Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20043 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luh Dian Rahayu T.
"Penetapan besarnya penerimaan pemerintah daerah yang dipakai sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bogor selama ini didasarkan pada incremental budgeting, sehingga menyebabkan perkiraaan penerimaan pemerintah daerah tidak sesuai dengan realisasinya. Paling tidak ada dua konsekuensi dari pendapatan pemerintah daerah yang tidak sesuai dengan realisasinya yaitu
(1) ada anggaran pendapatan yang tidak teralokasikan karena perkiraan pendapatan daerah di awal tahun yang terlalu kecil dan (2) kegiatan atau program yang direncanakan di awal tahun anggaran tidak terdanai karena perkiraan pendapatan yang terlalu tinggi. sehingga dalam menentukan besarnya penerimaan pemerintah daerah sebaiknya memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian daerah tersebut.
Penelitian ini difokuskan untuk: (1) menentukan variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan penerimaan pemerintah daerah Kabupaten Bogor dan (2) melakukan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan data sekunder deret waktu selama tahun 1985-2004 dan dianalisis menggunakan pendapatan ekonometrika. Model terdiri dari empat persamaan identitas dan tujuh persamaan struktural selanjutnya pendugaan parameternya dilakukan dengan metode 2SLS (Two Stage Least Squares).
Hasil pendugaan menunjukkan ada keterkaitan antara blok makro ekonomi daerah dan blok keuangan daerah Iewat produk domestik regional bruto dan penerimaan pemerintah daerah. Variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi output daerah (PDRB) adalah PDRB per kapita Kabupaten Bogor, PDRB per kapita DKI Jakarta, konsumsi rumah tangga tahun sebelumnya, output daerah tahun sebelumnya, tingkat suku bunga, total penerimaan pemerintah daerah, pengeluaran pemerintah tahun sebelumnya, dan nilai tukar. Sementara variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi besarnya penerimaan pemerintah daerah pada biok keuangan daerah yaitu: PDRB per kapita, jumlah penduduk, besarnya bagi hasil tahun sebelumnya, penerimaan asli daerah, dan produk domestik bruto (GDP).
Hasil proyeksi pesimis menghasilkan pertumbuhan PDRB clan penerimaan pemerintah daerah selama periode 2005-2010 masing-masing berkisar 1,65% - 2,74% dan 4,43% - 4,55%. Sementara hasil proyeksi moderat menghasilkan pertumbuhan PDRB clan penerimaan pemerintah daerah masing-masing berkisar 2,79% - 3,47% dan 4,86% - 5,37%. Sedangkan hasil proyeksi optimis menghasilkan pertumbuhan PDRB dan penerimaan pemerintah daerah berturut-turut berkisar 3,46% - 5,84% dan 5,33% - 5,37%.
Mengingat konsumsi rumah tangga dan net ekspor Kabupaten Bogor sangat dipengaruhi oieh pendapatan per kapita DKI Jakarta, maka sebaiknya Pemda Kabupaten Bogor membuat suatu kebijakan berupa penyediaan infrastruktur yang memadai agar penduduk DKI Jakarta lebih banyak melakukan kegiatan konsumsi di Kabupaten Bogor. Selain itu, Pemda Kabupaten Bogor juga harus mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi para investor agar tertarik berinvestasi terutama untuk menyediakan hunian. Kebijakan tersebut tentunya harus tetap berpedoman pada Tata Ruang Kabupaten Bogor.
Pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Bogor secara tidak langsung dipengaruhi penerimaan pajak. Salah satu langkah yang bisa dilakukan Pemda Kabupaten Bogor daiam meningkatkan penerimaan pajak yaitu mengurangi biaya daiam pengumpulan penerimaan pajak dengan memberikan reward dan punishment kepada aparatur pengumput pajak.
Model makro ekonomi ini sebaiknya digunakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor daiam memproyeksi besarnya penerimaan pemerintah daerah, mengingat melalui penerapan model ini memperhitungkan kondisi makro ekonomi daerah dan nasional sehingga perencanan dari nisi penerimaan menjadi iebih balk jika dibandingkan dengan menggunakan incremental budgeting."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boediono
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1982
338.5 Boe e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Boediono
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1982
338.5 Boe e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Sawalina
"Penelitian ini bertujuan untuk "melihat seberapa besar pengeluaran pembangunan mempengaruhi perekonomian khususnya indikator-indikator ekonomi makro pada model ekonomi makro triwulanan di Indonesia".
Metode analisis yang digunakan adalah model ekonometri, yaitu model persamaan simultan, dengan 8 persamaan (yang terdiri dari persamaan identitas dan persamaan tingkah laku). Hipotesa yang ingin dibuktikan adalah:
1. PDB=Cg+Cp+PMTB +CIS+X-M
2. CP =ao+a₁PDB+a2 CP­ ₁+e₁
PDB dan CP­ ₁ mempunyai hubungan positif dengan CP, artinya bahwa jika PDB dan CP­ ₁ naik maka Konsumsi swasta akan naik, dan begitu juga sebaliknya.
3. CG =bο+b1 PDB+b2 CG­ ₁ +e2
PDB dan CG­ ₁ berhubungan positif dengan CG, artinya bahwa jika PDB dan CG­ ₁ naik maka Konsumsi pemerintah akan naik, dan sebaliknya jika CG turun.
4. PMTB = cο+c1 PDB-c2 KI +c3GDE+c4FDI +c5 PMTB + e3 Hubungan antara PDB, GDE dan FDI serta PMTB­ ₁ dengan PMTB adalah positif yang berarti bahwa jika PDB, GDE, dan FDI naik maka nilai PMTB akan naik dan sebaliknya jika PMTB turun, sedangkan hubungan PMTB dengan KI adalah negatif artinya jika KI naik, maka akan menurunkan PMTB.
5. X =dQ+dY PDB+d2 XCR-d3 EXPTAX+d4 X+e4
Hubungan antara PDB, XCR Ekspor periode sebelumnya dengan Ekspor adalah positif yang menunjukkan bahwa jika PDB, XCR, dan X­ ₁, naik maka nilai ekspor barang dan jasa akan naik dan begitu juga sebaliknya, sedangkan hubungan X dengan EXPTAX adalah negatif artinya jika pajak ekspor naik, maka akan menurunkan ekspor.
6. M =f0+f1 PDB-f2 XCR- f3 IMPTAX +f4 M+es
Hubungan antara PDB dan M­ ₁ dengan Impor adalah positif yang menunjukkan bahwa jika PDB dan M­ ₁ naik maka nilai impor barang dan jasa akan naik dan begitu juga sebaliknya, sedangkan hubungan M dengan XCR dan IMPTAX adalah negatif artinya jika nilai tukar rupiah menguat dan pajak impor naik, maka akan menurunkan impor.
7. KI =go+g1 PDB+g2RSBI -g3 NM +e₆
Hubungan antara PDB dan RSBI dengan Suku bunga kredit investasi adalah positif yang menunjukkan bahwa jika PDB dan RSBI naik maka KI akan naik dan jika RSBI turun maka akan menurunkan KI, sedangkan hubungan NM dengan KI adalah negatif artinya jlka jumlah uang beredar (Ml) naik, maka akan menurunkan KI.
8. FDI = ha + hl PDB + h2 XCR + h3 KI + e₇
Hubungan antara PDB dan XCR dengan KI adalah positif yang menunjukkan bahwa jika PDB, Kurs, dan KI naik maka Penanaman Modal Asing akan naik, begitu juga sebaliknya.
Hasil simulasi dengan model persamaan di atas, adalah:
1. Kebijakan pengeluaran pembangunan mempengaruhi beberapa indikator ekonomi makro tersebut yaitu: PDB, PMTB (Investasi), Penanaman Modal Asing, Konsumsi Pemerintah dan Swtasta, Ekspor dan Impor Barang dan Jasa, serta Suku Bunga Kredit Investasi.
2. Skenario 1 yang merupakan modifikasi dari Propenas merupakan skenario terbaik karena menambah persentase pengeluaran pembangunan terhadap PDB dengan bertahap."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T12039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zetta Saraswati
"ABSTRAK
Fertainbahan penduduk diiringi dengan bertambahnya
kebutuhan hidup penduduk baik berupa barang atau jasa.
Permintaan akan barang dan jasa akan menyebabkan timbulnya
pusat-pusat pelayanan. Salah satu pusat pelayanan yang
panting adalah pusat pelayanan ekonomi. Pusat pelayanan
ekonomi yang dimaksud ialah yang biasa di sebut pasar, yaitu
pasar yang menjual barang kebutuhan sehari-hari terutama
sembilan bahan pokok,
Ralau ada sebuah wilayah, yang muka buminya seragam dan
kesuburan tanahnya seragam serta tingkat hidup penduduknya
seragam, inaka di wilayah itu akan tumbuh pusat-pusat
pelayanan yang berjarak sama dan jika dituangkan ke dalam
pola keruangan akan membentuk pola segi enam.
Rabupaten Bogor terletak diantara Jakarta yang
merupakan pusat perdagangan nasional dan pusat perdagangan
utama untuk Jabotabek serta Rodya Bogor sebagai pusat
perdagangan ke dua untuk wilayah Jabotabek, memungkinkan
perkembangan pasar di Rabupaten Bogor. Readaan fisik wilayah
yang sebagian besar (+ 67 %) terdiri dataran, raaka dapat
diasumsikan bahwa Rabupaten Bogor relatif datar sehingga
memudahkan ' transportasi ke segala arah. Daerah yang subur
biasanya merupakan pemusatan penduduk. Pemusatan penduduk
dapat dilihat dari penyebaran pemukiman. Peraukiman di
Rabupaten Bogor tersebar hampir merata, maka dapat
diasumsikan bahwa di Rabupaten Bogor penyebaran
pemukimannya relatif seragam. Rata-rata tingkat pendapatan
penduduk per keoamatan yang hampir seragam untuk Rabupaten
Bogor, maka dapat diasumsikan tingkat kehidupan penduduknya
relatif seragam. Dengan demikian maka diasumsikan bahwa
Rabupaten Bogor mempunyai keadaan fisik wilayah, penyebaran
pemukiman dan tingkat kehidupan penduduk yang seragam.
Masalah yang ditelaah adalah " Bagaimana pola penyebaran
pasar di Rabupaten Bogor dan bagaimanakah hirarkinya ?
Adakah kesesuai-an letak dan hirarki pasar tersebut dengan
teori Tempat Sentral?"
Hipotesa yang diajukan adalah :
Pola penyebaran pasar di Rabupaten Bogor menurut Analisa
Tetangga Terdekat adalah teratur. Penyebarannya mengikuti
penyebaran pusat-pusat pemukiman yang dekat dengan jalan. ;
Letak dan hirarki pasar tersebut sesuai dengan teori "Tempat
Sen tral".
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan korelasi
peta dan uji statistik Contingency Coefficient diketahui
bahwa :
g) Pola penyebaran pasar di Kabupaten Bogor menurut Analisa
Tetangga Terdekat adalah tidak terai.ur. Penyebaran pasar
mengikuti. pusat-pusat pemukiman yang dekat dengan jalan.
b) Terdapat; hirarki pasar yang terdiri dari Pasar Utama,
Pasar Pnmbantu I, Pasar Pembantu II, Pasar Pembantu III
dan Pasar Pembantu IV. Makin tinggi kepadatan
penduduk, pendapatan perkapita tian kelas jalan, maka
hirarki pasarnya makin tinggi.
c) Tidak ada kesesuaian antara letak dan hirarki pasar di
Kabupaten Bogor dengan teori "Tempat Sentral".
Karena kepadatan dan pendapatan perkapita penduduk yang
tidak seragam. Yang terlihat justru :
Berdasarkan korelasi kepadatan penduduk dan
pendapatan perkapita, ada 2 Wilayah Pasar,yaitu :
Wilayah Pasar Setiap Hari (di bagian utara, tengah,
selatan, sebagian wilayah timur dan barat Kabupaten)
dan Wilayah Pasar Tidak Setiap Hari ( di sebagian
wilayah selatan, timur dan barnt Kabupaten).
Berdasarkan jarak, jaringan jalan dan angkutan umum,
ada enam Wilayah Layanan Pasar, yaitu : Wilayah
Layanan Pasar Cibinong, Pasar Jonggol, Pasar
Leijwiliang, Kodya Bogor, DKI Jakarta dan Kabupaten
Tangerang."
1991
S33435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ikhsan
Jakarta: PAU-EK-UI , 1992
339 MOH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Imamudin Yuliadi
Depok: Rajawali Pers, 2019
297.273 IMA t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mankiw, N. Gregory
Jakarta: Salemba Empat, 2006
339 MAN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adiwarman A. Karim, 1963-
Depok: RajaGrafindo Persada, 2017
339 ADI e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>