Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5920 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kowalski, Robert E.
London: Thorsons, 1990
616.1 KOW e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rozana Nurfitri Yulia
"ABSTRAK
Penelitian dengan rancangan uji klinis paralel acak tersamar ganda ini bertujuan
mengetahui perubahan kadar apo B pada penyandang obes I setelah suplementasi
serat psyllium husk (PH) 8,4 g/hari dan diet rendah kalori seimbang (DRKS) 1200
kkal/hari selama 4 minggu. Berdasarkan kriteria penelitian, didapat 31 orang
subyek yang dibagi menjadi dua kelompok, 15 orang kelompok perlakuan (KP)
dan 16 orang kelompok kontrol (KK). Subyek KP mendapat PH 8.4 g/hari dan
DRKS, sedangkan KK mendapat plasebo dan DRKS. Data yang diperoleh
meliputi sebaran dan karakteristik subyek, asupan energi, makronutrien, serat, dan
air, serta kadar apo B awal dan akhir penelitian. Analisis data menggunakan uji t
tak berpasangan dan Mann-Whitney, batas kemaknaan 5%. Sejumlah 28 subyek
dapat mengikuti penelitian hingga selesai (KP dan KK masing-masing 14). Tidak
dilaporkan efek samping berbahaya selama perlakuan. Sebagian besar subyek
perempuan, median usia subyek KP dan KK berturut-turut 35,0 (30−45) tahun dan
34,50 (30−48) tahun, IMT 28,0 ± 1,1 kg/m2 dan 27,2 ± 1,4 kg/m2. Jumlah asupan
energi total subyek KP 1130,9 ± 221,9 kkal/hari lebih tinggi signifikan (p = 0,02)
daripada KK 1024,3 ± 269,9 kkal/hari. Karbohidrat sederhana pada KP (35,6
(8,3−69,9)) g/hari lebih tinggi signifikan dibandingkan KK (13,8 (3,4−55,5))
g/hari. Asupan serat subyek belum mencukupi anjuran (20–35 g/hari), yaitu KP
17,2 ± 2,8 g/hari dan KK 8,6 (5,2−15,2) g/hari walaupun dengan suplementasi
PH. Asupan protein, lemak total, dan kolesterol dalam rentang yang dianjurkan,
tetapi tidak pada asupan asam lemak tak jenuh tunggal dan jamak. Penurunan
kadar apo B pada KK (-6,1 ± 8,9 mg/dL) lebih besar tidak signifikan (p = 0,13)
dibandingkan pada KP (-1,3 ± 7,3 mg/dL). Dari penelitian ini disimpulkan
suplementasi PH 8,4 g/hari dan DRKS 1200 kkal/hari selama 4 minggu tidak
lebih baik dalam menurunkan kadar apo B dibandingkan plasebo dan DRKS 1200
kkal/hari penyandang obes I.

ABSTRACT
This double blind randomized clinical trial aims to investigate the change of apo
B level in obese I after given supplementation psyllium husk (PH) 8.4 g/day and
low-calorie balanced diet (LCBD) for 4-weeks. By study criteria, 31 subjects were
randomly allocated to one of two groups; 15 subjects for treatment (T) group and
16 subjects for plasebo (P) group. The T subjects received psyllium husk (PH) 8.4
g/day and LCBD 1200 kcal/day and the P subjects received placebo and LCBD
1200 kcal/day. Data collected in this study consist of subject distribution and
characteristic, intake of energy, macronutrient, fiber, water and apo B level that
assessed before and after treatment. Level of statistical analyses significance was
5%, independent t-test and Mann-Whitney. A total 28 subjects (14 subjects in
each group) had completed the intervention. There were no serious adverse events
were reported along the intervention. Mean of age in T and P groups respectively
was 35.0 (30.0−45.0) years and 34.5 (30.0−48.0) years, and BMI was 28.0 ± 1.1
kg/m2 and 27.2 ± 1.4 kg/m2. The energy intake in T group 1130.9 ± 221.9 kcal/day
was significantly higher (p = 0.02) than P group 1024.3 ± 269.9 kcal/day. Simple
carbohydrate intake in T group (35.6 (8.3−69.9) g/day) was significantly higher (p
<0.000) than in P group (13.8 (3.4−55.5) g/day). Intake of dietary fiber in T group
was 17.2 ± 2.8 g/day had significantly higher than P group 8.6 (5.2−15.2) g/day,
even adding PH supplementation cannot meet the recommendation of fiber intake
(20-35 g/day). Intake protein and fat in both groups was meet recommendation,
differ for intake of mono and polyunsaturated fatty acids. Decreasing of apo B
level in P group was -6.1 ± 8.9 mg/dL that statistically insignificant difference (p
= 0.13) with T group -1.3 ± 7.3 mg/dL. As a conclusion in this study shows, that
PH supplementation 8.4 g/day and LCBD 1200 kcal/day in obese I for 4 weeks
wasn’t proven to decrease the apo B level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
White, Ellen G.
Bandung Indonesia Publishing House 1992,
613.2 Whi p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tan Lina
"Tujuan: mengetahui pengaruh pemberian diet rendah kalori seimbang yang dihitung berdasarkan defisit 1000 kkal/hari dari diet dan olahraga erobik yang disesuaikan dengan kemampuan maksimal berolahraga masing-masing individu terhadap berat badan (BB), indeks massa tubuh (MT), tebal lipatan Kulit total (TLK), massa lemak (ML), profil lipid, dan volume oksigen maksimal (VO2max).
Tempat : Pusat kebugaran Fit'n Chic, Kelapa Gading.
Metodologi : Setelah mendapat persetujuan etik dari Panitia Penilai Etik Penelitian, FKUI diperoleh 26 orang perempuan peserta program penurunan berat badan yang bersedia mengikuti penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental pre- dan pasca- tes dengan menggunakan subyek yang sama sebagai kontrol dan perlakuan. Masing-masing individu mendapat diet rendah kalori seimbang dan olahraga erobik selama 12 minggu. Diet rendah kalori seimbang diberikan berdasarkan pengurangan pemberian kalori/defisit sebesar 1000 kkal/hari dengan perhitungan diet dikurangi rata-rata antara 600 sampai dengan 800 kkal dan energi yang dikeluarkan selama olahraga erobik yang diprogramakan rata-rata antara 200 sampai dengan 400 kkal. Sebelum diberikan olahraga erobik dilakukan tes Cooper untuk menilai kemampuan maksimal masing-masing individu dalam berolahraga. Olahraga erobik diberikan dengan intensitas 60-80% kemampuan maksimal, frekuensi 5 kali seminggu, lama 60 menit. Diet yang diberikan rata-rata 900 - 1100 kkal/hari.
Hasil : Terjadi penurunan berat badan secara bermakna (p < 0,05) dari 73,6 ± 11,17 kg menjadi 64,9 ± 10,08 kg (penurunan 11,81%); Penurunan IMT secara bermakna (p < 0,05) dari 29,62 ± 4,53 menjadi 26,10 ± 4.0 kg/m2 (perubahan 11,88%); Penurunan TLK secara bermakna (p < 0,05) dari 103,31 ± 18,39 mm menjadi 64,53 ± 14,13 mm (perubahan 37,54%); penurunan ML secara bermakna (p < 0,05) dari 35,60 ± 3,07 menjadi 24,96 ± 4,46 % (perubahan sebesar 29,89%); penurunan TG secara bermakna (p < 0,05) dari 126,23 ± 44,82 menjadi 109,89 ± 32,89 mg/dL (perubahan 12,94%); penurunan KT secara bermakna (p < 0,05) dart 206,15 ± 22,93 menjadi 182,12 ± 14,09 mg/dL (perubahan 11,66%); penurunan LDL secara bermakna (p < 0,05) dart 130,77 ± 25,11 menjadi 109,27 ± 17,83 mg/dL (perubahan sebesar 16,44%). Terjadi peningkatan VO2max secara bermakna (p < 0,05) dari 27,87 ± 2,75 menjadi 33,70 ± 2,75 ml/kg BB/min (perubahan 20,92%). Terjadi sedikit peningkatan HDL sebesar 0,62 mg/dL (1,24%) yang secara statistik tidak bermakna.
Kesimpulan: Dengan diet rendah kalori seimbang dan olahraga erobik dengan dosis yang disesuaikan kemampuan masing-masing individu sangat efektif untuk menurunkan berat badan, IMT, tebal lemak bawah kulit, persentase massa lemak, memperbaiki profil lipid, dan meningkatkan VO2maks.

Objective: To determine the effects of balanced LCD and endurance exercise with appropriate individual maximal capacity on body weight, body mass index (BM), total skin fold (TSF), percent body fat (BF), lipid profiles, and V02 max
Location: Fit'n Chic fitness centre, Kelapa Gading.
Methods: Twenty six overweight women were studied in a pre and post test, using control group as the same subjects as the treatment group. Subjects received a balanced LCD and endurance exercise for 12 weeks. Balanced LCD was given based on energy deficit 1000 kkal/day from diet and exercise. Deficit from diet was 600 to 800 kkal. The calorie from the diet was given within 900 - 1100 kkal/day and energy expenditure from endurance exercise was 200 to 400 kkal. All subject bad to undergo Cooper test for designing the intensity of the endurance program. Endurance exercise 60 - 80% V02max for 60 minutes, 5 days a week. The procedures followed were in accordance with the ethical Committee of the Department of Medicine, University of Indonesia.
Results: Balanced LCD and endurance exercise, decreased body weight 8,7 kg (11,81%) (p< 0,05) from 73,6 ± 11,17 to 64,9 t 10,08 kg BM1 decreased 11,88% (p < 0,05) from 29,62 t 4,53 to 26,10 ±4.0 kglm2), TSF decreased 37,54% (p < 0,05) from 103,31 t 18,39 to 64,53 ± 14,13 mm , percent BF decreased 29,89% (p < 0,05) from 35,60 t 3,07 to 24,96 ± 4,46 % , TG decreased 12,94% (p < 0,05) from 126,23 t 44,82 to 109,89 t 32,89 mg/dL, total cholesterol decreased 11,66% (p < 0,05) from 206,15 ± 22,93 to 182,12 ± 14,09 mg/dL, LDL decreased 16,44% (p < 0,05) from 130,77 ±25,11 to 109,27 ± 17,83 mg/dL, VO2max increased significantly (p < 0,05) before 27,87 ± 2,75 , after 33,70 t 2,75 ml/kg BW/min (changed 20,92%). IIDL increased not significantly (p > 0,05) from 32 ± 14 to 37 ± 16 mg/dL. The balanced LCD and endurance exercise with exact dose appropriate to individual performance resulted in significant weight loss, reduced BMI, TSF, percent BF, and improved lipid profiles and VO2max."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T10967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Mutiara Ramadhani
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat perubahan Berat Badan (BB), Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Persentase Lemak Tubuh (PLT) pelanggan CateringSlimGourmet pada sebelum dan sesudah dua minggu diberikan diet rendah karbohidrat. Variabel independen dari penelitian ini adalah status gizi (nilai BB, IMT dan PLT) pada sebelum dan sesudah penelitian. Sedangkan variabel dependen adalah pemberian diet rendah karbohidrat. Penelitian ini adalah menggunakan data kuantitatif primer dan sekunder. Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimental dengan teknik pengembangan longitudinal. Penelitian dilaksanakan di Catering SlimGourmet, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jumlah sampel minimal adalah sejumlah 35 orang, didapatkan dengan cara purposive sampling. Sampel yang terlibat sejumlah 40 orang, yaitu seluruh pelanggan diet rendah karbohidrat di Catering SlimGourmet. Pengambilan data menggunakan instrumen microtoise, Bioelectrical Impedance Analysis, Global Physical Analysis Questionnare (GPAQ) versi 2, form food recall 48 jam dan alat tulis dan software komputer Nutrisurvey 2007 serta SPSS 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan BB, IMT dan PLT secara bermakna setelah dua minggu diberikan diet rendah karbohidrat (P<0,05) dan dipengaruhi oleh jenis kelamin dan aktivitas fisik (P<0,05). Hasil penelitian sesuai dengan Dari hasil penelitian disarankan CateringSlimGourmet dapat mengurangi pemberian karbohidrat sederhana, meningkatkan protein nabati, serat, memberikan siklus menu terhadap pelanggan, memantau kondisi kesehatan, daya terima makanan dan kebiasaan makan pelanggan terdahulu serta mengembangkan program diet lain dengan komposisi zat gizi mikro dan makro berbeda untuk menjaga kesehatan. Disarankan kepada pelanggan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan tidak terlalu lama menjalankan diet rendah karbohidrat dengan durasi maksimal enam bulan (dilanjutkan dengan diet seimbang).

This study was aimed to compare Body weight (BW), Body Mass Index (BMI) and Body Fat Percentage (BFP) changes after two weeks of low carbohydrate diet adduction in SlimGourmetCatering. The independent variable in this study was nutrition status (BW, BMI and BFP) before and after low carbohydrate diet adduction. The dependent variable was low carbohydrate adduction. This study used both primary and secondary datas. This was an experimental study that utilizes quantitatedata through measurements and interviews. This study was located at SlimGourmet Catering, KebayoranBaru, South Jakarta. The minimal number of subject; which was 35 people, was obtained by using purposive sampling calculation. There were 40 people contributed as subjects in this study, and they were all costumers of low carbohydrate diet in SlimGourmet Catering. Data was collected using instruments such as microtoise, Bioelectrical Impedance Analysis, Global Physical Analysis Questionnare (GPAQ) version 2, 48 hours food recall form dan stationaries and computer softwares (Nutrisurvey 2007 and SPSS 16.0).
After two weeks assigned to low carbohydrate diet, subjects had significantly reduced BW, BMI and BFP (P<0,05) and the process was significantly affected by sex and physical activity (P<0,05). Researcher recommendsSlimGourmet Catering to improve their low carbohydrate diet program by reducing the amount of simple carbohydrate, add more vegetable protein, add more fiber sources, give meal schedules to clients, monitoring medical condition, dietary history of the clients, and develop other advantageous diet with different composition of macro- and micro nutrients for general health. Researcher recommends clients to increase exercise, and limit the duration of low carbohydrate diet and replace it gradually with balanced diet."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Indriani Octovia
"Uji klinis acak tersamar ganda paralel ini merupakan penelitian pendahuluan, bertujuan mengetahui pengaruh suplementasi serat larut dan diet rendah kalori seimbang (DRKS) selama 4 minggu terhadap kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL) serum pada obes I usia 30−50 tahun. Sejumlah 31 subyek dipilih dengan kriteria tertentu dan dibagi menjadi dua kelompok dengan randomisasi blok, 15 orang kelompok perlakuan (KP) dan 16 orang kelompok kontrol (KK). Subyek KP mendapat serat larut psyllium husk (PH) 8,4 g/hari dan DRKS 1200 kkal/hari, sedangkan subyek KK mendapat plasebo dan DRKS 1200 kkal/hari. Data terdiri atas usia, indeks massa tubuh (IMT), asupan zat gizi, serta kadar kolesterol LDL serum. Pemeriksaan kolesterol LDL dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan Mann-Whitney, batas kemaknaan 5%. Karakteristik data dasar dan sebaran subyek kedua kelompok sebanding. Analisis lengkap dilakukan pada 28 subyek (KP dan KK masing-masing 14 subyek). Suplementasi ditoleransi baik dan tidak ditemukan efek samping serius. Median usia subyek KP dan KK berturut-turut 35,0 (30−45) tahun dan 34,50 (30−48) tahun serta rerata IMT 28,0 ± 1,1 kg/m2 dan 27,2 ± 1,4 kg/m2. Rerata kadar kolesterol LDL serum awal KP 137,0 ± 37,0 mg/dL dan KK 134,4 ± 29,1 mg/dL. Defisit energi KP lebih rendah tidak signifikan (p = 0,62) dibandingkan KK, berturut-turut -282,0 ± 482,6 kkal/hari dan -331,8 ± 578,3 kkal/hari. Persentase asupan energi terhadap anjuran KP (94,2 ± 18,5%) lebih tinggi signifikan (p = 0,02) daripada KK (85,4 ± 22,9%). Asupan karbohidrat (KH) total KP (613,1 ± 134,5 kkal/hari) lebih tinggi signifikan (p = 0,02) dibandingkan KK (545,4 ± 161,1 kkal/hari). Asupan protein, lemak total, dan kolesterol KP dan KK sesuai rekomendasi NCEP-ATP III. Pada kedua kelompok, asupan asam lemak jenuh cenderung tinggi, tetapi asupan asam lemak tak jenuh tunggal dan jamak rendah. Asupan serat subyek KP 17,2 ± 2,8 g/hari dan KK 8,6 (5,2−15,2) g/hari. Dengan suplementasi PH tidak tercapai rekomendasi asupan serat. Persentase asupan KH sederhana terhadap energi total KP 11,5±5,4% lebih tinggi signifikan (p = 0,00) dibandingkan KK 6,0 (1,2524,2)%. Penurunan kadar kolesterol LDL serum KP -2,1 ± 16,2 mg/dL lebih sedikit tidak signifikan (p = 0,15) dibandingkan pada KK -10,9 ± 15,3 mg/dL. Penelitian ini belum dapat membuktikan suplementasi PH 8,4 g/hari dan DRKS 1200 kkal/hari selama 4 minggu lebih baik dalam menurunkan kadar kolesterol LDL serum dibandingkan plasebo pada subyek obes I.

This parallel double blind randomized clinical trial is a preliminary study that aims to investigate the effect of soluble fiber supplementation 8.4 g/day and lowcalorie balanced diet (LCBD) for 4 weeks on serum low-density lipoprotein (LDL) cholesterol level in obese I, aged 30−50 years old. A total of 31 subjects were selected using certain criteria and randomly allocated to one of two groups using block randomization; 15 subjects for treatment (T) group and 16 subjects for control (C) group, respectively. The T group received psyllium husk (PH) 8.4 g/day and LCBD 1200 kcal/day, and the C group received placebo and LCBD 1200 kcal/day. Data include age, body mass index (BMI), intake of energy, macronutrient, and fiber, as well as serum LDL cholesterol level. Serum LDL cholesterol level was examined before and after treatment. Statistical analyses include independent t-test and Mann-Whitney with significance level of 5%. Subjects characteristics of the two groups at baseline was not statistically different. Twenty eight subjects (14 subjects in each group) completed the intervention. Supplementation was well tolerated and there were no serious adverse events. The mean age in T and C group was 35.0 (30.0−45.0) and 34.5 (30.0−48.0) years, respectively, and BMI was 28.0 ± 1.1 and 27.2 ± 1.4 kg/m2, respectively. The pretreatment serum LDL cholesterol level in T and C group was 137.0 ± 37.0 and 134.4 ± 29.1 mg/dL, respectively. Energy deficit in T group was insignificantly lower (p = 0.62) than in C group; -282.0 ± 482.6 and -331.8 ± 578.3 kcal/day, respectively. Percentage of energy intake to recommendation in T group (94.2 ± 18.5%) was significantly higher (p = 0.02) than that in C group (85.4 ± 22.9%). Total carbohydrate (CHO) intake in T group (613.1 ± 134.5 kcal/day) was significantly higher (p = 0.02) than in C group (545.4 ± 161.1 kcal/day). Total protein, fat, and cholesterol intake were similar to the NCEP-ATP III recommendation in both groups. Intake of SAFA was higher than recommended, meanwhile PUFA and MUFA intake were lower than those recommended in both groups. Dietary fiber intake in T and C group was 17.2 ± 2.8 and 8.6 (5.2−15.2) g/day, respectively. During the intervention, PH supplementation did not meet the recommendation. Percentage of simple CHO to total energy in T group 11.5±5.4% was significantly higher (p = 0.00) than in C group 6.0 (1.2524.2)%. PH supplementation decreased serum LDL cholesterol level (-2.1 ± 16.2 mg/dL) lower than placebo (-10.9 ± 15.3 mg/dL), but not significant different (p = 0.15). This study shows that PH supplementation 8.4 g/day in combination with LCBD 1200 kcal/day for 4 weeks in obese I aged 30−50 years old is not proven to decrease the serum LDL cholesterol level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roizen, Michael F
New York: Free Press, 2006
613.2 ROI y
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Amelia
"Gaya hidup masyarakat perkotaan dalam mengkonsumsi makanan cepat saji yang cenderung tinggi lemak dan kolesterol merupakan faktor risiko terjadinya kolelitiasis. Karya ilmiah akhir ini menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien pascabedah laparoskopik kolesistektomi. Perawat berperan penting dalam memberikan edukasi diet rendah lemak pada pasien kolelitiasis. Diet rendah lemak membatasi asupan kolesterol, sehingga tidak terjadi hipersaturasi cairan empedu yang akan memicu terbentuknya batu empedu kembali setelah pengangkatan kandung empedu. Peningkatan pemahaman pasien sebagai hasil edukasi diet rendah lemak yang diberikan, penting untuk mengubah perilaku pasien setelah pulang dari rumah sakit. Penggunaan media yang lebih bervariasi dalam edukasi harus menjadi discharge planning untuk klien.

Urban lifestyle in consumpting fast food which contains high fat and cholesterol is a risk factor for cholelithiasis. This papers describe the implementation of nursing care to post laparoscopic cholecystectomy surgery patients. Nurses give an important role in educating low-fat dietary in patients with cholelithiasis. Low-fat diet can decrease intake of cholesterol, so hipersaturasion of bile that would lead to the formation of gallstones come back after gall bladder removal will not happened. Improved understanding of the patient as a result of a given low-fat diet education is important to change the behavior of patients after discharge from the hospital. A more varied of media use in education should be a discharge planning for clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Halimatul Nurhikmah
"Wanita usia remaja dan dewasa awal merupakan populasi yang rentan menghadapi masalah terkait citra tubuh dan status gizi. Wanita menginginkan tubuh ideal kurus yang saat ini menjadi tren, di sisi lain kemajuan teknologi membuat orang malas bergerak sehingga dapat menyebabkan kegemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara citra tubuh dan motivasi untuk menurunkan berat badan pada mahasiswi dengan status gizi normal dan berlebih. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional. Total sampel berjumlah 204, dengan rincian sebanyak 106 mahasiswi dengan status gizi normal dan 98 mahasiswi dengan status gizi lebih menjadi responden dalam penelitian ini. Para responden diminta untuk mengisi kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi, Body Shape Questionnaire (BSQ) dan the Motivation for Weight Lose Scale (MWLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan citra tubuh pada mahasiswi dengan status gizi normal dan berlebih (p < .001), namun tingkat motivasi untuk menurunkan berat badan tidak menunjukkan adanya perbedaan (p = .068). Analisis bivariat antara citra tubuh dan tingkat motivasi untuk menurunkan berat badan menunjukkan adanya hubungan bermakna (p < .001). Mahasiswi dengan status gizi normal memiliki citra tubuh yang lebih positif dibandingkan dengan mahasiswi dengan status gizi berlebih, namun pada tingkat motivasi untuk menurunkan berat badan tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Wanita usia remaja dan dewasa awal perlu mendapatkan pemahaman tentang pentingnya menjaga tubuh dalam kondisi normal, serta bahaya yang dapat ditimbulkan dari berat badan yang kurang atau lebih dari batas normal.

Female adolescence and early adulthood are vulnerable populations that face problems related to body image and nutritional status. Women want a thin ideal body that is currently the trend, on the other hand technological advances that make people lazy to move can lead to obesity. This study aims to investigate the relationship between body image and the motivation to lose weight on female college students with normal and excess nutritional status. This study is a cross-sectional quantitative methods. A total of 204 samples with specification 106 female students with normal nutritional status and 98 female students with excess nutritional status were respondents in this study. The respondents were asked to complete a questionnaire consisting of three parts: demographic data, Body Shape Questionnaire (BSQ) and the Motivation for Weight Lose Scale (MWLS).
The results showed that there are differences in body image on female students with normal nutritional status and excess (p < .001), but the level of motivation to lose weight showed no difference (p=.068). Bivariate analysis between body image and level of motivation to lose weight showed a significant relationship (p < .001). Female college students with normal nutritional status have more positive body image than female college students with exess nutritional status, but there is not significant different in level of motivation to lose weight. Female adolescence and early adulthood need to gain an understanding of the importance of keeping the body under normal conditions, as well as the dangers that may result from weight less or more than the normal range.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>