Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 231216 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Rissalwan Habdy
"Pembangunan adalah sebuah upaya mencapai kemajuan bagi umat manusia. Secara umum pembangunan seringkali dikaitkan dengan pencapaian dan peningkatan kesejahteraan secara ekonomis. Hal ini terutama terjadi pada negara sedang berkembang, yang pada gelombang awal pembangunan pasca kolonialisme diidentikkan dengan peningkatan pendapatan per kapita atau popular disebut sebagai strategi pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 1997: 7). Dasar dari pembangunan berbasis ekonomi ini adalah pertumbuhan yang akan membawa dampak menetes ke bawah (trickle down effect).
Dengan demikian pembangunan tidak perlu mengembangkan semua sektor yang ada, namun hanya perlu membangun sektor tertentu yang cukup mempunyai daya dan kapasitas ekonomi tinggi, terutama dalam hal mengakumulasi modal. Dalam masa orde baru, sektor utama penggerak pembangunan adalah perbankan. Hal ini dapat dilihat dengan dikeluarkannya sejumlah kebijakan deregulasi perbankan yang mempermudah dibukanya usaha perbankan di Indonesia, yang tertuang dalam paket Oktober (pakto) 1988 dan paket Desember (pakdes) 1988 (Sjahrir, 1994: 95).
Penerapan konsep trickle down effect tersebut ternyata tidak hanya terjadi dalam konteks sektoral, melainkan juga melebar ke dalam konteks spasial. Pembangunan yang bertujuan pertumbuhan telah menciptakan daerah-daerah yang mendapatkan perhatian pembangunan yang Iebih dari daerah lainnya (Gore, 1984: 25-27). Dalam kenyataannya di Indonesia, seolah-olah ada polarisasi antara kota dan desa, demikian pula antara Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur. Daerah perkotaan dan khususnya yang berada di kawasan Barat Indonesia telah menjadi central pembangunan selama masa orde baru. Industri hulu hingga hilir berkembang dengan pesat di tempat tersebut. Sementara daerah pedesaan dan daerah lainnya di kawasan Timur, telah menjadi pemasok bahan baku industri tanpa memperoleh hasil yang cukup berarti (Warpani, 1984: 67-68; Mashoed, 2004: 7-8).
Adapun penerapan paradigma pertumbuhan yang diharapkan dapat menciptakan trickle down effect, ternyata telah menciptakan jurang kesenjangan yang sangat dalam baik secara sektoral maupun secara spasial. Secara spasial, kesenjangan yang ada telah mendorong terjadinya radikalisasi di sejumlah daerah yang selama ini kurang mendapat perhatian dalam pembangunan atau malah justru hanya semata-mata dieksploitasi untuk tujuan perbangunan. Hal inilah-misalnya-yang mendorong tuntutan memerdekakan diri dari Indonesia seperti yang terjadi di Aceh dan Papua, karena hasil alam kedua daerah tersebut terus dikuras atas nama pembangunan namun hasilnya tidak banyak dirasakan oleh masyarakat setempat. Akibatnya, kemiskinan menjadi fenomena yang meluas di tengah masyarakat.
Kemiskinan merupakan salah satu isu yang paling bermasalah dalam pembangunan hingga saat ini. Di beberapa bagian di dunia, pembangunan ekonomi belum terakomodasi dengan meningkatkan derajat kemajuan sosial. Meskipun kemakmuran ekonomi yang merupakan ciri dari keberhasilan pembangunan telah tercapai, tetap saja masih ditemukan masalah kemiskinan. Hal inilah yang disebut sebagai pembangunan yang terdistorsi (distorted development)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T 21970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daulay, Borkat
"ABSTRAK
Faktor lokasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan suatu usaha. Adanya perbedaan sukses suatu usaha sering dipengaruhi ole faktor lokasi. Pertimbangan dalam penentuan lokasi usaha antara lain adalah pertimbangan aksesibilitas, visibilitas, dan jenis kegiatan masyarakat sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor lokasi terhadap kesuksesan usaha pada usaha fotokopi di sekitar kampus UI Depok. Untuk mencapai tujuan penelitian, analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis spasial berdasarkan hasil observasi lapang, wawancara, dan dengan memberikan kuesioner kepada 52 orang pemilik usaha jasa fotokopi yang ada di sekitar kampus UI Depok. Hasil analisis memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1) Aksesibilitas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan usaha. 2) Visibilitas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan usaha. 3) Jenis kegiatan masyarakat sekitar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan usaha fotokopi di sekitar kampus UI Depok.

ABSTRACT
Factors location is one of the factors that may influence the success of a business. The big difference in a successful business is often influenced by factors location. Considerations in determining the location of the business include consideration of accessibility, visibility and type of events surrounding communities. This study aims to examine the influence of location factor for the success of the business in the copier business around the UI campus in Depok. To achieve the purpose of research, analysis used is descriptive analysis and spatial analysis based on the results of field observation, interviews, and by giving questionnaires to 52 people photocopy service business owners who are around the UI campus in Depok. The results of the analysis provide the following conclusions: 1) Accessibility significant impact on business success. 2) Visibility a significant influence on the success of the business. 3) Type of activities surrounding communities have a significant influence on the success of the business copier around the UI campus in Depok."
2016
S63412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyani Pratiwi
"Pada tahun fiskal 2019, Panasonic Automotive and Industrial System mengalami penurunan pada operating profit sebesar 1,4% yakni mengalami kerugian sebesar 37 milyar yen atau sekitar 4,8 triliun rupiah yang dikarenakan pengembangan bisnis otomotif terkait. Sehingga permintaan kapasitor meningkat dan target Business Plan meningkat. Namun, variasi yang terjadi pada proses produksi di PICID menyebabkan sulitnya
tercapai Business Plan selama 4 tahun terakhir. Selaras dengan perumusan strategi Lifestyle Updates oleh Panasonic pusat untuk menyelesaikan permasalahan ini yakni melalui rancangan program Smart Factory. Analisis kesenjangan tertera pada dokumen project meeting di PICID yang terdiri dari tiga kategori permasalahan, yaitu masalah Integrated Supply Planning (ISP), masalah yield drop atau variasi, dan masalah proyek-proyek yang tidak tercapai benefit nya. Dari data tersebut memperlihatkan masalah dominan terletak pada proyek-proyek yang tidak tercapai benefit nya. Banyak proyek-proyek pada program Smart Factory secara dadakan dan tidak masuk didalam portofolio yang dirancang selama satu tahun, hal ini terjadi karena tidak adanya manajemen program. Permasalahan tersebut diselesaikan dengan perancangan model manajemen program yang berdasarkan best practice internasional utama dari Axelos dan PMI. Dalam menganalisis manajemen program, desain penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, data dikumpulkan melalui pelaksanaan wawancara, studi dokumen, dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap tujuh pakar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis konten untuk mendapatkan rekomendasi. Hasil analisis kemudian didiskusikan dengan perusahaan untuk mencapai bagaimana manajemen program yang sesuai best practice dan acuan standar Managing Successful Programme (MSP) dari Axelos (2020) dan Standard for Program Management (SPgM) dari PMI (2017c). Sehingga program yang berjalan dapat selaras dengan strategi perusahaan dan
mencapai target BP. Hasil dari peneltian ini berupa rancangan model manajemen program untuk proyek-proyek Smart Factory untuk keselarasan strategi Lifestyle Updates. Keluaran model juga berupa rekomendasi serta hubungan-hubungannya yang meliputi keselarasan strategi, manajemen benefit, tata kelola, keterlibatan stakehoilder, program lifecycle, struktur organisasi dan peran PMO, serta hubungan kapabilitas dengan pola dasar sistem. Adapun domain lensa dikaji pula melalui model 3 lensa, yaitu: prinsip-prinsip, tema-tema, dan proses dari program lifecycle. Dengan diimplementasikannya model manajemen program yang sesuai dengan rekomendasi penelitian ini, maka harapannya PT PICID dapat mencapai target business plan sesuai yang telah ditentukan.

In fiscal year 2019, operating profit at Panasonic Automotive and Industrial System was decreased by 1.4%, which was a loss of 37 billion yen or around 4.8 trillion rupiah due to the development of automotive business. So that the demand for capacitors increases and the Business Plan target increases. However, variations in the production process at PICID have made it difficult to achieve the Business Plan for the last 4 years. In line with the Lifestyle Updates strategy formulation by the central Panasonic to solve this problem, namely through the design of the Smart Factory program. The gap analysis is listed in the project meeting document at PICID which consists of three problem categories, there are Integrated Supply Planning (ISP) problems, problems with yield drop or variation, and problems with projects for which benefits are not achieved. From these data, it shows that the dominant problem lies in the projects that have not achieved the benefits. Many projects in the Smart Factory program are impromptu and are not included in the portfolio designed for one year, this happens because there is no program management. These problems are resolved by designing a program management model based on the main international best practices from Axelos and PMI. In analyzing program management, the research design used a qualitative approach, data was collected through conducting interviews, document study, and observation. Interviews were conducted with seven experts. The data obtained were then analyzed using content analysis to obtain recommendations. The results of the analysis are then discussed with the company to achieve how program management is in accordance with best practices and the standard reference for the Managing Successful Program (MSP) from Axelos (2020) and the Standard for Program Management (SPgM) from PMI (2017c). So that the running program can be in line with the company's strategy and achieve BP's targets. The results of this research are program management model design for Smart Factory projects to align the Lifestyle Updates strategy. The model output also takes the form of recommendations and relationships which include strategic alignment, benefit management, governance, stakeholder involvement, lifecycle programs, organizational structure and the role of PMO, as well as the relationship between capabilities and the system's archetype. The lens domain is also studied through a 3-lens model, namely: the principles, themes, and processes of the program lifecycle. With the implementation of a program management model in accordance with the recommendations of this study, it is hoped that PT PICID can achieve the business plan targets as determined."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakfar Rasyidi Rahman
"Monetary crisis blowing Indonesia in the middle of July 1997 has brought significant impact especially to business sector. The economic crisis for PT. Inti Teknodrilindo constituted a serious threat instead of positive impact. Therefore, the management conducted various strategies in order to survive by means of internal improvement and efficiency strategies. It allowed the company to keep exist until today. The author was encouraged to study about company strategies.
This study was conducted in descriptive manner, the author presented empirical data relating to strategies applied by PT. Inti Teknodrilindo; how to analyze company strategies (uncertainty) to enable the company escape from the crisis. In order to analyze strategies of PT. Inti Teknodrilindo, the author collected primary or secondary data. The primary data includes result of detailed interview with PT. Inti Teknodrilindo top management as well as board of directors and managers in analyzing the primary and secondary data, the author adopted macro analysis from Pearce and Robinson, five forces from Porter, namely five farces That influence industrial competitiveness. In order to ensure factual activities conducted by PT. Inti Teknodrilindo, the author also adopted value chain from Michael Porter, which analyzes a set of activities in detailed as well as company's activities to discover the most significant factor for strategies applied by the company. Strategy generic from Pearce and Robinson and Laurence R. Jauch. Turnaround strategy is a theory the author applied to come into conclusion that the strategy used by PT. Inti Teknodrilindo was an turnaround strategy by retrenchment strategy being indicated by cost and asset reduction through employee rationalization, fix asset sales and changing composition of the shareholders. Meanwhile, turnaround strategy was followed by concentric diversification strategy, namely to diversify service coverage in oil & gas exploration and exploitation project by means of establishing subsidiaries, cooperation with other parties in joining various oil & gas drilling tenders, acquisition of the company which is having line business with PT. Inti Teknodrilindo, to find focusing on service or product."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14192
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : CFISEL, 2009
332.6 ALT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dhesi Dwinar Rumsari
"The existence of 11 television station in indonesia, make competition more strict Television station who in second position from three other station television was exist, make RCTI show they ability to produced their interesting programs and also for advertisement user For that PT Rajawali Citra Televisi indonesia as a one of the big private television which one has exist in 1989, force to expanding power of compete, if PT Rajawali Citra Televisl indonesia doesn?t want to left behind from other private television.
The target of this thesis is to know sketch of PT Rajawali Citra Televisi Indonesia competition profile among national television in Indonesia, how to indicate power of compete from television industry in Indonesia, and what PT Rajawali Citra Televisi indonesia strategy to face competition of television industry in indonesia. The approaching method used is descriptive analysis method. Meaning that this method describing and interpret the pass and present condition with qualitative approach. The analysis technique used is extemal environment analysis (macro and Eve forcess Ported and intemal environment analyis value chain, and also analysis with BCG Matrix.
The result from BCG analysis indicate that PT Rajawali Citra Televisi indonesia be in Cash Cow position, that is company who has market segment pretty high with low market growth, then altemative strategy recommended is product development and concentric diversification. The analysis five forces in industry considering output from external environment analysis has result that generic strategy which can be implemented is strategy cost leadership.
In the end of this thesis, writer conclude that the power and weakness in internal of PT Rajawali Citra Televisi indonesia, and opportunity from environment and also alternative and generic strategy which can be implemented. Writer suggest to PT Rajawali Citra Televisi Indonesia for more selective to chose trade fields for diversification trade, need to prepare human resources, technology, investment and how important to make a good relationship with regulation television business maker."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Kurnia Setiawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan tenaga kerja UMKM,
modal fisik dan modal manusia terhadap perekonomian daerah. Dengan
menggunakan model General Least Square (GLS) dan data sekunder dari Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2009-2012 pada 33 provinsi di Indonesia, hasil
analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja UMKM berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan PDRB per Kapita demikian juga dengan
pertumbuhan modal fisik dan pertumbuhan modal manusia. Selain itu dari dengan
menggunakan hipotesis β konvergensi dari Barro, diketahui nilai β konvergensi
menunjukkan hasil negatif. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi konvergensi
antar daerah dimana daerah yang miskin akan mengejar pertumbuhan dari daerah
yang kaya. Konvergensi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor struktural, seperti
pertumbuhan penduduk, modal fisik dan modal manusia yang ada disetiap daerah.

ABSTRACT
This study aims to analyze the role of MSMEs labor, physical capital and
human capital to the regional economic. By using a model of the General Least
Squares (GLS) and secondary data from Badan Pusat Statistik (BPS) 2009-2012
at 33 provinces in Indonesia, the results of the analysis indicate that the
employment growth of SMEs has a positive effect on the growth of GDP per
capita growth as well as physical capital and the growth of human capital. In
addition to the use of β convergence hypothesis of Barro, known β convergence
value was negative. This suggests that there has been a convergence between
regions where poor area will pursue the growth of rich areas. This convergence is
influenced by structural factors, such as population growth, physical capital and
human capital available in every region."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T39245
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irawan
"Lahirnya perusahaan modal ventura di Indonesia sejak dekade tahun 1973 tidak mengalami banyak perubahan. Dalam perkembangannya, ternyata kebijakan pemerintah mengenai pembiayaan dengan modal ventura ini sejak tahun 1988 sampai saat ini, tidak pernah dirubah, berbeda dengan kebijakan mengenai perbankan yang selalui mengalami penyempurnaan pengaturannya. Hal ini antara lain mengakibatkan ditutupnya 10 perusahaan modal ventura dalam kurun waktu tahun 1995 sampai 2004. Padahal, realisasi pembiayaan melalui modal ventura meningkat tajam dari total 858 juta rupiah tahun 1997 menjadi 2,438 triliun pada tahun 2004. Adanya perberdaan antara kebijakan pemerintah dan realisasi permintaan pembiayaan modal ventura dari masyarakat ini menimbulkan pertanyaan pokok dalam penelitian ini yaitu: (1) sejauh mana manfaat modal ventura bagi perusahaan yang dibiayai, (2) bagaimana kebijakan pemerintah dalam rangka pengembangan usaha modal ventura di Indonesia, (3) kendala apa saja yang ditemui dalam usaha modal ventura bagi perusahaan PPU dan PMV. Dalam menjawab pertanyaan ini, dilakukan penelitian terhadap tiga PPU yang berdomisili di Yogyakarta, Bandung dan Banten, serta terhadap PNM-VC sebagai perusahaan PMV yang diteliti. Penelitian ini dilakukan melalui metode pengumpulan data kepustakaan dan studi wawancara dengan nara sumber sebanyak 12 orang.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: modal ventura ternyata menjadi salah satu alternatif terbesar dalam pembiayaan terhadap perusahaan UKM di Indonesia, peranan modal ventura ternyata telah dapat menyelamatkan ekonomi bangsa, ketika krisis ekonomi dan moneter terjadi tahun 1998. Pengaturan kebijakan yang memayungi lembaga pembiayaan ini belum cukup kuat. Sehubungan dengan pembiayaan perusahaan PPU terdapat banyak kendala yang ditemui, baik kendala bagi PPU sendiri maupun kendala bagi PMV. Saran-saran yang dapat dikemukakan adalah perlu memasyarakatkan informasi mengenai usaha modal ventura sebagai sarana pembiayaan yang dapat mengembangkan iklim kewirausahaan. Dalam meningkatkan peranan modal ventura, PMV jangan hanya mengharapkan dukungan dari pemerintah, tetapi bersama-sama dengan pemerintah membuat produk perundang-undangan modal ventura yang sesuai dengan iklim usaha di Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T36884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susana Cahyadi
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S23596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Alyssa
"ABSTRACT
Penelitian ini merupakan upaya eksplorasi untuk menyelidiki peran network sebagai faktor penting dalam keberhasilan perusahaan Born Global yang bergerak dibidang IT dalam usahanya untuk masuk ke dunia internasionalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa network bisnis, marketing, keuangan, IT yang dimiliki oleh perusahaan born global selama tiga fase internasionalisasi adalah kunci penting bagi perusahaan born global ntuk melaksanakan bisnis mereka secara global dan menyusun strategi yang baik untuk memasuki negara dan pasar yang baru. Fokus pada tiga kasus bisnis serupa dari perusahaan Born Global di Belanda disediakan untuk dukungan lebih lanjut. Penelitian ini menunjukkan pentingnya network bagi perusahaan born global selama fase awal mereka terbentuk, fase pengembangan untuk masuk ke dunia iternasional, dan fase konsolidasi pertumbuhan internasional.

ABSTRACT
This research is an exploratory attempt to investigate the role of network as a success factor behind the internationalization performance of born global IT firms. The result shows that network business, marketing, financial, IT acquire by the born global firm during the three phases of internationalization does help the born global to implement their business globally as well as compose country strategy and market establishment. A focus on three similar business cases of born global IT firm are provided for further support. This research shows the importance of network acquire by the born global during the pre start up phase, the early international entry development phase, and the international growth consolidation phase."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>