Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113536 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ikhsan Binarto
"Anomali di berbagai pasar modal di dunia sering dijumpai seperti the holiday effect, the weekend effect, Monday effect, turn of the month effect dan intraday effect, price-to-earning anomaly, post earnings announcement anomaly, under pricing, the size effect, day-end effect, the January effect, the half-month effect, the turn of the month effect dan lain sebagainya. Berbagai anomali tersebut sangat menarik untuk diteliti mengenai penyebab maupun keberadaannya. Salah satunya mengenai day of the week effect (efek hari perdagangan). Penelitian mengenai day of the week effect di BEJ dilakukan dengan menggunakan variable dummy serta mengunakan dua indeks sekaligus yakni IHSG dan LQ45 untuk melihat apakah hasilnya konsisten atau tidak. Dari hasil regresi variable dummy diketahui bahwa di BEJ secara keseluruhan periode 1983-2404 tidak terjadi anomaly namun hanya terjadi dalam periode tertentu. Hasil lain yang didapat yakni tidak ada fenomena Monday effect namun justru hari Selasa yang mempunyai mean terendah. Hasil ini berbeda dengan kebanyakan bursa saham di dunia yang mengindikasikan adanya kedua fenomena tersebut.
Penelitian kemudian menguji apakah terjadi perbedaan return antar hari perdagangan dengan menggunakan analisis varian (ANOVA). Hal ini penting dilakukan mengingat apabila terjadi fenomena day of the week effect selanjutnya ingin diketahui apakah return masing-masing hari perdagangan mempunyai perbedaan yang signifikan. Dari hasil ANOVA dan Post Hoc Tukey maupun Bonferroni terlihat bahwa perbedaan return antar hari perdagangan tidak signifikan, artinya BEJ memberikan tingkat keuntungan yang sama pada setiap hari perdagangan kepada para investor.
Analisa korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan antar masingmasing hari perdagangan. Dari hasil korelasi didapat bahwa antar hari perdagangan mempunyai hubungan yakni untuk RIHSG hari Senin berkorelasi negatif dengan hari Jumat, hari Selasa berkorelasi positif dengan hari Rabu, hari Rabu berkorelasi positif dengan hari Selasa dan Jumat, hari Jumat berkorelasi negatif dengan hari Senin dan positif dengan hari Rabu sedangkan hari. Kamis tidak mempunyai korelasi apapun dengan hari lainnya. Sedangkan bila menggunakan RLQ45 maka korelasi yang terjadi yakni hari Senin berkorelasi positif dengan hari Selasa, hari Selasa berkorelasi positif dengan hari Senin, hari Kamis berkorelasi positif dengan hari Jumat, hari Jumat berkorelasi positif dengan hari Kamis sedangkan hari Rabu tidak mempunyai korelasi apapun dengan hari lainnya.
Analisis yang lain yakni uji Run untuk mengetahui apakah return yang terjadi di bursa berpola random atau tidak. Dari hasil analisa Run test dapat disimpulkan bahwa Bursa Efek Jakarta secara keseluruhan periode tidak efisien dalam bentuk lemah karena baik RIHSG maupun RLQ45 berpola tidak random.

We can founded anomalies in global of capital market like holiday effect, the weekend effect, Monday effect, turn of the month effect and intraday effect, price-to earning anomaly, post earnings announcement anomaly, under pricing, the size effect, day end effect, the January effect, the half-month effect, the turn of the month effect, etc. Some of anomalies are interesting to study about justification or existence and one of them, about day of the week effect. Regarding day of the week effect research in JSX, purposes of using dummy variable and two indexes JCI and LQ45, are see if results consistent or not. From regression dummy variable of JSX as overall period for 1983-2004 cannot founded anomaly except within certain period only. Others outcome, we cannot founded Monday effect phenomena but only Tuesday which has a lowest mean. These results are different with almost in the world capital market, which indicates those phenomena. Following research to exam how different return establish in day trading by variant analysis (ANOVA) tools. These important, since we found that day effect phenomena and then to see if a return of day trading has different significantly. From ANOVA and Post Hoc Tukey or Bonferroni test, seen that differentiation of return within a day trading not significant, which means JSX give relative a same return to investors.
Perform Pearson's analysis to study correlation for each day trading. From correlation output, we can found that each day trading has correlation, RIHSG of Monday has negative correlation with Friday, Tuesday positive correlation with Wednesday, Wednesday positive correlation with Tuesday and Friday, Friday negative correlation with Monday and positive correlation with Wednesday, while Thursday not correlation with any. If we use RLQ45, Monday has positive correlation with Tuesday, Thursday positive correlation with Friday, while Wednesday did not correlate with any.
Performed Run test to study if return has pattern randomly or not. From Run test output, we can conclude if JSX as overall period not efficient in weak form because both RIHSG and RLQ45 are not random.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Sumiati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pengembalian pasar atau market return dan faktor makro ekonomi (tingkat inflasi, tingkat suku bunga bank Indonesia, kurs Rp terhadap US$, harga emas dan jumlah uang yang beredar) terhadap return saham individu maupun terhadap return portfolio sektor industri barang konsumsi,
Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda dengan menggunakan tujuh variabel; return saham, return portfolio sebagai variabel dependen serta enam variabel lainnya, yaitu market return dan beberapa variable makro ekonomi (tingkat inflasi, tingkat suku bunga bank Indonesia, kurs Rp/US$, harga emas dan jumlah uang yang beredar) sebagai variabel independent
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah seluruh saharn yang termasuk dalam sektor industri barang konsumsi sebanyak 35 saham yang listing dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 dengan menggunakan data bulanan.
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa dari 35 return saham sektor industri barang konsurnsi diperoleh bahwa market return adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap return saham individu. Ini dibuktikan dengan pengaruh positif dan signifikan pada tingkat signifikansi 5% adalah sebanyak 13 saham, yaitu CEKA, DAVO, DLTA, INDF, MYOR, SKLT, GGRM, HMSP, MRAT, UNVR, KDSI, KICI dan LMPI
Sementara terhadap saham AISA dan KLBF pengaruhnya negatif. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap return portfolio saham sektor industri barang konsumsi sangat dipengaruhi secara signifikan oleh market return.
Sementara itu, variabel tingkat inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return saham SQBB dan DNKS, begitu juga dengan variabel kurs Rp/US$ berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham AISA dan KLBF, sedangkan terhadap return saham UNVR pengaruhnya positif Harga emas berpengaruh terhadap return saham ADES, KICI dan LMPI secara negatif dan signifikan, tetapi terhadap return saharn STTP positif Jumlah uang beredar berpengaruh negatif terhadap return saharn INDF secara signifikan. Namun, secara keseluruhan beberapa variabel makro ekonomi tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return portfolio saham sektor industri barang konsumsi.

This research aim to know how influence of market return and macro economics factor (inflation rate, Indonesia bank rate, rate of Rp to US$, price of gold and of money supply) to individual stock return and also to consumer goods industrial portfolio return.
Model to be used in this research is regression tinier model by using seven variable; stock return, portfolio return as dependent variable and also six other variable, that is market return and macro economics variable (inflation rate, Indonesia bank rate, rate of Rp/US$, price of gold and money supply) as independent variable.
In this research which become sample is stocks which included in consumer goods industrial sector counted sixty five stocks which is listing of year 1999 to 2003 by using monthly data.
From result of research can be taken conclusion; From sixty five stocks of consumer goods industrial obtained that market return is most having an effect on individual stock return. This proved with positive influence and significant at a = 5% is thirteen stock, that is CEKA, DAVO, DLTA, 1NDF, MYOR, SKLT, GGRM, HMSP, MRAT, UNVR, KDSI, KICI and LMPI. But, AISA and KLBF its negative influence. So also with Result of research to consumer goods industrial portfolio return very influenced significant by market return.
While, inflation variable have an effect negative with significant to stock return of SQBB and DNKS, Variable Indonesia bank Rate only having an effect on UNVR stock return positive, while to stock return of AISA and KLBF its negative influence. Price of gold have an effect to stock return of ADES, KICI and LMPI negative and significant, but to stock return of STTP positive. Money supply have an effect on negative to stock return INDF by significant. But, macro economics variable do not have an effect significant to consumer goods industrial portfolio return.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwita Amelia Fitriani
"Penelitian ditujukan untuk mengetahui keberadaan Day of The Week Effect pada imbal hasil IHSG untuk periode Januari 2003 hingga Desember 2007. Pengujian akan menggunakan data harian dengan uji keseluruhan periode dan uji tiap tahunan untuk melihat konsistensi hasil. Uji menggunakan keseluruhan periode menunjukan adanya fenomena Day of The Week Effect selama periode observasi dengan Senin menunjukan imbal hasil terendah dengan Jumat menunjukan imbal hasil tertinggi. Kesimpulan yang sama diperoleh pada uji tiap tahunan dengan besaran yang berbeda-beda. Pola Day of The Week Effect menunjukan bentuk deterministic sehingga dapat dilakukan prediksi imbal hasil saham di masa yang akan datang. Penelitian lebih lanjut menunjukan tidak terdapatnya hubungan antara resiko dan Day of The Week Effect yang ditemukan selama periode observasi yang mengindikasikan adanya variabel lain yang menyebabkan keberadaan fenomena tersebut.

This study tests the presence of the Day of The Week Effect on market return in the case of the Jakarta Stock Exchange and covers the period between January 2003 and Desember 2007. By using the daily basis of Jakarta composite index, the study will use overall five years period and yearly basis also to look for the consistency. By using the overall five years period, the findings show that the Day of The Week Effect is present with the lowest and highest returns are observed on Monday and Friday. Same conclusion achieved by using sub-periods with statistically different volatility. Day of the Week Effect shows the deterministic seasonality that investor can predict the future return by learn the pattern. Further investigation shows that there is no correlation between equity market risk and Day of The Week Effect, means there is another variable that affected that phenomenon."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6570
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meyndrasta S. Hartantya
"Pasar modal mempunyai tingkat pengembalian yang relatif tinggi dibanding dengan instrumen investasi lainnya, namun demikian investasi ini juga mempunyai resiko lebih tinggi, atau sering disebut istilah high risk high return. Beberapa penelitian di luar negeri terutama di negara-negara yang sudah mapan perdagangan pasar modalnya mempercayai bahwa tingkat pengembalian saham pada bulan Januari akan mengalami perubahan positif yang signitikan. Abnormal tingkat pengembalian ini sering juga disebut "January Effect".
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kenaikan tingkat pengembalian itu atau "January Effect" dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Lebih lanjut penelilian ini akan mengambil saham-saham di Bursa Efek Jakarta yaitu: Holcim Indonesia Tbk (SMCB), Jaya Pari Steel Corp. Tbk (JPRS), Berlina Tbk (BRNA), JAPFA Tbk (JPFA), United Tractors Tbk (UNTR), Bayu Buana Tbk (BAYU), Astra Graphia Tbk (ASGR), Multipolar Tbk (MLPL), Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), dan Jakarta International Hotel Tbk (JIHD). Sementara variabel-variabelnya adalah : Tingkat pengembalian saham bulan sehelumnya (Desember), Indek Harga Saham Gabungan (IHSG), lnflasi, Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) dan nilai konversi satu dolar AS terhadap Rupiah (Kurs).
Pengaruh variabel-variabel terhadap tingkat pengembalian saham bulan Januari tahun 1989 sampai dengan 2006 dilakukan dengan regresi menggunakan 3 model yaitu:
1. Model ke-1 : Pengaruh Indek Harga Saham Gabungan terhadap Januari Effect pada masing-masing saham
2. Model ke-2 : Pengaruh Ekonomi Makro (lnflasi, SBI, Kurs) terhadap januari Effect pada masing-masing saham
3. Model ke-3 : Pengaruh return desember, IHSG & Ekonomi Makro terhadap Januari Effect pada masing-masing saham.
Regresi dilakukan dengan menggunakan software E-Views 4.1
Hasil dari penelitian adalah: tingkat pengembalian dan resiko saham-saham pada bulan Januari yang diteliti di Bursa Efek Jakarta tidak membedakan hasil yang seragam. Saham SMCB, UNTR dan MLPL adalah saharn dengan return yang lebih tinggi dibandingkan dengan return pasar (IHSG). Saham MLPL mempunyai tingkat pengembalian paling tinggi sekaligus mempunyai resiko yang paling tinggi. Indek Harga Saham Gabungan secara umum berpengaruh positif tefhadap saham SMCB, BRNA, JPFA, JPRS, UNTR, BAYU, ASGR, MLPL, JIHD sehingga kenaikan pasar mampu terrefleksi juga pada saham-saham yang diteliti walaupun signifikansiya lemah.
Tingkat pengembalian bulan Desember berpengaruh negatif pada saham-saham SMCB, IFRS, BRNA, JPFA, UNTR, BAYU, BNBR hal ini dapat diartikan return pada bulan Januari akan berbanding terbalik dengan return bulan Desember. Dengan demikian Abnormal return terjadi pada bulan Januari atau sering disebut dengan January Effect. Inflasi berpengaruh negatif pada saham SMCB, BRNA., JPFA, UNTR, BAYU, ASGR, MLPL, dan BNBR hal ini dapat diartikan bahwa inflasi berlawanan arah dengan Saham-saham tersebut atau dengan kata lain apabila inflasi mengalami kenaikan maka return saham-saham tersebut mengalami penurunan. Suku Bunga Bank Indonesia berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian saham SMCB, BRNA, UNTR, ASGR, MLPL atau berlawanan arah dengan SBI.
Secara umum Makro ekonomi akan mempengaruhi Tingkat pengembalian saham pada bulan Januari meskipun signifikansinya lemah.

The capital market has a rate of return which relatively higher than other investment instruments. In spite of that, this investment has a higher risk which was known as ?high risk high return". Some researches in abroad, especially in the established countries, which have the progressive capital market trade, believes that the stock return of on January will experience the significantly positive alternation. The anomaly of this rate of return is often named as ?January Effect".
This research is aimed to see how far the increase of the return, or January Effect, can be explained by the other variables. For more detail, this research will take the stocks in Jakarta Stock Exchange (Bursa Efek Jakarta/BEJ), i.e.: Holcim Indonesia, Tbk (SMCB), Jaya Pari Steel Corp., Tbk (JPRS), Berlina, Tbk (BRNA), JAPFA, Tbk (JPFA), United Tractors, Tbk (UNTR), Bayu Buana, Tbk (BAYU), Astra Graphia, Tbk (ASGR), Multipolar, Tbk (MLPL), Bakrie & Brother, Tbk (BNBR), dan Jakarta International Hotel, Tbk (JIHD). Meanwhile, the variables that will be taken for this research are the return stock on previously month (December), ?Indeks Harga Saham Gabungan (lHSG)", inflation, BI rate (?SBI"), and the conversion value of one dollars toward Rupiah (a rate of exchange).
The implication of these variables to the stock return of January 1989 till 2006 is conducted with 3 (three) models of regression:
1. The first model : The implication of ?IHSG? toward January Effect on respectively stock,
2. The second model : The implication of macro economy variables (such as inflation. ?SBI", rate of exchange) toward January Effect on respectively Stock,
3. The third model : The implication of December return, ?lHSG", and macro economy variables toward January Effect on respectively stock.
These all three models used regression analyses which utilize E-views 4.1. Software.
The result of this research is: the return and the stock risk on January, which are studied in ?Bursa Efek Jakarta (BEJ)", give a various output. The stocks of SMCB, UNTR., and MLPL have the higher return than H-ISG or market return. MLPL security has the highest return and also the highest risk all at once. Generally, ?Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)" has positive implication on SMCB, BRNA, JPFA, JPRS, UNTR, BAYU, ASGR, MLPL, and JH-ID stocks. Thus, it can say that the market return is also able reflected on the studied stocks although it has a weak significance. The December return rate has negative implication on SMCB, JPRS, BRNA, JPFA, UNTR, BAYU, BNBR stocks. This means the January return will be contrary with December return. Thus, the anomaly of return will be on January or it often be said as ?January Effect". The implation also has negative implication on SMCB, BRNA, JPFA, UNTR, BAYU, ASGR, MLPL, and BNBR stocks. This means the inflation is contrary with those stocks, or in other words, if the inflation increases, the stock return will decrease. BI rate has negative implication on SMCB, BRNA, UNTR, ASGR, MLPL stocks, or this means it?s also contrary with "SBI",
Generally, economy macro variables will implicate stock return rate on January although it has weak significance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18588
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Kurniasarie
"Telah banyak penelitian dilakukan untuk melihat apakah weekend effect atau dayof-the-week effect terjadi di bursa-bursa dunia. Penelitian dalam tesis ini melihat apakah weekend effect atau day-of-the-week effect terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta hubungan antara kepemilikan Efek investor institusi dan investor individu terhadap weekend effect atau day-of-the-week effect. Dengan menggunakan data IHSG dan harga saham dari BEI serta data kepemilikan Efek investor institusi dan investor individu di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) untuk periode bulan Januari 2004 hingga bulan September 2010, didapatkan bahwa terdapat weekend effect selama periode penelitian. Akan tetapi apabila data tersebut dipecah menjadi tahunan maka didapatkan weekend effect pada tahun penelitian 2004, 2005, 2006 dan 2008. Tahun 2007 day-of-the-week effect terjadi di hari Rabu dan tahun 2009 serta 2010 day-of-the-week effect terjadi di hari Selasa. Perubahan mean persentasi tingkat kepemilikan saham investor institusi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan mean day-of-theweek return. Akan tetapi perubahan mean persentasi tingkat kepemilikan saham investor individu berpengaruh secara terhadap perubahan mean day-of-the-week return.

A lot of studies have been performed to find out the presence of weekend effect or day-of-the-week effect in the stock exchange worldwide. The purpose of the this thesis are to observe whether there is evidance of weekend effect or day-of-theweek effect in Indonesian Stock Exchanges (IDX) and to examine the correlation between the Securities ownership of institutional and individual investor and the weekend effect or day-of-the-week effect. This study employs the daily data of IHSG and closing price from IDX as well as the Securities ownership of institutional and individual investor in PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), covering the period January 2004 up until September 2010. The result of this study demonstrate that the weekend effect occuring during the study period. However if the data test are split into annual data, it shows that weekend effect occurred in 2004, 2005, 2006 and 2008. In 2007, the day-of-the-week effect is occurred on Wednesday and on Tuesday of 2009 and 2010. The study also indicates that the change of mean institutional investor share ownership percentage gave insignificant effect toward the change of mean of the day-of-theweek effect. On contrary, the change of mean of individual investors share ownership percentage gave significant effect toward change of mean of day-ofthe-week return."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T21733
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hansel Tanuwijaya
"Penelitian ini membahas anomali Day of The Week Effect yang banyak ditemukan di pasar modal yang maju dan sedang berkembang di seluruh dunia, terjadi di pasar modal Indonesia. Day of The Week Effect adalah sebuah fenomena pada nilai return saham yang dipengaruhi hari perdagangan. Salah satu contoh dari Day of The Week Effect adalah Monday Effect dimana return saham menurun dan bernilai rendah pada hari Senin.
Populasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode Oktober 2012 sampai Maret 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari BEI, yaitu Jakarta Composite Index (JCI), BISNIS27, IDX30, dan Srikehati. Penelitian ini membagi data tersebut menjadi dua bagian data panel yang sama besar, yaitu Q4 2012 (sebelum perubahan regulasi jam perdagangan) dan Q1 2013 (sesudah perubahan regulasi jam perdagangan).
Data penelitian ini juga disajikan menggunakan statistik deskriptif pada data intraday return di setiap interval 30 menitnya dan mean dari data tersebut dianalisis. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan analisis dan kesimpulan yang lebih detail dan lebih akurat.
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis, meliputi uji regresi dengan Eviews6, Uji F atau Brown-Forsythe (ANOVA), dan uji Post Hoc Tukey Honestly Significant Difference (HSD) dengan SPSS20. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya partially Monday Effect pada Q4 2012 dan partially Weekend Effect pada Q1 2013 di BEI.
Hasil pengujian membuktikan bahwa terdapat Day of The Week Effect dan hari yang berpengaruh terhadap return tidaklah selalu sama serta konsisten harinya. Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat secara bergantian mempengaruhi return. Dari hasil penelitian juga didapatkan perbandingan return hari Senin dengan hari lainnya tidak selalu memiliki perbedaan return negatif yang besar dan hari Senin tidak selalu berpengaruh terhadap return pada setiap interval perdagangan.

This research examined the anomalous Day of The Week Effect which are found in many developed and developing capital markets around the world, occurred in Indonesian capital market. Day of The Week Effect is a phenomenon on stock returns value that are influenced by the trading day. One example of Day of The Week Effect is Monday Effect, which is the stock return value declined or low value on Monday.
The data population were Equity Indices which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX ) during October 2012 to March 2013. The data which is primary data that obtained from the Indonesia Stock Exchange, such as Jakarta Composite Index (JCI), BISNIS27, IDX30 , and Srikehati. This research split the population data into two balanced data panel that are Q4 2012 (before trading hours regulation changed) and Q1 2013 (after trading hours regulation changed).
The data of this research are also presented using descriptive statistics on the data of intraday returns in any 30 minute interval and the mean were analyzed. This is done to capture more detailed and accurate result.
The statistical methods were used to test the hypothesis, include regression test with Eviews6, F Test or Brown - Forsythe (ANOVA) and Tukey's Post Hoc Test of Honestly Significant Difference (HSD) with SPSS20. The results indicate the occurrence of partially Monday Effect in Q4 2012 and partially Weekend Effect in Q1 2013 on the BEI.
Test results proved that there are Day of the Week Effect and the day that influence the returns is not always the same and consistent day. Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday and Friday are alternately affect the return. In addition, the comparisons of return on Monday with another days are not always have large negative return differences and Monday is not always affect the return on each trading interval."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeannie Dewitifa
"Bagi perusahaan, penerbitan obligasi merupakan salah satu alternatif pembiayaan perusahaan, selain menggunakan laba ditahan (retained earning) dan equity financing (saham). Perubahan dalam struktur modal perusahaan akan direspon investor melalui pergerakan harga sahamnya. Analisis mengenai dampak peristiwa pengumuman penerbitan obligasi terhadap return saham bisa dilihat dari abnormal return saham, dan secara agregat melalui akumulasi abnormal return saham (CAR) selama periode penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis sinyal good news yang diberikan atas pengumuman penerbitan obligasi yaitu menghasilkan abnormal return positif, dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi CAR. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji peningkatan risiko setelah pengumuman penerbitan obligasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode event study, metode regresi multivariat dan metode uji beda variance return (F test). Sampel penelitian yang digunakan adalah emiten yang mengumumkan penerbitan obligasi antara tahun 2000-2004. Emiten ini juga harus terdaftar di BEJ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman penerbitan obligasi merupakan good news bagi investor, yaitu dengan adanya CAR yang positif pada 8 hari periode penelitian (t-5 sampai dengan t+2) signifikan pada a=5%. Reaksi positif juga ditemukan pada hari pengumuman penerbitan obligasi signifikan pada a=5%, dan pada t+2 signifikan pada w=l0%. Abnormal return pada hari pengumuman penerbitan obligasi merupakan abnormal return terbesar dibanding pada hari periode penelitian yang lain.
Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat kebocoran informasi sebelum adanya pengumuman penerbitan obligasi. Kebocoran informasi ini diantisipasi oleh pasar sebelum pengumuman penerbitan obligasi, yaitu adanya abnormal return positif pada t-3 dan t-1 masing-masing signifikan pada a=1% dan a=10%. Selain itu hasil penelitian menunjukkan pada t+l investor melakukan profit taking, yaitu adanya abnormal return bergerak turun pada t+l. Hasil uji pada t+l, tidak signifikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi obligasi yang semakin besar akan memberikan sinyal mengenai keyakinan manajemen bahwa perusahaan akan menghasilkan arus kas yang baik di masa depan. Semakin besar emisi obligasi, maka semakin besar CAR yang dihasilkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peringkat obligasi merupakan informasi yang digunakan investor untuk memproksi risiko kemungkinan default. Semakin tinggi peringkat obligasi, maka semakin besar CAR yang dihasilkan. Namun hasil penelitian tidak berhasil membuktikan bahwa tingkat leverage, yang diproksi dengan rasio kewajiban terhadap asset berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Hasil pengujian peningkatan risiko setelah pengumuman penerbitan obligasi tidak terbulcti signifikan pada a=5%. Hasil penelitian menunjukkkan tidak terjadi peningkatan risiko setelah pengumuman penerbitan obligasi. Artinya risiko antara sebelum pengumuman penerbitan obligasi dengan setelah pengumuman penerbitan obligasi tidak berbeda."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Asarowati
"Skripsi ini membahas anomali pasar Day of the Week Effect yang terjadi pada pasar valuta asing Indonesia periode 2001-2007. Return harian terhadap Rupiah dari tujuh (7) nilai tukar mata uang asing yang paling likuid digunakan dalam penelitian, yaitu Australian Dollar (AUD), Canadian Dollar (CAD), Swiss Franc (CHF), Euro (EUR), British Pound (GBP), Japanese Yen (JPY) dan US Dollar (USD). Data dianalisis meng gunakan analisis regresi berganda variabe dummy dan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa tidak ada Day of the Week Effect pada pasar valuta asing Indonesia di periode tersebut. Lebih spesifik, ter nyata Day of the Week Effect terjadi pada bulan tertentu. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya dari anomali ini baik pada pasar valuta asing maupun pasar saham. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan dan beberapa implikasi manajerial.

This thesis examines market anomaly the Day of the Week Effect existed in Indonesia foreign exchange market for period 2001-2007. The daily return against Rupiah of the 7 most liquid foreign exchange rates are used in this research, those are Australian Dollar (AUD), Canadian Dollar (CAD), Swiss Franc (CHF), Euro (EUR), British Pound (GBP), Japanese Yen (JPY), and US Dollar (USD). The data collected was analyzed using multiple regression analysis of dummy variables and the results showed that no Day of the Week Effect in Inodnesia foreign exchange market on that period. Specifically, the Day of the Week Effect exist on certain months. This latter result is consistent with previous studies on anomalies either in the foreign exchange markets or the stock markets. Further discussions and managerial implications can be derived from these results."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6617
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Hidayat
"Saham sektor perbankan ketika sebelum krisis cukup menarik minat investor sebagai instrumen investasi. Tapi kondisi kemudian berbalik arah ketika krisis moneter mendera ekonomi Indonesia. Keadaan ini berpengaruh terhadap peta perbankan nasional dan juga berpengaruh langsung terhadap penurunan performance perbankan. Hal ini mengakibatkan saham perbankan juga kena imbasnya, dan anjlok hingga titik terendah.
Upaya pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi dan menyehatkan iklim dunia perbankan diharapkan bisa mengembalikan pamor perbankan yang selama krisis praktis hilang. Untuk itulah penelitian ini melihat bagaimana pengaruh variabel ekonomi makro, return pasar dan tingkat kesehatan perbankan terhadap kinerja atau return saham perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Variabel ekonomi makro tadi meliputi perubahan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, tingkat suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk satu bulan, jumlah uang beredar (M2) dan perubahan tingkat inflasi. Sedangkan variabel pasar diwakili oleh MSG BEJ. Sementara variabel tingkat kesehatan bank meliputi nilai total aset, nilai total modal sendiri, nilai laba bersih dan likuiditas yang dalam hal ini diukur dengan perbandingan antara kredit yang dikucurkan (loan) dengan dana pihak ke tiga (deposito) atau Loan to Deposit Ratio (LDR).
Analisa dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda yang dilakukan melalui empat tahapan. Pertama, regresi terhadap untuk melihat pengaruh pasar (IHSG). Kedua, regresi untuk melihat pengaruh IHSG dengan variabel ekonomi makro. Ketiga, regresi untuk melihat pengaruh IHSG dengan tingkat kesehatan perbankan, dan keempat regresi untuk melihat pengaruh bersama-sarna variabel ekonomimakro, pasar (IHSG) dan tingkat kesehatan bank.
Tehnik penarikan sample menjaring ada 12 bank publik yang akan dianalisis. 12 bank itu adalah PT Bank Panin Tbk (PNBN), PT Bank Lippo Tbk (LPBN), PT Bank NISP Tbk (NISP), PT Bank Danamon Tbk (BDMN), PT Bank Global International Tbk (BGIN), PT Bank CIC Tbk (BCIC), PT Bank BNI Tbk (BBNI), PT Bank BE Tbk (BNII), PT Bank Bali Tbk (BNLI), PT Bank Interpac Tbk (INPC), PT Bank Pikko Tbk (BNPK) dan PT Bank Niaga Tbk (BNGA).
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variabel-variabel independen tersebut diatas mempunyai pengaruh yang beragam terhadap kinerja saham perbankan. Sebagian variabel independen mempunyai pengaruh, tapi sebagian yang lain tidak berpengaruh terhadap return saham perbankan. Pengaruhnyapun - jika ada - bervariasi, ada yang negatif dan ada yang positif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bia Hedy Puspita
"ABSTRAK
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 lalu ditandai dengan runtuhnya sektor perbankan nasional telah meningkatkan ketidakpastian bagi keberlangsungan ekonomi Indonesia di jangka panjang. Dari sisi moneter, ketidakpastian ini terkait dengan beban utang luar negeri dan domestik serta lambannya proses restrukturisasi kredit yang telah mengakibatkan proses pemulihan ekonomi menjadi sangat sulit dan lambat.
Dengan adanya krisis tersebut, industri perbankan Indonesia menghadapi masalah kedit macet yang mengakibatkan permodalan bank menjadi negatif. Hal ini mengharuskan Pemerintah melakukan rekapitalisasi perbankan agar bank-bank tersebut dapat mengoperasikan usahanya kembali. Selama krisis terjadi, pertumbuhan kredit sangat kecil sehingga perkembangan sektor riil juga sangat tidak berkembang. Tidak mengalirnya kredit ke sektor riil dikarenakan perbankan masih melakukan konsolidasi. Perbankan lebih banyak menginvestasikan dananya kepada SBI dan obligasi rekap yang dikeluarkan Pemerintah untuk merekapitalisasi perbankan. Dengan demikian pertumbuhan perusahaan tidak lagi dipengaruhi oleh kredit yang diberikan perbankan, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh variabel tingkat bunga SBI, nilai kurs rupiah terhadap dollar, perubahan junlah uang beredar dan sebagainya. Dengan demikian, permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:
1. Pengaruh pasar riil dalam hal ini IHSG terhadap kinerja saham perbankan
2. Pengaruh makro ekonomi (KURS, SBI, DM2) riil terhadap kinerja saham perbankan
3. Pengaruh karakteristik industri dalam hal kredit perbankan riil terhadap kinerja saham perbankan
4. Pengaruh pasar, makro ekonomi dan karakteristik industri terhadap kinerja saham perbankan (dalam nilai riil)
Pemodelan yang dipergunakan adalah model regresi linear berganda dengan menggunakan software komputer E-Views 4. Dari model tersebut selanjutnya dilakukan pengembangan dengan menyertakan faktor nilai masa lalu (autoregressive) dan kesalahan nilai masa lalu (moving average) saham. Pengembangan model ini adalah untuk menemukan suatu model yang memiliki kemampuan menjelaskan dan memprediksi secara memuaskan.
Obyek yang menjadi populasi dalam penelitan ini adalah saham-saham perbankan yang tercatat di BEJ dan sampel penelitiannya adalah saham-saham perbankan yang telah listing minimal dua tahun. Dengan demikian, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ANKP, BABP, BBCA, BBIA, BCIC, BBNI, BBNP, BDMN, BEKS, BKSW, BNGA, BNII, BNLI, BSWD, BVIC, INPC, LPBN, MAYA, MEGA, NISP, PNBN.
Return pasar memiliki pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing return saham. Secara umum, return pasar tidak berpengaruh secara signi:fikan. Penambahan variabel makro tidak mendukung sepenuhnya pemyataan bahwa variabel makro sangat mempengaruhi tingkat return saham perbankan. Hal ini didukung hasil penelitian bahwa dari ketiga variabel makro yaitu KURS, SBI dan DM2, hanya KURS yang berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan. Pengaruh KURS juga tidak terjadi pada semua saham, hanya empat dari 21 saham perbankan. Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan moneter pemerintah tidak cukup berpengaruh terhadap tingkat return saham perbankan. Penambahan variabel karakteristik industri yaitu KREDIT sebagai variable spesifik industri perbankan juga tidak signifikan mempengaruhi tingkat return saham perbankan."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>