENDAHULUAN
Nodul dingin soliter kelenjar tiroid adalah nodul yang pada pemeriksaan sidik tiroid (scintigrafi) tidak atau kurang menangkap zat radioaktif dibandingkan jaringan tiroid sekitarnya ( 5 ). Apabila pada sidik tiroid dijumpai adanya nodul dingin yang soliter maka harus dilakukan penilaian lebih lanjut karena mempunyai peluang keganasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan nodal-nodul lain yang terjadi pada Kelenjar tiroid (4, 0). Beberapa pemeriksaan dilakukan untuk menelusuri hal seperti biopsi terbuka, biopsi jarum besar, biopsy jarum halus, dan USG ( 4, 10, 20 ).
Beberapa penulis telah melaporkan akurasi biopsi jarum halus dalam membedakan jinak dengan ganas. Waifish, dKK. mendapatkan antara 88% - 95% ( 20 ), Budisantoso R mendapatkan 100%, sedangkan Djoko Mulyanto mendapat lebih dari 70% (14). Pemeriksaan USG relatif merupakan pemeriksaan yang masih baru, tidak invasif dan tanpa persiapan. Makalah ini akan mengemukakan hasil pengamatan pemeriksaan USG pada nodul dingin soliter dihubungkan dengan gambaran histologiknya. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T6709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Manogari
"Segmentasi dan ekstraksi ciri dari citra USG merupakan salah satu pekerjaan yang cukup sulit, karena batas tepi antara obyek dan background tidak begitu jelas. Ketidakjelasan tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah adanya derau (noise) yang disebabkan oleh hamburan karena ketidak homogenan dari media yang dilalui oleh gelombang ultrasonik, serta adanya atenuasi gelombang ultrasonik yang sangat kuat. Segmentasi maupun ekstraksi ciri tersebut sangat penting untuk bidang medis terutama untuk melihat perkembangan janin, deteksi tumor maupun, penyakit lainnya.
Dalam penelitian ini dikembangkan suatu teknik segmentasi dan ekstraksi ciri yang mampu mengekstrak batas tepi dari citra USG dengan akurat. Teknik segmentasi yang dikembangkan tersebut merupakan gabungan dari metode thresholding dan gradien operator. Metode tersebut diuji dengan menggunakan citra dari polyurethane phantom yang telah diketahui geometri dan sifat-sifat dari obyek yang ada didalamnya. Dari hasil yang diperoleh, metode yang dikembangkan menunjukkan akurasi yang cukup baik dan mampu menghilangkan noise disekitar obyek dan batas antara obyek dengan background dapat dibedakan dengan jelas. Selain itu posisi, ukuran geometri suatu organ (obyek) dapat ditentukan dengan jelas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soni, Nilam J.
"This book will be a welcome resource for any physician or health care practitioner looking to further their knowledge and skills in point-of-care ultrasound."
Oxford: Saunder Elsevier, 2015
616.075 43 SON p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsuhadi Alamsyah
"Tujuan : Menilai variabilitas pengukuran volume total dan zona transisional prostat dengan ultrasonografi transrektal oleh pemeriksa yang sama dan antar pemeriksa yang berbeda.
Metoda : Dilakukan dua kali pengukuran volume total dan zona transisional prostat oleh satu pemeriksa yang sama dan oleh dua pemeriksa yang berbeda pada 30 pasien yang berkunjung ke klinik Urologi RS Hasan Sadikin, Bandung
Hasil : Rerata pengukuran volume total dan zona transisional prostat pada satu pemeriksa adalah 45,7 ± 19,2 ml dengan kisaran antara 18,1 hingga 89,7 ml (median 44,1) dan 16,9 ± 10,3 ml dengan kisaran antara 3,1 hingga 34,6 ml (median 14,3), sedangkan pada dua pemeriksa adalah 45,9 ± 19,3 ml dengan kisaran antara 18,3 hingga 89,8 ml (median 44,1) dan 16,9 ± 10,2m1 dengan kisaran antara 3,1 hingga 34,6 ml(median 14,5). Beda rerata plus/minus simpang baku pengukuran volume total dan zone transisional prostat pada pemeriksa yang sama adalah -0,2 ± 1,0 dan -0,1 ± 0,1, sedangkan pada pemeriksa yang berbeda adalah -0,6 ± 2,2 dan 0,1 ± 1,7. Interval Kepercayaan (IK) 95% pengukuran volume total dan zone transisional prostat pada pemeriksa yang sama antara -0,52 hingga 0,14 dan antara -0,53 hingga 0,65 sedangkan pada pemeriksa yang berbeda antara -1,35 hingga 0,21 dan antara -0,53 hingga 0,65.
Kesimpulan : Didapatkan variasi yang cukup lebar dalam pengukuran volume total dan zona transisional prostat terutama antar pemeriksa yang berbeda dibandingkan dengan pemeriksa yang sama, walaupun demikian pengukuran dengan ultrasonografi transrektal cukup diandalkan dalam menilai volume prostate.

Objective : To assess the intra-examiner and inter-examiner factor in the measurement of prostate volume using transrectal ultrasound.
Method : Total prostate volume and transition zone volume were measured by the first examiner (measurement I), followed by the second examiner (measurement II). Afterward the same measurements were conducted again by the first examiner (measurement III). The whole procedure were done on 30 patients in the TRUS Unit of The Department of Urology, Hasan Sadikin Hospital, Bandung.
Result : The mean total prostate volume and transition zone volume measured by the same examiner (Measurement I and Measurement III) were 45.67(±19.2) ml, ranged from 18.05 to 89.68 with a median of 44.18 ml and 16.92(±10.3) ml, ranged from 3.13 to 34.64 with a median of 14.30 ml. The mean total prostate volume and transitional zone volume measured by different examiners (Measurement I and Measurement II) were 45.86(±19.3) ml, ranged from 18.30 to 89.77 with a median of 44.18 ml and 16.8(±10.3) ml, ranged from 3.18 to 34.55 with a median of 14.51 ml. The mean difference between Measurement 1 and Measurement III using a Confidence Interval (CI) of 95 % were -0,20(±0,1),(-0.52-0.14) ml for total prostate volume and -0.07(±0.7) ml), (-0.38-0.16) ml for transitional zone volume. The mean difference between Measurement I and Measurement II using a Confidence Interval (CI) of 95 % were -0.57(±2.2) ml, (-1.35-0.21) ml for total prostate volume and -0.07(±1.7) ml, (-4.01-3.55) ml, for transition volume.
Conclusion : A considerable difference between the measurement by total and transitional zone volume of the prostate were shown if performed repeatedly by the same examiner as well as by different examiner. The variation is greater in measurement conducted by different examiner compared to the one conduct by the same examiner.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>