Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169490 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erwin
"Latar Belakang : lnstabilitas postural I jatuh adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan pusat kekuatan anti gravitasi pada dasar penyanggah tubuh (misalnya, kaki saat berdiri), atau memberi respon secara cepat pada setiap perpindahan posisi atan keadaan staffs. Prevalensi instabilitas postural di AS 30% dari penduduk usia lebih 60 tahun pernah jatuh, di RSCM tahun 2003 sebesar 23,3%. Faktor risiko yang melatar belakangi terjadinya jatuh adalah faktor ekstrinsik an faktor intrinsik. Faktor intrinsik terbagi dua sistemik (pneumonia, hipatensi ortostatik, hiponatremi, gagal jantung, infeksi saluran kemih) dan lokal (OA servikal, OA gem, Benign paroxiysmalpositional vertigo (BPPV), gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, kelemahan otot tungkai bawah). Jatuh memiliki penyulit yang cukup serius, mulai dari cedera ringan sampai fraktur femur. Dengan mengetahui faktor risiko jatuh sedini mungkin, maka kita dapat mencegah terjadinya jatuh dan penyulitnya.
Tujuan : mengetahui sebaran faktor intrinsik lokal serta hubungannya dengan instabilitas postural I jatuh.
Metodologi : Studi potong lintang dengan basal-sampel 97 orang usia Lanjut yang memenuhi kriteria inklusi. Waktu : Januari-Juni 2005 di Divisi Geriatri RSCM. Tingkat instabilitas diukur dengan posturografri.
Hasil : Dari penelitian ini didapat hasil prevalensi instabilitas postural sebesar 64.9%. Prevalensi perempuan 52,3% dan laki-laki 47,7%. Menurut kelompok umur prevalensi tertinggi pada umur > 80 taken sebesar 75,0%. Pada analisa bivariat osteoariritis servikal merupakan faktor intrinsik lokal yang mempunyai hubungan bermakna terhadap kejadian instabilitas postural dengan OR 3,28 (1K 95% 1,25-8,63) p= 0,02 dan pada analisa multivariat dengan inetode backward regresi logistitik didapatkan nilai OR 3,22 (1K 95% 1,18-89,74) p = 0,02. Gangguan pendengaran merupalcan faktor intrinsik lokal yang mernpunyai hubungan bermalma terhadap instabilitas postural pada analisa bivariat dengan nilai OR : 3,95 (1,29-12,11) p= 0,02 dan pads analisa multivariat dengan ailai OR 3,22 (1,18-89,74) pr= 0,02. Osteoartritis genii, BPPV, gangguan penglffiatan dan kelemaban otot tungkai bawah hell m dapat dibuktilcan mempunyai hubungan bermakna dengan instabilitas postural pada penelitian ini.
Simpulan : Prevalensi instabilitas postural pada penelitian ini sebesar 64,9%. Ganggaan pendengaran dan OA servikal menrpakan faktor instrinsik lokal yang mempunyai hubungan yang bermakna terhadap instabilitas postural. OA genii, BPPV, gangguan penglihatan dan kelemahan otot tungkai bawah belum dapat dibuktikan mempunyai hubungan bermakna dengan instabilitas postural pada penelitian ini.

Backgrounds : Instability/falls is inability to maintain central anti gravity strength of supporting structures of the body (e.g. feet while standing) or to give adequate response to positional changes or static condition Prevalence of postural instability in US reached > 30% in population aged > 60 years old A Study conducted in RSCM by Handayani (2003) found the prevalence as high as 23.3%. -Risk factors that responsible for falls are intrinsic and extrinsic factors. Intrinsic factors consist of systemic (pneumonia, orthostatic hypotension, hyponatresmia, heart failure, urinary tract infection) and local factors (cervical OA, knee OA, BPPV, visual impairment, hearing impairment, lower lambs weakness). Falls may have mild complication like mild trauma to serious complications such as femoral fracture. By identifying risk factors of instability/falls earlier, we may prevent falls and its complications.
Objective = to determine intrinsic local factors and its relationship with instability/falls.
Methods : Cross sectional study on 97 elderly patients who fullfled inclusion criteria was conducted in RSCM from January to June 2005 in outpatient clinic, Geriatric Division FKUI 1 RSCM.
Results : From this study we found the prevalence of instability was 64.9%. The prevalence in female (52.3%) was higher than male (47.7%) patience According to age group, the highest prevalence was found in age group of > 80 years (75%). After bivariat analysis, we found cervical OA was intrinsic local factor which bad significant relation with incidence of postural instability with OR 3.28 (CI 95% 1.25-8.63); Bivariat and multivariate analysis of logistic regression using backward method we found OR 3.22 (Cl 95% 1.18-89.74); p= 0.02. Hearing impairment was local intrinsic factor that had significant relation with postural instability after bivariat analysis with OR 3.95 (Cl 95% 1.29-12_ l 1); p= 0.02 and multivariate analysis with OR. 3.22 (Cl 95% 1.18$9.74); p= 0.02. BPPV, knee OA, visual impairment and lower limb weakness had not been proven yet to have significant relation with postural instability in this study.
Conclusion : Prevalence of instability in thus study is 64.9%. Hearing impairment and cervical OA were intrinsic local factors that showed statistically significant relation with postural instability. Knee OA, BPPV, visual impairment, and lower limb weakness had not been proven to have significant relation with instability in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Halasan
"Salah satu upaya apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimal agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap baik, gangguan gizi yang umumnya muncul pada lansia selain gizi kurang juga gizi lebih yang apabila dilihat dari sudut kesehatan, sama-sama merugikan dan dapat menyebabkan kematian dengan penyebab yang berbeda. Gangguan gizi pada lansia diduga berkaitan dengan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran status gizi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lansia di kota Bengkulu.
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 207 orang lansia yang berumur > 60 tahun dan dipilih dengan menggunakan systematic random sampling.Pengumpulan data variabel bebas seperti jenis kelamin, status perkawinan, status tempat tinggal, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, status ekonomi dan aktifitas fisik dilakukan dengan wawancara terstruktur sedangkan untuk konsumsi makanan (total energi, karbohidrat, protein dan lemak) dengan menggunakan dua pendekatan yaitu food recall dan food frequencies.
Hasil penelitian melaporkan proporsi lansia yang mengalami gizi lebih sebesar 18,4% dan gizi kurang sebesar 19,3%. Hasil uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (P>0,05) rata-rata IMT menurut jenis kelamin, status perkawinan dan status tempat tinggal serta tidak ada hubungan yang bermakna (p>0,05) antara pengetahuan gizi dengan IMT lansia. Akan tetapi, ada perbedaan yang bermakna (p<-0,05) rata-rata IMT antara lansia yang melakukan olah raga dengan yang tidak melakukan olah raga dan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) rata-rata IMT menurut frekuensi, lama dan jenis olah raga. Selanjutnya ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan IMT lansia. Ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara total energi dengan IMT serta ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara asupan karbohidrat, protein dan lemak dengan IMT setelah di adjusted dengan total energi. Hasil analisis multivariat regresi linier juga menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan dengan IMT lansia adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan asupan karbohidrat dengan koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,10 yang artinya variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan dan asupan karbohidrat hanya dapat menjelaskan IMT lansia sebesar 10%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lansia di kota Bengkulu mengalami masalah gizi ganda yaitu masalah gizi lebih sudah mulai timbul akan tetapi masalah gizi kurang masih terjadi. Untuk itu, perlu digalakkan promosi gizi melalui pendekatan keluarga dirnana lansia tinggal serta bila memungkinkan memberikan makanan tambahan kepada lansia yang kurang gizi terutama lansia dengan kondisi ekonomi yang kurang.

Factors Related to Nutritional Status among Elderlies Bengkulu City,2001When reaches elderly age, one should maintain an optimal nutritional status to ensure a good quality of life. Nutritional problems that occur during old ages may take two forms, that is, under nutrition or over nutrition, both are health devastating and might cause death due to different reasons. Nutritional problems among elderly relate to changes in both environment and health conditions in general. Thus, this study aims to describe the nutritional status and its related factors among elderly in Bengkulu city.
The study design is cross-sectional with 207 subjects aged > 60 years of old and were selected using systematic random sampling. Structured interview was used to collect data such as gender, marital status, residential status, educational level, nutrition knowledge, economic status, and physical activity level. While for food consumption (to predict macronutrients consumption such as total energy, carbohydrate, protein, and fat), two methods, that is, food recall and food frequency questionnaires were employed.
The study showed that the proportion of elderlies with over nutrition was 18,4% and elderlies with under nutrition was 19,3%. T-test showed no significant difference (p>O,05) in BMI for gender, marital status, and residential status. Moreover, there was no significant difference (p>O,45) in BM[ for nutrition knowledge. Significant difference (p< 0,05) was found in BMI for elderlies who perform sport activities and those who do not. However, no significant differences were found for frequency, duration, and type of sport activities. Significant differences in BMI (p<0,05) were found for different level of education, economic status, total energy intake, carbohydrate, protein, and fat intakes (after being adjusted for total energy intake). The multivariate tinier regression analysis showed that the dominant factors determining the BMI of elderlies in this study were gender, educational level, and carbohydrate intake (adjusted) with coefficient of determination (R2) of 0,10, meaning that these variables could only explain 10% of the BMI among elderlies in this study.
The results of the study lead to conclusion that elderlies in Bengkulu city faced a double burden of nutritional problems, that is over nutrition and under nutrition at the same time. Therefore, an adequate nutrition promotion is to be embarked through family approach where most of elderlies stay. If possible, for elderlies with low economic status, a supplementary food should be provided.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Nulhakim
"Penurunan fungsi kognitif merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Hal tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, riwayat merokok, dan riwayat penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan desain cross sectional dengan jumlah sampel 87 responden. Instrumen yang digunakan adalah Mini Mental State Examination (MMSE).
Hasil penelitian menunjukkan 19,5% mengalami gangguan kognitif, dan 29,9% mengalami probable gangguan kognitif. Lansia yang mengalami penurunan kognitif sebagian besar didominasi oleh usia > 75 tahun, perempuan, berpendidikan rendah, dan berstatus tidak kawin. Berdasarkan hal tersebut pentingnya pengoptimalan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan adanya kebijakan panti yang dapat mendukung program dalam mengoptimalkan fungsi kognitif lansia.

Decline in cognitive function is a common health problem that may affect quality of life of elderly. It may be resulted from various factors, such as age, sex, education level, marital status, smoking history, and history of disease. This study aimed to identify description of factors affecting cognitive function in elderly in Institutional Care of Elderly Budi Mulia 01 of Eastern Jakarta. The study design was descriptive with cross sectional approach and total sample of 87 respondents. Mini Mental State Examination MMSE was employed as instrument of the study.
The result showed that 19.5 of elderly were affected by cognitive impairment and 29.9 was probably affected by cognitive impairment. Majority of elderly with cognitive impairment was aged 75 years old, female, with lower educational level, and single. The study suggested that nurses should optimize their roles in providing nursing care and the need for policy development concerning optimization of cognitive function of elderly in institutional care of elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wulandari
"Kognitif merupakan kemampuan dalam proses berpikir dan mendapatkan informasi. Pada saat memasuki usia lanjut tingkat kognitif akan mengalami penurunan. Lansia yang bekerja menggunakan kemampuannya seperti pikiran dan kemapuan fisik untuk terus produktif. Kemampuan lansia yang terus digunakan ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana hubungan status pekerjaan dan tingkat kognitif lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan tingkat kognitif lansia. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan pengambilan data menggunakan random sampling. Penelitian ini dilakukan pada 83 lansia yang berusia 60-64 tahun di Kecamatan Beji, Depok menggunakan instrumen MoCA-Ina.
Hasil Penelitian menggunakan Uji Man whitney nilai p adalah 0,201 p>0,05 . Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan dan tingkat kognitif lansia di Kecamatan Beji. Nilai tengah penelitian menggunakan instrumen MOCA-Ina yaitu 23 yang menunjukkan bahwa lansia produktif memiliki gangguan kognitif ringan. Perawat diharapkan dapat menyesuaikan intervensi kepada lansia dengan memperhatikan tingkat kognitifnya.

Cognitive is the ability to think and gain information. At the time of entering old age, cognitive level will decrease. Older people who work using their abilities such as mind and physical ability to continue to be productive. The ability of the older people that continues to be used raises questions about how the relationship of working status and cognitive level of older people.
This study aims to determine the relationship of working status with cognitive level of older people. This research method used cross sectional design and data collection used random sampling. This study was conducted on 83 older people people aged 60 64 years in Beji Sub district, Depok using MoCA Ina instrument.
The result of the research using Man Whitney test p value is 0,201 p 0,05. This shows that there is no relationship between job status and cognitive level of older people in Beji Sub district. The median value of the study using the MOCA Ina instrument was 23 indicate that the older people productive had mild cognitive impairment. Nurses are expected to adjust interventions to the older people by taking into account their cognitive level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lupita Triani
"Fungsi kognitif pada usia lanjut akan menurun sejalan dengan proses penuaan yang terjadi secara alami. Senam lansia merupakan salah satu cara untuk mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan tingkat fungsi kognitif. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional, menggunakan 85 responden lansia di kelurahan Depok Jaya, dipilih menggunakan teknik cluster sampling pada setiap posbindu. Keaktifan mengikuti senam lansia diukur menggunakan kuesioner untuk menilai keaktifan mengikuti senam selama tiga bulan dan tingkat fungsi kognitif diukur dengan Mini-Mental State Examination MMSE . Uji analisis bivariat menggunakan uji chi square, hasil uji statistik menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan tingkat fungsi kognitif.

Cognitive function in the elderly will decrease along with the natural aging process. Physical exercise such as elderly gymnastic is one way to prevent cognitive decline in elderly. This study aimed to determine the relationships between elderly gymnastics liveliness and cognitive function level. The design of this research was correlative analytic with cross sectional approach, with 85 elderly as respondents in Depok Jaya village, selected using cluster sampling technique at each senior center. The liveness of elderly gymnastics was measured by using questionnaire that assessed the level of gymnastics liveness during three months and cognitive function measured by Mini Mental State Examination MMSE . The bivariate analysis test using chi square test, disclosed that there was significant correlation between the liveness of elderly gymnastics with cognitive function level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nachita Putri
"Lansia dapat mengalami penurunan fungsi kognitf akibat dari proses penuaan. Penurunan fungsi kognitif membuat lansia kurang sensitif terhadap lingkungan sehingga dapat menyebabkan jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan risiko jatuh pada lansia. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel adalah proposional random sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa fungsi kognitif berhubungan signifikan dengan risiko jatuh dengan nilai p = 0,000. Pihak panti werdha sebaiknya meningkatkan intervensi untuk memperbaiki fungsi kognitif lansia sebagai upaya menurunkan risiko jatuh.

Elderly may experience decreased cognitive function due to aging process. Decreased cognitive function makes elderly less sensitive to the environment that can cause the incident of fall. This study aims to determine the relationship of cognitive function with the risk for fall in the elderly. The design of this study is cross sectional with sampling technique is proportional random sampling.
The results showed that cognitive function was significantly correlated with risk for fall with p 0,000. Nursing home parties should increase interventions to improve elderly cognitive functioning as an effort to reduce the risk of fall.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandy Harlistika
"Proses penuaan dapat menyebabkan depresi pada lansia. Depresi dapat dialami oleh lansia yang tinggal di panti akibat kondisi stress dan isolasi sosial. Depresi menimbulkan dampak pada perubahan pola tidur lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan depresi dengan kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dan dilakukan pada 100 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa Zung Self-Rating Depression Scale Zung SDS dan Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara depresi dengan kualitas tidur lansia p=0.001; OR=3.778. Lansia yang tidak depresi memiliki peluang 3,8 kali untuk mengalami kualitas tidur yang baik daripada lansia depresi. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih berfokus pada komponen-komponen kualitas tidur yang dipengaruhi oleh depresi dan mengembangkan intervensi untuk mengatasi depresi dan kualitas tidur yang buruk pada lansia.

The aging process can cause the depression on elderly. Depression among elderly in institution can caused by stress and social isolation. Depression cause the alteration in sleep pattern. The purpose of this study was to know the correlation between depression and sleep quality among elderly in Panti Sosial Tresna Werdha PSTW in DKI Jakarta. This cross sectional study was done on 100 elderly. The instruments used on this study were Zung Self Rating Depression Scale Zung SDS and Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI.
The results of this study showed that depression had correlation to sleep quality in elderly p 0.001 OR 3.778. Elderly without depression were 3,8 times to have good sleep quality than elderly with depression. The next study can focus on sleep quality components that affected by depression and develop the intervention to resolve the depression and bad sleep quality on elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Shinta Uly Noor
"Kerusakan memori yaitu ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan perilaku. Pada usia lansia mengalami masalah dalam bidang kesehatan ialah mempertahankan kesehatan untuk melanjutkan fungsi kehidupan seperti: mampu beraktifitas fisik, serta mempertahankan fungsi sosial dan fungsi kognitif. Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kerusakan memori dengan menggunakan instrumen Mini Mental State Examination (MMSE) dan Activity of Daily Living (ADL)Salah satu intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah kerusakan memori pada lansia yaitu manajemen demensia dengan aktivitas kelompok berupa latihan handball. Latihan handball dilakukan lima kali dalam seminggu selama 30 menit. Hasil yang didapatkan bahwa klien kelolaan mengalami peningkatan skor MMSE dari 15 (kerusakan kognitif sedang) menjadi 17 (kerusakan kognitif sedang). Sedangkan untuk klien resume 1 mengalami peningkatan MMSE dari 14 (kerusakan kognitif sedang) menjadi 17 (kerusakan kognitif sedang) dan klien resume 2 mengalami penurunan dari skor MMSE 21 (kerusakan kognitif ringan) menjadi 19 (kerusakan kognitif ringan). Peningkatan komponen kognitif klien kelolaan terdapat pada orientasi. Sedangkan untuk resume 1 terjadi peningkatan pada perhatian dan kalkulasi serta mengingat. Klien resume 2 terdapat peningkatan komponen kognitif pada perhatian dan kalkulasi. Dapat disimpulkan bahwa intervensi latihan handball dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan kemampuan pemrosesan visual.

Memory damage is inability to remember some information or behavioral skills. At the age of the elderly have many problems in health as maintaining their health to continue the functions of life such as: being able to engage in physical activity, maintaining social and cognitive functions. The purpose of this paper is to explain about nursing care for elderly with memory damage by using Mini Mental State Examination (MMSE) and Activity of Daily Living (ADL) instruments. One of the nursing interventions to solving for elderly with memory damage is dementia management with group activities  such as handball training. Handball training is carried out five times a week for 30 minutes. The results showed that managed clients experienced an increase in MMSE scores from 15 (moderate cognitive damage) to 17 (moderate cognitive damage). Whereas for resumes 1 clients experienced an increase in MMSE from 14 (moderate cognitive damage) to 17 (moderate cognitive damage)  and resume 2 clients experienced a decrease from MMSE 21 score (mild cognitive damage) to 19 (mild cognitive damage). Increased cognitive components of managed clients are in orientation. Whereas for resume 1 there is an increased in attention and calculation and remembering. Resume 2 clients have increased cognitive component to attention and calculation. The conclution of handball training is improve cognitive abilities and visual processing capabilities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Naufalia Zulfa Ad Hania
"Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Kondisi ini disebabkan karena jumlah sel-sel pada otak berkurang sehinggga memengaruhi koordinasi otak. Penurunan koordinasi otak menyebabkan kestabilan tubuh menjadi terganggu. Kestabilan tubuh yang terganggu dapat menyebabkan lansia hilang keseimbangan dan berisiko jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi kogntif dengan risiko jatuh pada lansia di Panti. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah responden 77 yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Pengukuran fungsi kognitif menggunakan kuisioner Mini Mental State Examination MMSE dan risiko jatuh diukur menggunakan kuisiner Morse Fall Scale MFS. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi square dan didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan risiko jatuh p value =0,008. Saran dari penelitian ini yaitu pihak panti perlu mengoptimalkan peran perawat komunitas panti sebagai upaya preventif primer, sekunder dan tersier untuk mengatasi masalah penurunan fungsi kognitif dan risiko jatuh pada lansia.

The ageing process can lead to decreased cognitive function. This condition is caused by the reduction of cells in the brain affect the brain coordination. Decreasing coordination of the brain causes the stability of the body being hampered. Impaired body stability can cause the elderly to lose balance and increase the risk of falling. This study aims to determine the relationship of cognitive function with the risk of falling in the elderly orphans. The research design using cross sectional with 77 respondents selected through purposive sampling technique. Measurement of cognitive function using Mini Mental State Examination MMSE questionnaire and fall risk measured using Morse Fall Scale MFS questionnaire. The results were analysed using chi square test and found that there was a significant correlation between cognitive function with fall risk p value 0,008. This research suggested that the institution needs to optimize the role of nursing community as primary, secondary and tertiary preventive efforts to overcome the problem of declining cognitive function and the risk of falling in the elderly. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenik Kusrini
"Latar belakang: Peningkatan populasi usia lanjut diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan terkait penurunan kapasitas fungsional. Gangguan kognitif ringan sering dijumpai pada usia lanjut, yang merupakan fase transisi sebelum berkembang menjadi demensia. Aktivitas fisik yang bersifat aerobik terbukti bermanfaat mempertahankan fungsi kognitif usia lanjut dan mencegah terjadinya demensia pada populasi ini, namun studi berjalan kaki terukur menggunakan pedometer belum diteliti di Indonesia.
Metode: Studi ini bertujuan menilai efek aktivitas berjalan kaki terukur minimal 4000 langkah setiap hari selama 12 minggu terhadap fungsi kognitif usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan. Studi ini adalah studi intervensi mixed method, quantitative and qualitative research, dilakukan pada 12 subjek, berusia 60-74 tahun, di Poliklinik Rumah Sakit Ciptomangukusumo. Penilaian fungsi kognitif menggunakan kuesioner MoCa-Ina berbahasa Indonesia, yang dinilai sebelum dan setelah intervensi.
Hasil: Rerata capaian jumlah langkah harian adalah 5689 ± 505,59 langkah. Terjadi peningkatan rerata nilai MoCa-Ina sebelum dan setelah intervensi (26,0 ± 3,16 dan 27,29 ± 1,49, p=0,175). Pada akhir intervensi, dilakukan wawancara kepada seluruh subjek yang berhasil menyelesaikan program, didapatkan bahwa seluruh subjek merasakan peningkatan kebugaran fisik dan tidak ada efek samping yang terjadi selama intervensi.
Simpulan: Aktivitas berjalan kaki terukur minimal 4000 langkah setiap hari selama 12 minggu dapat mempertahankan fungsi kognitif usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan.

Background: The increasing of elderly population followed by increasing health problems due to decreased functional capacity. Mild cognitive impairment commonly found in the elderly, which is a transitional phase before developing into dementia. Aerobic physical activity has been shown to be beneficial in maintaining cognitive function in the elderly and preventing dementia in this population, however, studies of walking-based pedometer have not been studied in Indonesia.
Methods: This study aims to assess the effect of 12 week of 4000-daily steps of the pedometer-home based walking activity on cognitive function in elderly with mild cognitive impairment. This study is a mixed method, quantitative and qualitative research intervention study, conducted on twelve subjects, aged 60-74 years, at the outpatient Ciptomangukusumo Hospital. Evaluation of cognitive function using the MoCa-Ina questionnaire Indonesian version, which was assessed before and after the intervention.
Results: The average number of daily steps count was 5689 ± 505.59 steps. There was an increase in the mean value of MoCa-Ina before and after the intervention (26.0 ± 3.16 and 27.29 ± 1.49, p=0.175). Interviews were conducted with all subjects who successfully completed the program, it was found that all subjects felt an increase in physical fitness and no side effects occurred during the intervention.
Conclusion: Twelve weeks of 4000 daily steps maintain cognitive function in the elderly with mild cognitive impairment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>