Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kurniawan Yudianto
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan operan pasien di Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Populasi penelitian adalah 747 perawat pelaksana yang bekerja di Ruang Rawat Inap. Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 85 perawat pelaksana Untuk menguji hubungan antara faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong dengan pelaksanaan operan pasien perawat pelaksana digunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan operan pasien dalam kategori balk yaitu sebesar 56,5%. Rata - rata karakteristik responden berjenis kelamin perempuan (81,2%), berpendidikan Akademi (82,4%), Lebih dari setengah umur responden lebih dari 25 tahun (60%) dengan lama bekerja lebih dari 10 tahun (52,9%). Hasil analisis uji Chi Square dengan a =0,05 antara karakteristik perawat dengan pelaksanaan operan hanya jenis kelamin yang menunjukkan adanya kecenderungan yang nyata, dimana mayoritas dari perawat perempuan melaksanakan operan pasien dengan baik (p value < 0,05). Tingkat pengetahuan menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien, responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik cenderung pelaksanaan operannya juga balk (p value < 0,05). Sikap menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien (p value < 0,05). Dukungan pimpinan menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan (p value < 0,05). Dukungan teman sejawat menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien. Ketersediaan protap menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien (p value < 0,05). Hasil analisa multivariat menunjukkan dari keenam variabel hanya empat variabel yang mernpunyai pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan operan pasien yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan ketersediaan protap dengan p value 0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan agar pihak manajemen rumah sakit perlu lebih meningkatkan pengetahuan, sikap serta penyediaan sarana untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan khususnya dalam pelaksanaan operan pasien.

This research is research with co-relational descriptive design instead to test of relation among factors, which have as a correlation with patient pass implementing in Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital. The research populations are 747 nurses to test the relation among predisposition factor, proponent and impetus with executor nurse patient pass implementing used of chi square, The research results shown that patient pass implementation in good category that is as big as 56,5%. The respondent characteristic average are girl sex (81,2%), and academic education (82,4%). A half of respondent's age is more than 25 years (60%) with job experience more than ten years (52,9%). The chi square test analysis results with a = 0,05 among nurse characteristic with pass implementing just sex showed the presence of obvious tendency, where the majority from girls nurse conduct with good patient pass (p value < 0,05). Knowledge level showed the presence of relation with patient pass implementing, respondent that have good knowledge level tend her pass implementing is good ( p value < 0,05). Attitude has shown the presence of relation with patient pass implementing (p value < 0,05). The leader support showed the presence relation with pass implementing. The colleague has shown the presence relation with patient pass implementing. Availability of fixed procedure has shown the presence relation with patient pass implementing (p value < 0,05). Multivariate analysis result has shown from six variables just four variables had significant influence toward patient pass implementing that are sex, knowledge, attitude, and availability of fixed procedure with p value 0,05. Based research results can suggestion in order to hospital management party need for more increase of knowledge, attitude and preparing the infrastructure to increasing of nursing upbringing quality, especially in-patient pass implementing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richa Aprilianti
"Anemia merupakan akibat sekunder dari Gagal Ginjal Terminal (GGT) yang terjadi pada 80-95% pasien, seiring dengan penurunan laju filtrasi glomerulus pada pasien hemodialisis. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada pasien hemodialisis rutin. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 116 orang.
Hasil penelitian menunjukkan penyakit inflamasi merupakan faktor yang paling berhubungan dengan anemia ( p = 0,05; OR = 2,7), kedua adekuasi hemodialisis (p = 0,04; OR = 2,3) dan ketiga status nutrisi (p = 0,04; OR = 0,31). Pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dan peran perawat dalam memastikan adekuasi hemodialisis tercapai untuk setiap pasien dengan frekuensi dialisis 3x/minggu selama 4 - 5 jam/sesi hemodialisis merupakan kunci keberhasilan manajemen anemia sebagai salah satu indikator kualitas pelayanan ruang hemodialisis.

Anemia is a secondary effect of Chronic Renal Failure (CRF), which occurs in 80-95% of patients, in line with the decline of glomerular filtration rate. The purpose of this research was to identify the factors associated with anemia in hemodialysis patient. This study used cross-sectional design with a sample of 116 people.
Results showed inflammatory disease was the most influential factor on the incidence of anemia (p = 0.05, OR = 2.7), then the adequacy of hemodialysis (p = 0.04; OR = 2.3) and third nutritional status (p = 0.04; OR = 0.31). Implementation of comprehensive nursing care and the role of nurses ensure adequacy of hemodialysis is achived for each patient with the frequency of hemodialysis performed 3 times a week for 4-5 hour per session of hemodialysis is the key indicator of adequacy of treatment of anemia as a service quality hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T38674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Suryawati
"Proporsi kematian karena MDR TB di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 12,73%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat factor factor yang mempengaruhi ketahanan hidup pasien MDR TB di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Desain penelitian yang digunakan adalah kohort retrospektif dengan jumlah sampel 216 di mana 80 sebagai event dan sisanya sebagai sensor. Hasil analisis dengan Survival dengan Spss memperlihatkan predictor utama dari ketahanan hidup pasien MDR TB di RSHS adalah pola resistensi(HR 0,3 ; 95% CI 0,2-0,5; P value 0,000), efek samping obat berhubungan dengan waktu(HR 1,12; 95% CI 1,02-1,22; P value 0,013)dan BMI kurang (HR 1,8; 95%CI 1,02-3,3; P value 0,04). Efek samping obat sebelum terapi bulan kedelapan efeknya proteksi, sedangkan sesudah itu meningkatkan resiko kematian. Konfoundingnya adalah riwayat merokok, jenis kelamin, umur dan pekerjaan. Probabilitas ketahanan hidup pasien MDR TB 0,56. Oleh sebab itu peningkatan kepatuhan minum obat, konsistennya pengukuran tinggi badan dan berat badan pasien MDR TB dan efektivitas manajemen efek samping OAT dapat meningkatkan ketahanan hidup pasien MDR TB di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

Proportion death caused by MDR TB at Hasan Sadikin General Hospital in Bandung (RSHS) is 12,73%. This study is observe factors affecting the survival of patient with MDR TB at Hasan Sadikin General Hospital Bandung. The study design uses retrospective cohorts with sample size 216 patient, whereas 80 of them is used as event and the rest is treated as sensor. Survival analysis results using SPSS demonstrated main predictors of survival among MDR TB patient in RSHS, which are : resistancy pattern (HR 0,31; 95%CI 0,2-0,5; P value 0,000), drug side effect with time dependent (HR 1,12; 95%CI 1,02-1,22; P value 0,013), and BMI (HR 1,8; 95% CI 0,2-3,3, P value 0,04). Confounding factors found was smoking history, sex/gender, age and occupation. The propability of MDR TB patient?survival is 0,56. Therefore improving drug taking compliance, consistant monitoring and improvement of BMI as well as management of anti TB drug side effect may improve the survival of MDR TB patient at Hasan Sadikin General Hospital in Bandung.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Tuty Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian gagal ginjal tahap akhir pada pasien DM tipe 2. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan penelitian case control. Jumlah responden kelompok kasus adalah 23 orang dan kelompok kontrol 46 orang. Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal tahap akhir adalah lama menderita DM (p = 0,028), kebiasaan merokok (p = 0,027), minum minuman beralkohol (p = 0,034), pola diit (p = 0,000), hipertensi ( p = 0,036 ). Pada analisis regresi logistik diketahui bahwa pola diit merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya gagal ginjal tahap akhir pada pasien DM tipe 2 (p = 0.008). Diharapkan perawat perlu mengembangkan standar asuhan keperawatan yang berfokus pada upaya preventif untuk mencegah terjadinya komplikasi terutama gagal ginjal tahap akhir.

This research aims to know the risk factors which related to end stage renal disease. Research design is analitic description with case control approaching. The number of case group respondent are 23 people and control group respondent are 46 people. Bivariat analysis showed that risk factors corellated with end stage renal disease is duration of DM suffered (p = 0.028), smoking habit (p = 0,027), drinking alcoholic (p = 0.034), diet pattern (p = 0.000), Hypertension (p = 0.036). In logistic regression analysis is known that diet pattern is the most influencing factor in end stage renal disease in type 2 DM patient ( p = 0,008). It's recommended that nurses develop a nursing care standardization focused on preventif effort to prevent complication, especially end stage renal disease.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Kartika
"Dewasa ini sekitar 45% kematian bayi terjadi pada bayi berumur kurang dari satu bulan, dan 20% kematian bayi tersebut disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Depkes, 1996). Dilihat dari segi kesehatan masyarakat BBLR turut berperan di dalam menentukan sukses tidaknya pembentukan generasi mendatang (Population Report, 1998), karena BBLR dapat mengakibatkan tumbuh kembang bayi dan anak terhambat, serta menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi yang dilahirkan. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko BBLR, antara lain dengan meningkatkan pelayanan antenatal care (ANC).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran terjadinya BBLR yang berhubungan dengan frekuensi ANC, pemberian vaksinasi tetanus toxoid, pemberian tablet besi, tinggi fundus uteri, berat badan ibu, tinggi badan ibu, tekanan darah ibu, umur ibu, pendidikan ibu, lingkar lengan atas ibu, kadar Hb ibu, paritas, jarak kehamilan, dan jenis kelamin bayi.
Penelitian ini merupakan studi observasional dari data sekunder laporan data maternal perinatal dasar RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2000. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 863 ibu yang melahirkan tunggal dan cukup umur selama tahun 2000. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji chi square dan multi variat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian BBLR dari 863 kelahiran tunggal dan cukup umur adalah sebanyak 53 kelahiran (6,1%), sedangkan kejadian BBLR dan total populasi yaitu dari 2684 kelahiran, termasuk tunggal, kembar prematur dan cukup umur, sebanyak 462 kelahiran (17,2%). Hasil penelitian univariat menunjukkan bahwa yang frekuensi ANCnya tidak adekuat sebesar 14,63%, tinggi fundus uteri yang tidak normal adalah sebesar 34,62%, tinggi badan kurang dari 145 cm sebesar 14,75%, tekanan darah tidak normal sebesar 12, 42%, paritas > 4 sebesar 8,9%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel tersebut dengan kejadian BBLR (p < 0,05), sedangkan variabeI vaksinasi tetanus toxoid, berat badan ibu, umur ibu, pendidikan ibu, LLA ibu, kadar Hb ibu, jarak kehamilan, dan jenis kelamin bayi tidak mempunyai hubungan yang bermakna.Variabel tablet tablet besi tidak dapat dianalisis karena datanya kurang bervariasi. Dari model regresi logistik diketahui ternyata variabel yang paling besar peranannya terhadap kejadian BBLR adalah frekuensi ANC, tinggi fundus uteri, dan tekanan darah ibu, sedangkan yang paling kuat hubungannya dengan kejadian BBLR adalah tinggi fundus uteri, dengan OR 15,46 ( CI 95 % ).
Disarankan agar rumah sakit melakukan pemantauan yang ketat terhadap ibu yang terdeteksi mempunyai risiko BBLR, dan menyiapkan ruangan bersalin khusus dengan sarana yang lengkap untuk persalinan BBLR Untuk petugas lapangan atau penyuluh kesehatan, agar dapat menyebarluaskan informasi mengenai tanda-tanda yang menunjukkan BBLR, serta memberikan informasi mengenai penanganan kejadian BBLR Bagi praktisi kesehatan terutama bidan praktek swasta, agar dapat melakukan deteksi dini kejadian BBLR.

Nowadays about 45% infant mortality occurs to infant in the age less than 1 month, and 20% as stated above caused by low birth weight (LBW) (Depkes, 1996). From the view of public health, LBW has its role to determine the successful future generation formation (Population Report, 1998), because LBW can cause retardation to child growth, also can cause health birth infant problem. There are efforts had been done to reduce LBW risk, such as increase antenatal care (ANC).
This research aim is to know the description LBW occurred which related to the frequency of ANC, tetanus toxoid vaccination, iron tablet distribution, fundus uteri height, mother's weight, mother's height, mother's blood pressure, mother's age, mother's education, mother's upper arm circumference, mother's Hemoglobin level, parity, interval of pregnancy, and infant gender.
This research is observational study by secondary data analyzed. Secondary data is taken from the audit maternal prenatal dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung in year 2000. The design used in this study is cross sectional with 863 mothers who deliver single baby and mature during year 2000. The analysis of this research is using univariate, bivariate with chi square test and multivariate with logistic regression test.
The research showed that from 863 single and mature births, 53 infants are LBW (6,1%), while L13W from total of population from 2684 births, including single, preterm twin and mature, are 462 births (17,2%). The result of univariate test showed that the inadequate ANC are 14,63%, abnormal fundus uteri height are 34,62%, less than 145 cm height are 14,75%, abnormal blood pressure are 12,42%, parity > 4 are 8,9%. The result of statistics analysis showed that there is meaningful relationship between stated variables with LBW (p< 0,005), while tetanus toxoid vaccination, mother's weight, mother's age, mother's education, mother's upper arm circumference, mother's hemoglobin content, spacing of pregnancy, and infant gender, are not related to LBW and the ferrum distribution cannot analyzed because the data is not representatives to analyzed. From the logistic regression is known that the determinant factor to LBW is ANC frequency, fundus uteri height, and mother's blood pressure.
It is suggested that hospital carry out the tight supervision to LBW detected mother, and preparing special delivery room with fully equipped for LBW delivery. Health worker is hoped to spread out the information about the LBW symptom, also spread out the information about taking care of LBW. For the private health practitioners especially private midwife, it is necessary to detect LBW early, and refer immediately if there is no ability to deliver LBW infant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Taryana
"Tindakan pembedahan sebagai salah satu upaya terapi medis, selain bertujuan untuk menyembuhkan klien, juga dapat menimbulkan beberapa penyulit, seperti gangguan saluran pernafasan, gangguan saluran cerna, gangguan saluran perkemihan serta terlambatnya penyembuhan luka pembedahan. Selain itu pembedahan dapat menimbulkan stress, karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Keadaan stress yang tidak diatasi dapat menimbulkan permasalahan pada saat pra bedah, selama pembedahan maupun pasca bedah.
Salah satu upaya yang harus dilaksanakan oleh perawat untuk mengatasi permasalahan di atas adalah melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah, yang pada prinsipnya bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental klien dalam menghadapi pembedahan.
Di USA pelaksanaan pendidikan kesehatan terbukti telah dapat mengurangi pemakaian obat-obatan, mengurangi rasa sakit, perasaan cemas, mengurangi lama hari rawat yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya perawatan di rumah sakit yang harus dikeluarkan klien. Bahkan sejak 1972, perhimpunan rumah sakit di Amerika telah menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pra bedah adalah hak klien, sehingga merupakan keharusan bagi perawat untuk melaksanakannya.
Di Instalasi Bedah RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung pendidikan kesehatan pra bedah telah dilaksanakan, namun belum maksimal. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, seperti pendidikan, pengetahuan, sikap, pengalaman perawat, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta pengawasan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan kepada hal di atas tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan klien pra bedah di RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Penelitian dilaksanakan melalui kegiatan cross sectional survei dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada 99 orang perawat sebagai responden (total sampel) yang bertugas di Instalasi Bedah RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil analisis bivariat menunjukkan dari 6 variabel yang diduga berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, ternyata hanya variabel tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan perawat yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah. Dari hasil analisis regresi logistik ternyata variabel pendidikan mempunyai hubungan yang paling bermakna dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka peluang perawat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah yang baik mencapai 15.29 kali dibanding tingkat pendidikan rendah. Rata-rata perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah didapatkan hasil baik 44.4% dan kurang 55.6%.
Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah di RSU.Dr. Hasan Sadikin Bandung, disarankan untuk terus memelihara dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat, melengkapi protap yang sudah ada dengan protap pendidikan kesehatan pra bedah, serta melengkapi sarana dan fasilitas yang dibutuhkan.

Factors Which Related to Nurse Behavior in the Implementation of Pre - Operative Health Education Clients in Surgical Department of RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung, in 2001Operation as one among other efforts of medical therapies, besides the aims of healing the clients, also able to cause various complication, such as respiratory system disorders, gastrointestinal system disorders, urinary system disorders and the delayed of wound healing. On the other hand operation leads to stress, because of threaten to the body, integrity and human soul. This unsolved stress can make problems on pre-operative, during operation and post operative. (Perioperatively)
One of the efforts that should be undertaken by nurses to solve the problems above is to implement the pre-operative health education, which in principal purpose is to prepare physical and mental of the clients facing operation.
In USA the implementation of health education proven could decrease drug consumption, lessen the painful and anxiety. These all would cut down the duration of treatment days, and at last could decrease the hospital payment that should be paid by the client. More over since 1972, the American Hospital Association has declared that pre-operative health education is a right of the client, so it should be a necessity for nurse to implement it.
In the surgical department in RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung, pre-operative health education has been implemented, but not maximum yet. There are many factors that might be influenced the implementation of the pre-operative health education, such as; education, knowledge, attitude, nurse experiences, instruments, the provided facilities and the supervision of the implementations.
Based on those mentioned above, the objective of this research was to obtain information concerning factors which related to nursing behavior in the implementation of pre-operative health education clients, in surgical department of RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
The research was conducted through activities of cross sectional survey, using respondents of nurses which worked at the surgical department in RSU. Dr.Hasan Sadikin Bandung. The total samples were 99 respondents, and data collection was done through observation of nursing activities and interview.
Statistical analysis used distributions frequencies and chi-square analysis to find the relationships among the dependence variable and each independence variables. However, multivariate analysis with the logistic regression was also used to find the dominance independence variable which gave the highest relation.
The research results showed there was a significant relationship among nurses behavior in the implementation of pre-operative health education with education level and knowledge. The nurses which higher level education were usually done better in implementing pre-operative health education, 15.29 times compared with the low level education. On the average nurse behavior of the pre-operative health education got the good results 44.4% and less than 55.6%.
To RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung suggested to complete operational procedure with the pre-operative health education guidance, to complete the instruments and facilities, also the continuation of effort in increasing the nurse education, should be kept and increased."
2001
T9338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Nurhayati
"Infeksi Nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di Rumah Sakit setelah pasien dirawat lebih dari tiga hari. infeksi ini menjadi masalah besar pada setiap rumah sakit, di Amerika angka kejadian infeksi nosokomial mencapai rata-rata 6 persen. Di Indonesia, beberapa hasil survailens menunjukkan angka kejadian infeksi nosokomial berkisar 1 -15 persen, dengan angka kejadian infeksi paling tinggi di bagian bedah.
Kejadian infeksi nosokomial dapat memberikan kerugian, baik terhadap pasien, Rumah Sakit maupun terhadap tenaga kesehatannya. Selain hari rawat akan bertambah dan biaya perawatan tinggi, pasien akan mengalami gangguan fungsi tubuh dari yang paling ringan sampai gangguan berat pada seluruh sistem tubuh. Oleh karenanya, angka kejadian infeksi nosokomial ini telah digunakan sebagai salah satu tolok ukur mutu pelayanan Rumah Sakit.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, pada tahun 1987 telah dimulai upaya pengendalian infeksi nosokomial dengan menunjuk lima Rumah Sakit Umun Pusat untuk dijadikan Rumah Sakit rujukan pengendalian infeksi nosokomial, termasuk diantaranya RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Lingkup kegiatannya mencakup pelatihan tim pengendalian infeksi nosokomial, penyusunan komite pengendalian infeksi nosokomial , penyusunan standar operasional prosedur, surveilens, dan pelaksanaan tindakan pencegahan. Program ini bertujuan membentuk perilaku petugas kesehatan agar tetap patuh dalam melaksanakan tindakan medic atau keperawatan, dan pengendalian lingkungan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial.
Prioritas pengendalian infeksi nosokomial di RSVP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah pencegahan infeksi luka operasi yang memiliki angka kejadian infeksi nosokomial paling tinggi di bagian bedah. Kegiatan pengendaliannya mencakup tindakan pencegahan sebelum pasien di operasi, selama pasien di operasi dan sesudah pasien di operasi.
Atas dasar hal tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam pencegahan infeksi nosokomial luka operasi di bagian bedah RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.
Penelitian ini dilaksanakan melalui kegiatan survai kros-seksional survei, menggunakan responden tenaga dokter dan perawat yang bekerja di bagian rawat inap bedah dan kamar operasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pengambilan total sampel adalah sebanyak 117 responden dan pertigumpulan data dilakukan melalui observasi tindakan medis 1 keperawatan dan wawancara.
Analisis statistik dilakukan dengan univariat, Kai-kuadrat untuk melihat hubungan variabel dependen dengan variabel independen, dan untuk mengetahui variabel independen yang paling berhubungan dilakukan uji multivariat regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara perilaku kepatuhan petugas kesehatan dengan latar belakang pendidikan petugas kesehatan yang tinggi, pengetahuan petugas yang balk, dan sikap petugas kesehatan yang balk dan pengawasan yang baik umumnya dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi nosokomial luka operasi yang baik pula.
Rata-rata tingkat kepatuhan petugas kesehatan dalam pencegahan infeksi nosokomial tersebut di bagian bedah. RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah 40,2 % baik, 39,3 % sedang, dan 21,5 % kepatuhan rendah. Variabel pengawasan tim menunjukkan hubungan paling bermakna terhadap perilaku petugas kesehatan dalam pengendali infeksi nosokomial tersebut. Dengan pengawasan yang baik, petugas kesehatan mempunyai peluang untuk patuh melaksanakan pencegahan infeksi nosokomial mencapai 89 persen.
Keberadaan tim pengendali infeksi nosokomial di Rumah Sakit memberikan dampak yang cukup baik bagi terwujudnya perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam pencegahan infeksi nosokomial luka operasi.

Nosocomial infection is an infection on patient which occured after care more than three days. This infection become a big problem for every hospital, in America, it have achieved average occurance value of 6 percent for nosocomial infection. In Indonesia, some surveilens results showed the occurence value of nosocomial infection was about 1-15 percent with the highest occurance at the surgical division.
The occurance nosocomial infection could gave disadvantages directly to the patients, hospitals, and also health providers. Besides a long stay care and expensive cost, the patient will faced problem of body faction systems, either from light to heavy disturbances. So that, the occurance value of nosocomial infections was use as measures of quality services of hospital.
To antisipate those conditions, in 1997, it .was started the preventing effort of nosocomial infection with address to five hospitals center as reference to prevent those infections, including for the RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Scope activities covered training for the prevention team, commitee arragement, standard arragement for operational procedure of preventing nosocomial infections, and surveilens.
The prevention priority ofnosocomial infection in RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung is to prevent of wounds which have highest occurance value for nososcomial infection at the surgical division. Those activities also covered preventive measures of the patient before operation, during the operation, and after the operation process.
Based on the above mentions, the objectives of this research was to obtain information concerning factors which retalted to compliance behavior of health providers in preventing nosocomial infections of wounds at the surgical division of RSVP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
The research was conducted through the activities of cross sectional survey, using respondents of medical doctors and nurces which worked at division of surgical care stayed and the operation room in RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. The total samples were 117 respondents, and data collection was done through observation of medical I nursing activities and also the discussion.
Statistical analysis used distribution frequencies and Xi-square analysis to find the relationship among the dependance variable and each independance variables. However, multivariate analysis with the logistic regression was also use to find a dominance independence variable which gave the highest relation.
The research results showed there was significant relationships among compliance behavior of health providers with education level, knowledge, attitudes of health providers, and the monitoring team. The health providers which have higher level education, better knowledge, and better attitudes were usually done better in preventing nosocomial infection of wounds.
The average value of compliance behavior for health providers in preventing nosocomial infections at the surgical division of RSUP Dr, Hasan Sadikin Bandung were 40.2 % better, 39.3 % fair, and 21,5 % low, respectively. The role of monitoring team gave better relationships to the behavior of health providers in preventing those nosocomial infections. The compliance behavior of health providers could be improve to 89 percent in preventing nosocomial infection, through better team monitoring activities.
The availability team of preventing nosocomial infection in the hospitals gave better impacts on the improving compliance behavior of health providers to prevent nosocomial infection of the wounds.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelis Fitriah Handayani
"Appendisitis merupakan kasus terbanyak dalam SMF Bedah Subspesialistik Bedah Digestif. LOS appendisitis ditemukan memanjang yaitu berkisar 3 hingga 9 hari. Tujuan penelitian adalah menentukan determinan LOS pada pasien appendisitis. Penelitian dilakukan pada 75 pasien appendisitis di RSHS, yang menjalani appendektomi emergensi periode Juli sampai dengan Oktober 2014. Parameter yang dinilai adalah LOS, sedangkan determinan diambil berdasar karakteristik pasien dan karakteristik layanan kesehatan.
Hasil uji statistika menunjukkan tidak didapatkan hubungan pada seluruh determinan berdasar karakteristik pasien, yaitu usia, gender, diagnosa, orientasi dan posisi appendiks, ukuran panjang appendiks, riwayat kunjungan ke sarana kesehatan lain sebelumnya serta keterlambatan berobat dengan LOS yang memanjang lebih dari 5 hari. Berdasar karakteristik layanan kesehatan, ditentukan bahwa determinan keterlambatantindakan, waktu pelaksanaan operasi, serta operator tidak berhubungan dengan pemanjangan LOS lebih dari 5 hari. Terdapat hubungan durasi operasi dan komplikasi paska operatif dengan LOS memanjang lebih dari 5 hari.
Analisa lebih detail memperlihatkan bahwa komplikasi paska operatif dipengaruhi oleh usia dan ukuran panjang appendiks, terdapat juga dugaan komplikasi paska operatif akibat memanjangnya durasi operasi.Sedangkan keterlambatan berobat berhubungan dengan kejadian appendisitis perforata.

Appendicitis were majority in digestive surgery division. We found LOS were varies ranging from 3 to 9 day, longer than 5 days in most cases. The objective is to determine factors contributed to LOS. Ressearch was performed to 75 samples whom underwent open emergency appendicectomy taken from july to October 2014 at Hasan Sadikin General Hospital Bandung . LOS was the dependent variables. LOS determination were emerged from patient characteristics and health care provider characteristics. Statistical test was done to all data results.
The results showed that patient age, gender, diagnose, appendiceal orientation and positioning, length of the appendix, previous visit and pre hospital delay were not contributed to LOS more than 5 days. Emerging from health care provider characteristic, in hospital delay, time operation was perfomed and operator were irrelevant to LOS, otherwise operating theathrre timestamp and post operative complication were found relevant to LOS more than 5 days.
This study also reveals that patient age and length of the appendix contributed to the rate of post operative complication, that in turn indirectly contributing to LOS more than 5 days. Suspicioulys that duration operation may contribute to post operative complications.Similar study concluded pre hospital delay was highly significant predisposing to appendiceal perforation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enok Siti Marhumah
"Pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih ditekankan pada pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dimana obat-obatan merupakan salah satu faktor penting dalam penyembuhan penderita, sehingga perlu penanganan yang baik yang menjadi tugas instalasi farmasi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik instalasi farmasi memerlukan sistem pendistribusian, dalam hal ini adalah prosedur distribusi obat yang cepat dan efisien.
Depo farmasi ruang 11 merupakan bagian dari instalasi farmasi yang berfungsi mengendalikan distribusi obat sehingga penyediaan obat di ruangan senantiasa sesuai dengan perencanaan dan kebutuhan. Pasien ruang 11 terdiri dari pasien umum, pasien kontraktor dan pasien askes. Ruang 11 mempunyai kapasitas sebanyak 43 tempat tidur, terdiri dari VIP A, VIP B dan kelas 1. Sistem distribusi yang digunakan di ruang 11 adalah sistem distribusi persediaan di ruang dan sistem distribusi unit dosis parsial. Sistem distribusi obat tersebut dituangkan dalam bentuk depo farmasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi sistem dan prosedur yang dilaksanakan kaitannya dengan peningkatan pelayanan farmasi di RSHS; mengkaji masalah-masalah yang menghambat dalam pelaksanaan prosedur; serta mencari alternatif yang diharapkan untuk mengurangi masalah tersebut.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus dengan pendekatan deskriptif dengan cara penelusuran proses sejauhmana prosedur tetap yang ada dijalankan. Menggunakan data primer, yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan farmasi bulan Juli 2000, protap, kebijakan, standar pelayanan farmasi, dan lain-lain.
Dari hasil penelitian diperoleh prosedur tetap yang ada kurang mendukung terhadap pelayanan dan tidak memberikan kepuasan pasien, sehingga perlu dikembangkan.
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, apabila sistem distribusi obat didukung oleh prosedur yang baik dan mudah dilaksanakan, personal yang cukup, jumlah dan kemampuan kefarmasiannya meningkat, serta sarana bagi prosedur distribusi yang lengkap, diharapkan dapat mendukung terhadap pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien.

Analysis of Medicine in In-Patient Care of Interne Unit, Hasan Sadikin Hospital, BandungThe health service served by hospital is more emphasized on curative and rehabilitation service, there for drugs is one of essentiale factors in the cure process of the patients. Consequently, management of drugs have to be organized effectively as the main job of pharmacy installation. In applying its job and its function effectively, pharmacy installation requires good distribution system. In this case, the procedure of drugs distribution must be fast and efficient.
Pharmacy stand in Room 11 is a part of pharmacy installation which has function to contrail distribution of drugs, so that drugs supply in that room is suitable to the plan and requirement. There are three types of patient in Room 11, namely general patient, contractor patient and helath insurance patient. Room 11 has capacity; 43 beds contains VIP A, VIP B dan first class. Distribution system used in Room 11 is room supply distribution system and partial dose unit distribution system. The form of that distribution system is pharmacy stand.
This research is aimed to analyze the application of permanent procedure in relation to the improvement of pharmacy service in RSHS (Hasan Sadikin Hospital); to recite problems obstruct in procedure application; and to observe expected alternative in reducing those problems.
Methodology used in this research in case observation method with descriptive approach which try to measure how far the process of permanent procedure has been held by using primary data, that is through observation and interview. Mean while, secondary data is obtained through notes and pharmacy report in July 2000, permanent procedure, policy, pharmacy service standard etc.
The best assumed from the investigation is; if the drug distribution system supported by good procedure and easy to be applied, adequat personnel, increasing in amount and capability of its pharmacy, and sufficient in facility of distribution procedure, so we can expect that all of above factor can develop the health service efficiency and effectively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poppi Sophia
"Sesuai dengan UU No. 19 tahun 2003 tentang Perbendaharaan Negara, misi rumah sakit adalah urituk menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Pasal 68 dan 69 mengamanatkan- untuk membentuk suatu Badan Layanan Umum (BLU) yang bersifat nirlaba, yang dikelola secara profesional dan independen serta dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan juga untuk menghasilkan pelayanan yang berkualitas dan terjangkau yang sumber pembiayaannya berasal dari tarif yang dikenakan kepada pengguna jasa dan dari subsidi Pemerintah. BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan 1 atau jasa yang dijual tanpa meroari keuntungan dan dalarn melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas (PP No. 23 tahun 2005 tentang Pcngelolaan Keuangan Badan Layanan Umum ( BLU ) ).
Untuk mengetahui persepsi stakeholder, kelebihan dari BLU dan faktorfaktor yang menghambat serta solusinya di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS ) Bandung - Sawa Barat tahun 2006.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen pada Rumeh Sakit Dr. Hasan Sadikin ( RSHS ) Bandung - Sawa Barat pads bulan Juni sampai dengan Juli 2006. Hasil Penelitian : Menunjukkan bahwa Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin ( RSHS ) Bandung sudah melakukan persiapan untuk menjadi rumah sakit dengan Pala Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum ( PPK -- BLU ). Hal ini dapat dilihat dari rencana kerja yang dibuat, perubahan-perubahan yang ada serta kebijakan I keputu'san yang dibuat pimpinan di RSHS Bandung dan dipatuhi oleh angotaanggotanya, antara lain : Perubahan budaya kerja rrelalui pelatihan, Secara keuangan lebih. balk karena berpikir secara akrual basis sehingga bisa lebih efektif dan efisien, Sumber daya 1 asset dapat dikelola oleh nimah sakit sendiri, Perubahan perilaku 1 mindset dari birokrat ke enterpreuner, Perubahan performa ( lebih rapi ), Peningkatan pendapatan karyawan, Manajemen operasional berjalan balk, Membangun sistem manajemen di tiap level RSHS Bandung secara terintegrasi yang berfokus pada customer oriented, Menyusun Rencana Kerja Anggaran Kementerian Lembaga (RICA - KL) dan Rencana Bisnis Anggaran ( RBA) sejak tahun 2006. SDM yang sangat beragam, sehingga sosialisasi dan perubahan yang dilakukan rumah sakit sehubungan dengan perubahan PPK - BLU jadi agak lambat, Peraturan MenKeu belum lengkap sehingga Standar Operasional Prosedur ( SOP ) pun belum lengkap. ]ika rumah sakit berubah menjadi rumah sakit dengan PPK - BLU tidak masalah asalkan tetap survive dan berkembang lebih baik serta tetap dapat menjalankan fungsi sosial sesuai Pancasila dan UUD 45 dan fungsi usaha tetap berjalan baik tanpa melepas tanggung jawab sosial, memberikan aspek manfaat bagi sernua pihak serta memberikan pelayanan bagi masyarakat dengan memperhatikan aspek-aspek efisiensi, efektifitas, bermutu dan terjangkau.

As according to UU No. 19 in year 2003 about Exchequer of Nation, hospital mission is to guarantee available of health service for all society. Section 68 and 69 commending to form Public Service ( BLU ) having the character of nirlaba, managed professionally and independent and also foul-led to increase service to society in order to moving forward public prosperity and educate life of nation, as well as to yield service which with quality and reached by which source of its defrayal come from imposed tariff to service user and from governmental subsidy. BLU is institution in governmental environment which formed to give service to society in the form of goods supply and 1 or sold service without searching advantage and in conducting its activity is relied on efficiency and productivity principle (PP No. 23 year 2005 about Finance Management of Public Service ( BLU ).
To find stakeholder perception, excess from BLU and factors pursuing and also solution its in Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung - West lava in year 2006.
Research by using approach qualitative through in depth interview and document study in Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung - West Java in June to July 2006 Result Indicating that Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung have conducted preparation to become hospital with Finance Pattern Management of Public Service (PPK - BLU ). This Matter can be seen from made activity plan, existing change and also policy / decision made by director in Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung and obeyed by officer, for example : Cultural change of activity through training, monetaryly better because thinking by acrual bases so that can more effective and is efficient, Resource 1 asset can be managed by hospital, Behavioral change 1 mindset from bureaucrat to enterpreuner, change of Performa, Make-Up of earnings of employees, Operational management work well, Develop Build management system in every level integrated which focusing at oriented customer, Compiling Plan Work Budget Ministry (RKA - KL) and Plan Business Budget ( RBA) since year 2006. Immeasurable Human Resource which is very, so that conducted by change and socialization is hospital referring to change of Finance Pattern Management of Public Service ( PPK - BLU )-become rather tardy, Regulation of Minister for Finance not yet complete so that Standard Operational Procedure ( SOP ) even also not yet is complete. If hospital turn into hospital with Finance Pattern Management of Public Service ( PPK - BLU) do not the problem of so long as remain to survive and expand better and also remain to earn to run social function according to Pancasila and UUD.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>