Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113688 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rusyda Purnayanti
"Laporan Indocommercial (2004) menyatakan bahwa penyaluran kredit konsumsi selama beberapa tahun terakhir terlihat sangat aktif pada sektor konsumsi. Pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi meningkat pesat dibandingkan untuk kepentingan modal kerja apalagi kredit investasi. Pertumbuhan kredit konsumsi beberapa tahun terakhir ini dilatarbelakangi pula oleh beberapa faktor seperti perubahan perilaku masyarakat ang cenderung lebih konsumtif dan selalu ingin memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiemya, didukung jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar.
Kredit konsumsi yang ditawarkan oleh bank cenderung homogen dengan cara-cara pemasaran yang hampir sejenis pula. Kredit konsumsi sebagai salah satu produk high involvement dan unfamiliar perlu dipasarkan dengan cara yang unik dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, Bank X perlu mengetahui perilaku konsumen kredit konsumsi agar dapar menciptakan strategi pemasaran kredit konsumsi secara akurat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen kredit konsumsi pada Bank X, khususnya proses pengambilan keputusan yang dilaluinya. Selain itu, penelitian ini juga berusaha mencari tabu variabel experiential providers yang dialami oleh nasabah kredit konsurnsi, sebagai acuan untuk pengembangan komunikasi pemasaran kredit konsumsi Bank X selanjutnya. Metodologi penelitian yang digunakan adalah riset eksploratori dan riset konklusif. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan tipe convenience sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah kredit konsumsi pada Bank X, sementara sampel penelitian adalah nasabah kredit konsurnsi tertentu pada Bank X yang ditetapkan penulis. Tidak semua nasabah kredit konsumsi diambil menjadi sampel penelitian, melainkan hanya nasabah KPR Graha, Kredit Multiguna dan Kredit Bebas Agunan (KBA). Jumlah responden adalah 100 orang yang diwajibkan mengisi kuesioner yang sudah disediakan peneliti. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor, analisis cluster dan crossrab yang disertai dengan ujia Chi-Square.
Hasil analisis faktor terhadap proses pengarnbilan keputusan kredit konsumsi menghasilkan delapan faktor utama. Faktor-faktor tersebut adalah Faktor Keunggulan Produk, Faktor Inforrnasi, Faktor Harapan, Faktor Merek, Faktor Iklan, Faktor Motivasi, Faktor Kepercayaan dan Faktor Rekomendasi. Pihak Bank X tidak perlu lagi mengamati seluruh variabel proses pengambilan keputusan kredit konsumsi, tetapi cukup memperhatikan delapan faktor tersebut dalam mengembangkan strategi pemasaran yang lebih terarah dan terencana.
Selanjutnya kedelapan faktor tersebut diolah dengan analisis cluster untuk mengetahui segmen nasabah kredit konsumsi Bank X. Hasil cluster yang terbaik menurut peneliti adalah pengelompokan menjadi empat cluster. Ada empat segmen nasabah kredit konsumsi yang berhasil diidentifikasi berdasarkan kesamaan karakteristiknya, yaitu segmen nasabah pernerhati citra (19%), segmen nasabah simpel (5%), segmen nasabah pencari informasi (48%) dan segmen nasabah pemimpi (28%). Proses segmentasi biasanya selalu diikuti proses targeting, yaitu pemilihan pasar sasaran yang optimal. Dalam penelitian ini, pihak Bank X disarankan memfokuskan strategi pemasaran kredit konsumsinya pada segmen nasabah pemimpi sebagai pasar primer dan segmen nasabah pencari informasi sebagai pasar sekunder. Penelitian ini juga berusaha menilik respon nasabah terhadap variabel-variabel experiential providers. Berdasarkan analisis faktor terhadap variabel experiential providers maka didapatkan enam faktor utama. Keenam faktor tersebut adalah Faktor Kenyamanan, Faktor Aplikasi Kredit, Faktor Eksklusifitas, Faktor Media Elektronik, Faktor Penawaran Kredit dan Faktor Pelayanan. Mayoritas responden menyatakan setuju bahwa keenam faktor experiential providers tersebut mampu memberikan pengalaman yang berkesan mengenai kredit konsumsi Bank X.
Keenam faktor experiential providers tersebut juga dianalisis menggunakan uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara faktor-faktor experiential providers dengan segmentasi nasabah kredit konsumsi. Hasil uji menunjukkan bahwa hanya ada empat faktor experiential providers yang rnemiliki hubungan signifikan dalam pembentukan segmen nasabah kredit konsumsi. Keempat faktor tersebut adalah Faktor Aplikasi Kredit, Faktor Media Elektronik, Faktor Penawaran Kredit dan Faktor Pelayanan.
Kredit konsumsi merupakan salah satu produk tak berwujud. Oleh karena itu, pihak Bank X harus berupaya memberikan pengalarnan yang berkesan bagi nasabah. Pengalaman yang berkesan tentu akan terns diingat dalam benak konsumen. Salah satu cara yang mungkin dilakukan Bank X adalah memberikan pelayanan yang memuaskan nasabah, di mana nasabah diperlakukan seperti raja. Pengalaman seperti itu tentu akan terms diingat, sehingga nasabah akan terus menjadi nasabah Bank X yang loyal. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih spesifik mengukur perilaku konsumen kredit konsumsi Bank X. Misalnya mernisahkan nasabah berdasarkan jenis kredit konsumsi yang dimilikinya, yakni nasabah KPRIMultiguna/KBA. Selain itu, juml'ah sampel sebaiknya diperbanyak agar benar-benar mewakili populasi yang ada.

Report from Indocommercial (2004) stated a very active increase on consumption credit sector over the past few years. Consumption credit had increased significantly compared to other credit, such as investment or. The increase had been much related to several factors, such as shift of behavior which tend to be more consumptive and more eagerness to fulfill secondary and tertiary needs. These facts will be very attractive considering Indonesia's big population.
Consumption credit offered by banking institutions in Indonesia tends to be more homogenous, in almost homogenous marketing applications. Its characteristics as high involvement and unfamiliar product require a unique and customized way of marketing. This implies that Bank X requires knowing and comprehending consumer behavior of consumption credit to formulate consumer credit marketing strategy accurately. This research is conducted to identify and recognize consumer behavior of consumer credit, especially on decision making process the consumer had to go through beforehand. As a reference for Bank X to enhance marketing the research also include the identification of experiential provider variable experienced by consumer. The research methodology used is exploratory research and conclusive research. Sampling method used is non-probability sampling with convenience sampling type. Population in this research is the whole consumer of consumption credits in Bank X, and the sample is consumer of certain consumption credits in Bank X as defined by the author. The samples are only consumer of KPR Graha (housing loan), Kredit Multiguna (multi-function loan) and Kredit Bebas Agunan (Unsecured Loan). Numbers of respondents are 100 persons asked to fill questionnaires the author provided. Data analysis method used are factor analysis, cluster analysis, and cross tab analysis with Chi-Square testing. The results of factorial analysis for decision making of consumers credit are eight main factors: Product Factor, Information Factor, Expectation Factor, Brand Factor, Advertisement Factor, Motivation Factor, Trust Factor, and Recommendation Factor. Bank X should only focus on those eight factors in formulating and developing a more planned and integrated marketing strategy.
Those factors are analyzed using cluster analysis to identify segments of consumption credit in Bank X. Best cluster gained is grouping into four clusters. Those four segments, which are being grouped by characteristics similarity, are Image Conscious Segment (19%), Simple-Minded Segment (5%), Information-Seeker Segment (48%), and Dreamer Segment (28%). Prior to segmenting comes targeting, an optimal market to be targeted. Based on the research result, Bank X should focus on Dreamer Segment as primary market and Information-Seeker Segment as secondary market.
Experiential Providers variables are also being examined based on factor analysis. Six factors are the outcomes of the research: Luxurious Factor, Credit Application Factor, Exclusivity Factor, Electronic Media Factor, Credit Offering Factor, and Service Factor. Majority of respondents confirms the six factors may enhance an impressive experience regarding consumption credit in Bank X.
Those six factors are also analyzed using Chi-Square testing to identify significance relationship between experiential providers? factors and segments of consumption credit in Bank X. The result is only four experiential providers factors that had significance relationship with segments of consumption credit. There are Credit Application Factor, electronic Media Factor, Credit Offering Factor and Service Factor.
Bank X must give an impressive experience for consumers throughout credit application process. An impressive experience given by Bank X, such as a satisfying service shall be remembered and kept in memories, to make consumers loyal. For further research, it is recommended that Bank X should more specifically measure consumer behavior of consumption credit based on type of credits or loans individually. Sample size should also be increased to better represent the entire population.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verry K. Boekan
"Jumlah cardholder yang masih relatif kecil untuk ukuran penduduk Indonesia memungkinkan para issuer kartu kredit untuk memperbesar market share mereka. Salah satu caranya dengan memperluas target market. Jika pada awalnya kartu kredit hanya bagi kaum profesional, maka saat ini mahasiswa pun dapat memilikinya. Kondisi inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian terhadap perilaku para mahasiswa di DKI Jakarta untuk memutuskan membeli kartu kredit. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian kartu kredit oleh mahasiswa; (2) bagairnana opini mereka terhadap kartu kredit. Skripsi ini selain mencoba menjawab kedua permasalahan tersebut, juga menganalisis kondisi industri kartu kredit di tanah air. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-explanatory dengan teknik pengumpulan data melalui library research dan survey lapangan. Respondennya adalah para mahasiswa di DKI Jakarta yang sampelnya ditentukan secara proporsional Hasil penelitian menunjukan bahwa ada enam variabel perilaku konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian kartu kredit oleh mahasiswa yaitu (diurutkan berdasarkan variabel yang paling berpengaruh) ; variabel situasi pemakaian, pengetahuan, situasi komunikasi, kelas sosial, kelompok acuan dan gaya hidup. Opini responden terhadap alasan mengapa dia memilih kartu kredit jenis tertentu sangat dipengaruhi berturut-turut (berdasarkan faktor yang paling berpengaruh) oleh faktor kepraktisan kartu kredit, pelayanan yang memuaskan dari para bank issuer, persyaratan kepemilikan yang mudah, rentang jatuh tempo yang cukup panjang, bunga kredit yang kecil, reputasi dari bank issuer kartu kredit dan yang terakhir adalah kegunaan kartu kredit untuk berbagai macam transaksi. Meskipun kondisi perekonomian masih lesu namun bisnis kartu kredit masih relatif lebih balk dibandingkan dengan jenis pinjaman lainnya seperti corporate, commercial maupun perorangan karena walaupun jumlah kartu banyak tapi credit limit per kartu kecil sehingga resiko bisnis masih terkendali. Analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap berbagai data lapangan yang terkumpul mengacu pada model pendekatan perilaku konsumen yang dikemukakan oleh Engel, Blackwell dan Miniard dalam buku Consumer Behavior mereka. Disamping beberapa buku teks pemasaran dan psikologi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
S19297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Marketing strategy that concerns about comsumer behavior can generate a better strategy and output. Generally, consumer bahavior is affected both by inernal factors and also by externals factors...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Noni Yuniar
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
S23986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam ekonomi modern sistem pembayaran tunai telah tergantikan dengan sistem kartu kredit. Situsi ini memberikan dampak terhadap konsumen terhadap proses pembelian yang tidak matang dan tidak terencana akibat kurangnya pengendalian diri. Kajian ini mengambil sampel 60 orang yang dilakukan secara aksidental di Swalayan Carrefour Bandung menggunakan konsep impulse buying dari Rook & Verplanken yang dikombinasikan dengan Locus of Control Internal. Meski demikian masih ditemuakn konsumen dengan perilaku impulse buying tinggi dengan locus of control external."
MIMBAR 28:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlina Setyawan
"Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan teknologi perangkat bergerak dapat berdampak pada perubahan lingkungan masyarakat yang semakin beragam baik bagi individu maupun organisasi untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Perkembangan teknologi perangkat bergerak juga berdampak pada peningkatan jumlah aplikasi dan pengguna serta memberikan peluang bisnis bagi perusahaan untuk menuai keuntungan dari penggunaan aplikasi mobile. Salah satunya, PT. XYZ, perusahaan yang bergerak di bidang riset dan pengembangan teknologi, telah mengembangkan aplikasi islami yaitu aplikasi mobile ABC. Namun, dalam perkembangannya terdapat beberapa permasalahan antara lain target jumlah pengguna yang belum tercapai, jumlah pengguna yang melakukan uninstall aplikasi meningkat, jumlah pengguna yang merekomendasikan informasi masih rendah, dan jumlah pengguna aktif yang masih rendah. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perspektif teknologi dan pengalaman penggunaan terhadap niat menggunakan kembali dan merekomendasikan aplikasi. Dimensi perspektif teknologi terdiri dari system quality dan information quality. Sedangkan dimensi pengalaman pengguna terdiri dari perceived usefulness dan perceived enjoyment.
Data penelitian ini dikumpulkan secara online sejak tanggal 8 November 2015 hingga 12 Desember 2015. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan partial least squares (PLS-SEM) terhadap 176 responden yang pernah menggunakan aplikasi mobile ABC. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor perspektif teknologi dan pengalaman pengguna memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap niat menggunakan kembali dan niat merekomendasikan aplikasi mobile berbasis informasi. Sehingga faktor-faktor yang berpengaruh antara lain system quality, information quality, perceived usefulness, perceived enjoyment, confirmation, dan satisfaction. Faktor information quality merupakan dimensi perspektif teknologi yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap pengalaman pengguna. Sedangkan variabel dimensi pengalaman pengguna yang memberi pengaruh positif paling signifikan terhadap satisfaction adalah perceived usefulness, yang kemudian memberi pengaruh positif terhadap continuance usage intention dan intention to recommend.

The rapid growth and development of mobile technology have an impact on society environmental change increasingly diverse both for individuals and organizations to support daily activities. Mobile device technology developments also have an impact on increasing the number of applications, users and provide business opportunities for companies to obtain the benefits of the use of mobile applications. PT. XYZ, a company engaged in the field of research and technology development, has developed an Islamic mobile application that is called ABC. However, in its development, there are some problems occur such as the target number of users who have not been reached, the number of users who uninstall the application increases, the number of users who recommend the information is low, and the number of active users is low. Therefore, this research aims to determine the effect of technology perspective and user experience perspective to the continuance usage intention and the intention to recommend of application. Dimensions of technology perspective consist of system quality and information quality. While the dimensions of the user experience consists of perceived usefulness and perceived enjoyment.
The data used in this research are gathered online, started from 8th of November until 12nd of December 2015. The data analysis in this research is using partial least squares structural equation modeling approach (PLS-SEM) toward 176 respondents who have ever used mobile applications ABC. This research concludes that factors of technology perspective and user experience give a significant positive influence on the continuance usage intention and intention to recommend the application. Thus, these factors namely system quality, information quality, perceived usefulness, perceived enjoyment, confirmation, and satisfaction. Information quality factor is the dimension of technology perspective that provides the most positive influence on the user experience.While the dimension of user experience that provides the most significant positive influence on satisfaction is perceived usefulness, which then provides a positive influence on the continuance usage intention and the intention to recommend.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Kusumo Dewi
"Penerapan CreditRisk+ dilakukan untuk menghitung risiko kredit usaha kecil pada Bank X se1ama kurun waktu Januari 2006 - Desember 2008. CreditRisk"' merupakan default mode yang memandang kualitas kredit sebagai default dan no default, tidak mengasumsikan penyebab terjadinya default. Kredit dinyatakan default apabila tunggakan kewajibannya telah melebihi 90 hari, sesuai ketentuan Bank Indonesia. Pengukuran CreditRisk+ dilakukan dalam 2 tahapan. yaitu : pertama menghitung frequency of defaults dan severity of losses, kedua menghitung distribution of default losses. Frequency of defaults dihitung dengan menggunakan distribusi Poisson dengan tingkat keyakinan 95%. Sedangkan severity of losses diperoleh dengan menghitung loss given default. Sementara distribution of default losses diperoleh dengan menghitung besarnya potensi kerugian berupa expected loss, unexpected loss, dan economic capital, yaitu cadangan modal yang harus disiapkan uotuk menutup unexpected loss. Berdasarkan hasil backtesting dengan Loglikelihood Ratio (LR) Test diperoleh nilai LR sebesar 0 yang lebih kecil dibandingkan nilai kritis Chi-squared sebesar 3.8415 yang menunjukkan bahwa metode CreditRisk"' masih valid digunakan sebagai model internal untuk mengukur risiko kredit usaha kecil pada Bank X.

Implementation of CreditRisk+ is used for small enterprise credit measurement of Bank X during Januari 2006- Desember 2008. CreditRisk+ is a default mode model that credit quality as a default and no default, no assumptions are made about the causes of default. Credit is stated default if a pending of credJt payment is more than 90 days, based on Bank Indonesia regulation. CreditRisk• measurement has two steps, first measuring frequency of defaults and severity of losses, second measuring distribution of default losses. Frequency of defaults is measured by using Poisson distribution with 95% confidence level. Severity of losses is taken by measuring loss given default. Meanwhiles, distribution of default losses is taken by measuring potensial default such as expected loss, expected loss, and economic capital, capital reserved that has to be prepared to cover unexpected loss. Based on the results of the backtesting through Loglikelihood Ratio (LR) Test, a Likelihood Ratio of 0 is smaller than a Chi-squared of 3.8415 which represents that CreditRisk+ method is still valid to be used for internal model for measuring small enterprise credit of Bank X."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T 27173
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eksir
"Kredit Konsumsi nasional sejak krisis moneter sampai dengan bulan Juni 2005 mencatat pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan kredit modal kerja dan kredit investasi. Jumlah penduduk yang besar, keinginan konsumen untuk scialu memenuhi kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier, perilaku masyarakat yang cenderung konsumtif, membaiknya daya beli konsumen setelah krisis moneter, meningkatnya pertumbuhan proyek property, terutama di perkotaan, meningkatnya jaringan pemasaran retail, supermarket bahkan hyper market, intensifnya pembukaan jaringan perbankan maupun lembaga keuangan sampai ke pelosok-pelosok kecamatan bahkan desa, khususnya untuk menyediakan pembiayaan kendaraan bermotor, adalah faktor-faktor yang antara lain menyebabkan pertumbuhan kredit konsumsi.
Bank X sebagai bank hasil merger beroperasi pada tahun 1999, melakukan pemasaran intensif berbagai produk kredit konsumsi sejak tahun 2002. Sejalan dengan perkembangan perbankan nasional, maka pertumbuhan kredit konsumsi di Bank X mencatat pertumbuhan tertinggi dibandingkan pertumbuhan di segmen corporate, commercial maupun segmen small business dan micro banking. Portofolio kredit konsumsi yang semula hanya sebesar +/- Rp 1,5 trilyun pada tahun 2002, meningkat menjadi sebesar Rp 9,6 trilyun pada bulan Juni 2005. Produk kredit konsumsi, yailu KPR dan Kredit Multiguna mendominasi 81% total portofolio kredit konsumsi di Bank X, sedangkan sisanya tersebar melalui produk Kredit Mitrakarya, Kredit Bebas Agunan (KBA), Kredit Kendara dan Kredit Agunan Deposito (KAD). Peningkatan yang signifikan tersebut dari sisi volume maupun pertumbuhan tersebut, memerlukan langkah antisipasi terhadap aspek risiko kreditnya.
Pada tahun 2003 Bank X mengimplementasikan credit scoring untuk menggantikan pengambilan keputusan kredit secara expert systems yang mengandalkan kemampuan justifikasi petugas kredit dan pemegang kewenangan. Penggunaan credit scoring secara otomatisasi menghasilkan keputusan kredit yang lebih cepat dengan justifikasi keputusan yang homogen/seragam. Kemampuan credit scoring dalam memprediksikan potensi default sangat bergantung kepada parameterlvariabel utama yang diukur dan bobot risiko yang ditetapkan dalam model. Namun demikian dalam prakteknya, relevansi masingmasing parameter/variabel dan bobot risiko yang digunakan sensitif terhadap perubahan indikator-indikator ekonomi utama, seperti perubahan inflasi, perubahan nilai tukar rupiah/dollar dan perubahan suku bunga. Kombinasi perubahan indikator ekonomi, memberikan dampak secara langsung atau tidak langsung, terutama bagi mayoritas debitur kredit konsumsi yang berpenghasilan tetap (fixed income). Dampak yang terasa dengan adanya perubahan indicator ekonomi tersebut di atas adalah cenderung memberikan tekanan kepada pendapatan, biaya hidup dan kemampuan membayar kewajiban (angsuran). Dengan demikian tuntutan terhadap review secara berkala terhadap model credit scoring yang digunakan menjadi mutlak, agar model credit scoring tetap relevan dan tetap akurat dalam prediksinya.
Berdasarkan kajian terhadap kondisi makro ekonomi dapat disimpulkan bahwa tuntutan review terhadap model credit scoring mutlak segera dilakukan. Kondisi ini terlihat dari perubahan indikator ekonomi utama pada tahun 2005 yang sudah sangat berubah dibandingkan pada saat tahun awal (2003) credit scoring diimplementasikan, seperti kenaikan 2 kali harga BBM selama tahun 2005 yang mendorong inflasi yang mendekati angka 15%, nilai tukar rupiah terhadap dollar yang melebihi angka Rp 10.000 dan peningkatan BI rate yang mencapai 12,25%.
Apabila dilihat profil risiko masing-masing produk terlihat perkembangan tingkat NPL kredit konsumsi cenderung merambat naik, walaupun masih dalam angka yang dapat ditoleransi (dibawah 3%). Selanjutnya hasil vintage analysis terhadap beberapa produk kredit konsumsi cenderung memburuk, khususnya pada kredit-kredit yang diberikan pada periode akhir tahun 2004 sampai bulan Juni 2005. Sedangkan analisis yang dilakukan terhadap nilai Kolmogorov-Smimov (KS) model credit scoring, menunjukkan berada pada angka rata-rata 4%, jauh di bawah angka yang direkomendasikan (20%-75%). Kondisi-kondisi ini memberikan pertanyaan apakah model credit scoring yang diimplementasikan sejak bulan Juni tahun 2003 masih relevan untuk menangkap dinamika risiko, atau masih akurat dalam memprediksikan potensi default ke depannya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap model credit scoring yang digunakan oleh Bank X, maka menunjukkan terdapat 13 variabel/parameter yang digunakan dalam memprediksikan potensi default calon debitur, dengan didukung oleh 53 karakteristik yang tersebar dalam berbagai bobot risiko. Adanya jumlah database yang mendukung dalam melakukan simulasi perubahan model adalah faktor penting dalam melakukan perbaikan terhadap model credit scoring yang digunakan. Namun demikian kegiatan memvalidasi model credit scoring secara berkala mutlak dilakukan agar agar model tetap relevan, untuk menekan tingkat risiko kredit yang terjadi. Di masa mendatang, walaupun adanya keterbatasan biaya, namun diharapkan adanya model credit scoring yang berbeda untuk tiap wilayah maupun berbeda untuk setiap produk kredit konsumsi, dapat lebih realistis mendukung target ekspansi kredit konsumsi yang ditetapkan oleh Bank X.
Mencermati permasa[ahan yang ada, ke depannya Bank X perlu melakukan beberapa langkah yang diharapkan cukup efektif untuk menekan tingkat risiko kredit konsumsi, antara lain fokus kepada pemasaran KPR dan Kredit Multiguna, lebih intensif melakukan pemasaran kepada segmenikelompok talon debitur profesi karyawan, melakukan validasi model secara berkala, melakukan penyesuaian terhadap angka debt service ratio dan angka loan to value dikaitkan perubahan kondisi makro, mendorong tumbuhnya cross-selling khususnya sesama produk Bank X, menetapkan suku bunga kredit atas dasar risiko individu dan melakukan perbaikan secara berkesinambungan pada kualitas tenaga pemasar (Direct Sales Agency)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T18198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Astini
"Taman Impian Jaya Ancol (TJJA) merupakan wahana rekreasi yang terbesar, terlengkap dan termodern di Indonesia. Taman Impian Jaya Ancol dipersepsikan sebagai tempat rekreasi yang cocok dikunjungi bersama keluarga, memiliki berbagai saraha rekreasi yang banyak, antara lain : Pondok Putri Duyung, Gelanggang Samudra, Dunia Fantasi, Kolam renag, dan lain sebagainya.
Dalam periode Januari sampai dengan Oktober 1998, Taman Impian Jaya Ancol masih menjadi "Market Leader" diantara pemain industri taman rekreasi dengan pangsa pasar mencapai 43% dan konsentrasi pasar masih berada di Jakarta (65,4%).
Andalan utama Taman Impian Jaya Ancol selama ini adalah Dunia Fantasi, karena Dunia Fantasi merupakan unit yang memberikan kontribusi yang tertinggi, meskipun harga tiket Dunia Fantasi relatif mahal. Sedangkan di kalangan sebagian konsumen, secara tidak disengaja teiah terbentuk suatu asosiasi yang sangat kuat antara Dunia Fantasi dan Taman Impian Jaya Ancol. Menurut pikiran konsumen Taman Impian Jaya Ancol adalah Dunia Fantasi, atau sebaliknya.
Adanya krisis ekonomi, menyebabkan bergesernya komposisi pengunjung di Taman Impian Jaya Ancol dari konsumen sosial ekonomi rendah menjadi sosial ekonomi menengah ke atas. Berbeda dengan Dunia Fantasi, dengan harga tiket yang relatif mahal, meskipun terjadi penurunan jumlah pengunjung, tetapi tidak terjadi pergeseran komposisi pengunjung Dunia Fantasi pada saat krisis. Dan meskipun terjadi penurunan jumlah pengunjung, unit Dunia Fantasi tetap memberikan pendapatan tertinggi
dibanding unit-unit rekreasi lain. Bahkan pada saat-saat tertentu (had libur/hari raya) terjadi "booming" sehingga untuk menaiki satu wahana rekreasi saja, pengunjung hams antri dalam antrian yang cukup panjang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana perilaku konsumen didalam memenuhi kebutuhannya akan rekreasi, dan atWit-atribut apa saja yang mempengaruhi konsumen didalam pemilihan suatu taman rekreasi, khususnya Dunia Fantasi.
Batasan penelitian adalah ditekankan pada mereka yang menyukai rekreasi dan pernah mengunjungi taman rekreasi Dunia Fantasi, yang berumur 20-54 tahun yang bertempat tinggal di Jakarta. Riset dilakukan dengan melalui dua tahap, yaitu riset Eksploratori (Focus Group Discussion), yang dilakukan hanya untuk menahk atribut-atribut yang diperlukan dalam rangka pembuatan kuesioner, dan tahap kedua adalah riset deskriptif (riset survey). Kelompok yang diambil dalam masyarakat adalah kelompok mahasiswa (mahasiswa SI dan S2) dan kelompok profesional. Penelitian ini menggunakan probabJlistik sampling dengan stratified disproporsional sampling, dengan jumlah responden adalah 100 responden.
Riset diuji statistik dengan menggunakan analisa crosstab dan compare means. Pada crosstab, chi square significant yang ditandai dengan persentase (%) berarti adanya hubungan/interaksi antara variabel-variabel yang diperhitungkan. Untuk compare means, Anova significant yang ditandai dengan mean berarti adanya perbedaan yang muncul diantara means pada variabel-variabel yang dipehitungkan.
Dengan skala mean 1 sampai 6 yang menyatakan (1= sangat tidak penting/setuju sampai dengan 6 = sangat penting/setuju). Hasil yang didapat dari survey adalah :
1. Karakteristik Demografi Responden
Responden terdiri dari 52% Laki-laki dan 29% Wanita, sengan kelompok usia terbanyak 25 - 29 tahun (36%). Tingkat pendidikan yang ditamatkan terbanyak adalah SI (43%), dengan pengeluaran responden paling banyak berkisar kurang dari Rp. 500.000,- (46%) dan dengan profesi utama mahasiswa (SI dan S2) (50%) dan Profesional (50%). Untuk posisi dalam keluarga sebagian besar adalah sebagai anak (62%) dengan status perkawinan belum menikah (65%).
2. Perilaku Konsumen dalam pemilihan tempat rekreasi secara umum
Dari 100 responden yang diteliti, 100% menyatakan suka akan rekreasi, dengan jenis rekreasi yang paling disukai adalah rekreasi alam (pegunungan, laut, dst). Sedangkan alasan utama responden berekreasi adalah untuk mencari suasana lain. Dan saat responden melakukan rekreasi adalah kapan saja diperlukan responden untuk memenuhl kebutuhannya akan rekreasi.
Responden dalam melakukan rekreasi temyata tebih banyak dipengaruhi oleh diri sendiri. Demikian juga untuk pengambilan keputusan mengenai rekreasi, bag! responden yang memutuskan lebih banyak adalah diri sendiri. Bagi responden, Keputusan untuk rekreasi adalah sesuatu yang direncanakan terlebih dahulu. Dan kegiatan rekreasi lebih menyenangkan kalau dilakukan bersama-sama keluarga.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hennie Marianie
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S26395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>