Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216369 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antonia Retno Tyas Utami
"Indonesia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) polio pada tahun 2005. Di tiga kabupaten Lebak, Serang dan Sukabumi merupakan 58,9% kasus KLB nasional. Tujuan penelitian ialah diketahuinya besar risiko spesimen yang tidak memenuhi ketepatan waktu ambiI terhadap risiko basil pemeriksaan negatif virus polio di laboratorium nasional polio di Bandung dan Jakarta.
Pada studi potong lintang (cress-.seclionalO terhadap semua sampel spesimen yang pertama yang diambiI dari kasus acute fkrcid paralysis (AFP) selama tahun 2005 dari tiga kabupaten. Data berasal dari laboratorium nasional polio tentang identitas kasus AFP, tanggal lumpuh, tanggal' ambil spesimen, tanggal kirim, tanggal diterima, kondisi diterima, tanggal proses, tanggal dan basil uji. Di samping itu dilakukan konf rmasi lapangan untuk data tempat pengambilan spesimen, fasilitas, dan tenaga surveilans. Analisis faktor-faktor risiko terhadap risiko relatif (RR) basil pemeriksaan negatif virus polio menggunakan regresi Cox.
Prevalensi basil negatif dari sampel adalah 31,46%, Hasil negatif pada masa awal KLB Februari-April (60%) dan akhir KLB Juli-Desember 2005 (66,2%), dan yang terendah pada bulan Mei-Juni (15,5%). Faktor-faktor yang berkaitan secara signifikan terhadap risiko basil pemeriksaan negatif virus polio pada spesimen meliputi faktor tidak tepat waktu ambit spesimen, kabupaten asal spesimen, dan periode bulan pengambilan. Keterlambatan pengambilan spesimen mempertinggi risiko basil pemeriksaan negatif virus polio sebesar 70% dibandingkan dengan spesimen yang diambil tepat waktu [risiko relatif suaian (RN = 1,70; 95% interval kepercayaan (CI): 1,01 - 2,88).
Selama masa awal dan akhir KLB, perhatian khusus harms diberikan terhadap ketepatan waktu pengambilan spesimen dan kabupaten asal spesimen untuk memperkecil risiko basil pemeriksaan negatif virus polio.

In 2005 Indonesia had a polio outbreak of positive wild polioviruses (WPV). The three districts namely Lebak, Serang and Sukabumi contributed 59.% of total national cases. The aim of this study was to identify the risk of late collection of stool specimen for negative detection of poliovirus.
A cross sectional study conducted on all acute flaccid paralysis (AFP) surveillance's stool speciment from the three districts tested for polio virus in Bandung and Jakarta national polio laboratory in 2005. Data derived from laboratory registry books for case identity, date of paralysis onset; spesiment collection: sent; recieved; testing process; and result of test. In addition, field visits were conducted to the three districts for confirmation on data collecting methods, and human resources. Analysis was using Cox regression method for relative risk (RR).
The prevalence of negative results was 31,46%. Negative results during early stage of outbreak in February -April was 60% and late stage July- December was 66.2%, while in May -June was Ioweer (15.5%). Factors that significantly associated with the risk of poliovirus negative results were late of speciment collection, district origin of speciment and period of month speciment collection. Late than on time collection for first stool speciment had 70% increased risk to be negative results (adjusted relative risk =-1.70; 95% confidence intervals = 1.01 - 2.88).
During early and late stage of polio outbreak, special attention should be taken for timing of speciment collection and district origin of speciment to minimize risk of negative detection of poliovirus.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmawati
"Pencegahan dan pemberantasan penyakit, merupakan prioritas pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini tidak hanya terbatas pada upaya pengobatan, melainkan juga pencegahan terhadap kematian dan kecacatan. Menurut WHO, polio merupakan salah satu penyakit penyebab kecacatan. Pada tahun 1992, diperkirakan adanya 140.000 kasus baru kelumpuhan akibat poliomyelitis diseluruh dunia, dimana jumlah anak-anak yang menderita lumpuh sebesar 10 sampai 20 juta orang. Sedangkan jumlah kasus AFP (Accute Placcid Paralysis yaitu kasus lumpuh layuh yang belum tentu polio) yang ditemukan sampai dengan tanggal 15 Desember 2005 adalah 1.351 anak di bawah usia 15 tahun.
Polio adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus polio, dan dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Walaupun penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur, namun kelompok umur yang paling rentan adalah umur < 3 tahun (50-70% dari semua kasus polio). Pelaksanaan surveilans AFP tahun 2005?2006 menemukan 305 kasus polio yang tersebar di 47 Kabupaten/Kota pada 10 Provinsi. Surveilans AFP dilakukan melalui tata laksanan kasus AFP dan penegakan diagnosis oleh laboratorium. Sampai sejauh ini belum diketahui bagaimana validitas penapisan AFP untuk diagnosis polio.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas penapisan AFP untuk diagnosis polio di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder Surveilans AFP Depkes tahun 2005. Populasi penelitian ini adalah semua anak usia kurang dari 15 tahun yang mengalami kelumpuhan secara tiba-tiba dan terjaring oleh petugas surveilans daerah yang mendapatkan pemeriksaan spesimen di laboratorium untuk menegakkan diagnosis polio yaitu sebanyak 1.601 pasien. Sedangkan, sampel penelitian adalah anak usia kurang dari 15 tahun yang mengalami kelumpuhan secara tiba-tiba dan terjaring oleh tenaga surveilans daerah (n = 1.601).
Gejala penapisan AFP berupa layuh, akut, dan kelumpuhan mempunyai sensitivitas 98,5%, gejala demam mempunyai sensitivitas 91,7%, sedangkan gejala gangguan rasa raba mempunyai sensitivitas 21,9%. Nilai Prediksi Positif (NPP) yang paling tinggi terdapat pada gejala demam (29,4%), kemudian diikuti dengan gejala gangguan rasa raba. Nilai ini menunjukkan sebanyak 29,4% pasien penapisan AFP dengan gejala demam yang ternyata menunjukkan polio positif.
Nilai Prediksi Negatif (NPP) tertinggi terdapat pada gejala gangguan rasa raba (75%) dan yang paling rendah adalah gejala kelumpuhan dan demam (60%). NPP menunjukkan bahwa 75% pasien penapisan AFP diagnosis polio negatif tidak memiliki gejala gangguan rasa raba. Dari gejala yang ada, yang mempunyai likelihood rasio positif (LR+) tertinggi adalah gejala demam (1,205) artinya gejala demam 1,205 kali lebih banyak ditemukan pada pasien penapisan AFP diagnosis polio positif. Persentase diagnosis polio pada penapisan AFP ini sebesar 0,256.
Tujuan surveilans AFP adalah untuk menjaring sebanyak-banyaknya penderita AFP, sehingga yang perlu diperhatikan adalah nilai sensitivitas gejala penapisan AFP untuk diagnosis polio.Dari penelitian ini disimpulkan bahwa empat gejala (flaccid, akut, kelumpuhan, dan demam) cukup sensitif untuk diagnosis polio positif pada penapisan AFP. Sedangkan gejala gangguan rasa raba kurang sensitif untuk diagnosis polio positif pada penapisan AFP. Peningkatan sensitivitas pada gejala gangguan rasa raba dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas data gejala gangguan rasa raba. Peningkatan keahlian tenaga kesehatan dalam diagnosis gejala klinis penderita AFP dapat melalui pendidikan dan pelatihan mengenai anamnesis penyakit."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyiah
"Kasus polio merupakan salah satu pennasalahan yang mendapatkan perhatian Iebih dari pemerintah. Pemerintah melaksanakan berbagai program atau cara untuk dapat menangulangi masalah tersebut. Mulai dari kampanye hingga pemberian imunisasi polio. Keberhasilan program tersebut tentunya dipengaruhi oleh perilaku ksehatan yang dimiliki oleh masyarakat. Perilaku kesehatan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti tingkat pendidikan, jarak, tingkat pengetahuan, sikap ibu, sikap petugas kesehatan, pengaruh keluarga-kawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor- faktor yang berkontribusi pada perilaku kesehatan terkait pemanfaatan imunisasi polio. Penelitian ini dilakukan di wilayah cakupan imunisasi puskesmas kelurahan Warakas dengan jumlah responden 102 ibu yang mempunyai balita. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan instrument penelitian berupa kuesioner. Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa 57,80% tingkat pendidikan berkontribusi pada perilaku kesehatan ibu untuk mengimunisasikan balitanya, di samping itu didapatkan hasil variabel jarak sebanyak 63,70%, variabel pengetahuan 58,80%, variabel sikap ibu 52%, variabel sikap petugas kesehazan 52%, dan variabel pengaruh keluarga-kawan 53,90% berkontribusi kepada perilaku kesehatan ibu unluk mengimunisasikan balitanya. Penelitian ini merekomendasikan kepada pemerinlah, masyarakat, dan khususnya keluarga untuk terus berkomitrnen dalam penanggulangan masalah polio yang nantinya akan berkontribusi terhadap perwujudan masyarakat sehat dan kepada penelitian berikutnya agar meneliti variabel perilaku lain yang terkait imunisasi polio seperti budaya, tingkat ekonomi, kepercayaan, dan keyakinan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5612
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agusdini Banun Saptaningsih
"Telah dilakukan penellUan aktivitas antibakteri dari getah tumbuhan EtLphorba ant iquorvin. Linn terhadap kuman Pseticloraon.as aer-ugnosa ATCC 27853 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan
antijamur terhadap jamur Tr?Lcophyton rubrvJrL. dan Cand?Lda aLbtcans,
yaitu dengan menentukari aktivitas anti bakteri dan antijamur
dengan metoda cakram serta menentukan kadar hambat minimal dengan
metoda pengenceran tabung.
Dalam penelitian mi diunakan getah segar dan getah yang
di k er I ngk an. Penyar I an dli ak uk an dengan menggunak an sothl et
dengan pelarut petroleum benzefi, kloroform, etanol dan air.
Hasil penelitlan menunjukkan báhwa getah segar, sari etanol
95°% dan sari air menunjukkan aktivitas antibakteni terhadap kuman
Pseudoraonas aeruetnosa ATCC 27853 dan StaphyLococcvs avreus ATCC
26923 dan aritijamur terhadap jamur Tricophyton rubrwn, sedangkan
sari petroleum benzen dan sari kloroform tidak mempunyai
aktivitas antlbakteri dan antijamur terhadap kuman dan jamur uji.
Dari seiuruh sari dan getah segar E'uphorbiLa ant iquoruin Linn
yang diuji, kadar hambat minimal yang terendah adalah 488,28
g,/cc., yaltu dari sari etanol dan getah segar terhadap
Staphylococcus aureus dan getah segar terhadap TriLcophyton
rubrum.. Kadar hambat minimal yang ten ti nggi adal ah 31,25 mgVcc
yaltu kadar hambat minimal getah segar, sari ètanol 95°% dan sari
air dari getah EuphorbiLa ant Lquorvia Linn terhadap Psezidomonas
aerunosa ATCC 27853."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Martini Puteri
"Menurut teori moral credential penghukuman terhadap pelaku pelanggaran ditentukan oleh domain pelanggaran. Penelitian ini membuktikan bahwa moral credential berupa keringanan hukuman terjadi pada kondisi pelanggaran dengan korban yang tidak terlihat jelas invisible victim dan penghukuman menguat pada pelanggaran dengan visible victim. Penelitian terdiri dari 4 studi yang melibatkan 893 partisipan dengan metode mixed methods, qual-Quant. Tiga penelitian kuantitatif dilakukan dengan population based-survey experiment yang membandingkan pelanggaran gratifikasi korban tidak terlihat jelas vs korban terlihat jelas , ngebut korban tidak terlihat jelas vs korban terlihat jelas . Prosedur partisipan diberi narasi tugas mulia Polisi/Dokter/Guru kondisi moral credential , selanjutnya ditugaskan memberikan penghukuman pidana yang tepat terhadap vignette pelanggaran menerima gratifikasi, dan memberi reaksi sosial terhadap pelanggaran ngebut. Pelanggaran di domain yang berbeda terbukti bahwa moral credential berpengaruh pada keringanan penghukuman pidana hanya pada pelanggarn dengan korban yang tidak terlihat jelas invisible victim , dan moral credential melemah pada pelanggaran dengan korban yang terlihat jelas visible victim sehingga pelaku dihukum berat. Polisi yang menerima gratifikasi dengan korban dihukum lebih berat oleh pengamat dan kelompoknya, akan tetapi secara sosial pelaku tetap dipandang sebagai orang bermoral dan profesional. Tingkat identifikasi sosial dan nilai berbuat baik tidak terkonfirmasi secara statistik, tetapi perbedaan profesi berperan sebagai moderator. Penghukuman anggota Polisi didasarkan pada mekanisme Black Sheep Effect BSE , sedangkan penghukuman kelompok Dokter menggunakan mekanisme Devil Protection Effect DPE . Kontribusi dan implikasi teori dijelaskan dalam diskusi.

According to moral credential theory, the punishment of offenders is decided by the domain of offenses. This research attempts to prove that moral credential, in the form of punishment leniency, happens in offenses with invisible victims, while stronger punishment appears in offenses with visible victims. This research consists of four studies, involving 893 participants with mixed methods qual rarr;Quan. Three quantitative research used population based-survey experiment, comparing gratification offenses invisiblet victims vs. visible victims and speeding invisiblet victims vs. visible victims . Narratives on the honorable duty of Police/Doctors/Teachers are given in participant rsquo;s procedure, followed with a task to give proper criminal punishment to the vignette of gratification offenses, and social reactions to speed violations. Offenses in the different domain proved that moral credential affected leniency in criminal punishment, only in offenses with invisible victims, while moral credential weakened in offenses with visible victims, resulting in heavier punishment for the offenders. Police who received gratifications with the victim is punished heavier by observers and his/her group. However, the offender is still seen as a moral and professional person. Social identification and meaning of good deeds are not confirmed statistically, but the different of job type consider as moderator. Punishment of Police is based on the Black Sheep Effect BSE mechanism, while the punishment of Doctors is using Devil Protection Effect DPE mechanism. Contributions and implications of the theory are explained in discussion."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2531
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Godjali
"Latar Belakang: Dalam identifikasi odontologi forensik, diperlukan penentuan jenis kelamin dan ras.
Tujuan: Menenentukan jenis kelamin dan ras berdasarkan ukuran mesiodistal (MD) dan bukolingual (BL) gigi kaninus rahang bawah, beserta nilai referensinya.
Metode: Dilakukan pengukuran MD dan BL gigi C RB pada populasi suku Batak dan Tionghoa, selanjutnya ditetapkan nilai referensinya.
Hasil: Ditemukan perbedaan signifikan ukuran MD dan BL pada pengujian antar jenis kelamin (p<0,05). Pada pengujian antar ras ditemukan perbedaan signifikan ukuran MD, namun tidak pada ukuran BL. Pada penentuan jenis kelamin nilai referensi ukuran MD 6,942 mm dan BL 7,527 mm. Pada penentuan ras, nilai referensi pada laki-laki ukuran MD 7,529 mm dan BL 7,845 mm, sedangkan perempuan MD 6,643 mm dan BL 7,210 mm.
Kesimpulan: Ukuran MD dan BL gigi kaninus rahang bawah dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin dan ras.

Background: In odontologic forensic identification, determining sex and race are important.
Objectives: To determine race and sex by using mesiodistal (MD) and buccolingual (BL) measurements of mandibular canines and to obtain their reference points.
Methods: Measured MD and BL mandibular canines measurements of Batak and Chinese in Indonesia, then calculated the reference points.
Results: There is significant difference of MD and BL measurements between sex (p<0,05). There is significant difference of MD measurement between races but there isn’t on BL measurement. To determine sex, reference point for MD measurement is 6,942 mm and BL is 7,527 mm. To determine race, reference point for men is 7,529 mm for MD and 7,845 mm for BL, for women is 6,643 mm for MD and 7,210 mm for BL.
Conclusions: Mesiodistal and buccolingual measurements can be used to determine sex and race in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariek Bramantyo Putro
"Sidik jari merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang unik, artinya mempunyai karakteristik tertentu yang dapat diberdakan. Pengenalan sidik jari (fingerprint recognition) menggunakan pola bukit (ridge) dan lembah (valley) pada sidik jari. Ada 2 struktur sidik jari yang dapat diambil untuk pengenalan, yaitu struktur lokal dan struktur global. Pada pengenalan sidik jari dengan menggunakan struktur global, perlu dicari letak titik referensi yang merupakan titik pusat (core point) dari pola sidik jari. Titik ini akan digunakan sebagai titik referensi untuk tahap pengolahan citra sidik jari berikutnya. Jika sistem melakukan kesalahan pendeteksian titik referensi tersebut, maka sistem pengenalan sidik jari akan gagal melakukan proses pencocokan (matching). Sistem pengenalan sidik jari berdasarkan struktur global menggunakan set filter Gabor untuk mengekstrak sidik jari dengan pola orientasi bukit tertentu. Sistem ini juga dikenal sebagai pengenalan sidik jari berbasiskan Filterbank. Hasil dari pemfilteran dengan filter Gabor dihitung rata-rata deviasi mutlaknya untuk mendapatkan feature yang dijadikan template. Pengujian dilakukan dengan menguji sidik jari yang berasal dari Unibo dan Neurotechnologija. Berdasarkan hasil pengujian, untuk database Unibo diperoleh FMR sebesar 2,143 %, 2,143 % dan 2,857 % serta FNMR sebesar 13,571 %, 11,428 % dan 7,857 %. Untuk database Neurotechnologija diperoleh FMR 0 %, 1,086 % dan 3,260 % serta FNMR sebesar 27,173 %, 16,204 % dan 13,043 %. Masing-masing berurutan untuk threshold sebesar 1000, 1100 dan 1200. Hasil sistem pengenalan sidik jari ini cukup memuaskan untuk dapat diaplikasikan pada sisem pengamanan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Ira Theresia
"Laporan BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan realisasi pencapaian AR belum optimal dimana jumlah tenaga kerja aktif membayar premi hanya 25% dari total jumlah angkatan kerja di Indonesia (BPJS Ketenagakerjaan, 2022). Kazmi dan Javaid (2020) menemukan terdapat hubungan positif antara dukungan atasan yang dirasakan terhadap peningkatan kinerja dimediasi oleh identifikasi organisasi. Untuk mengetahui pengaruh dukungan atasan yang dirasakan terhadap kinerja Account Representative (AR) BPJS Ketenagakerjaan, penelitian dibagi menjadi dua studi kuantitatif. Studi pertama melihat peran mediasi identifikasi organisasi terhadap hubungan dukungan atasan yang dirasakan dan kinerja Account Representative pada 160 partisipan dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data studi pertama menggunakan Uji Mediasi Hayes dan Uji Korelasi Pearson. Hasil penelitian studi pertama menemukan peran identifikasi organisasi terhadap dukungan atasan yang dirasakan dan kinerja memiliki pengaruh partial mediation. Hal tersebut menunjukkan dukungan atasan yang dirasakan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan meskipun tanpa mediasi identifikasi organisasi. Studi kedua dilakukan untuk melihat perubahan hubungan dukungan atasan yang dirasakan terhadap kinerja karyawan yang di mediasi oleh identifikasi organisasi dengan melakukan intervensi terhadap identifikasi organsiasi. Intervensi pendekatan identifikasi sosial digunakan untuk melihat pengaruh dukungan atasan yang dirasakan dalam meningkatkan kinerja Account Representative BPJS Ketenagakerjaan dengan melibatkan 21 partisipan. Hasil penelitian kedua menunjukkan terdapat perubahan pengetahuan pada evaluasi pembelajaran, reaksi, dan perilaku pada evaluasi intervensi. Namun hasil analisa Uji T-Test Berpasangan Wilcoxon terhadap evaluasi pembelajaran menunjukkan pendekatan identifikasi sosial tidak berdampak signifikan pada hubungan dukungan atasan yang dirasakan dan kinerja Account Representative sebelum dan sesudah intervensi.

The latest report from BPJS Ketenagakerjaan indicates that the performance of the Account Representative has not been ideal: only 25% of Indonesia's total workforce are actively paying their premiums (BPJS Ketenagakerjaan, 2022). Kazmi and Javaid (2020) discovered a positive correlation between perceived supervisor support and performance improvement, which was mediated by organizational identification. To investigate the impact of perceived supervisor support on the performance of Account Representatives (AR) at BPJS Ketenagakerjaan, the research was divided into two quantitative studies. The first study examined the mediating role of organizational identification in the relationship between perceived supervisor support and the performance of Account Representatives, involving 160 participants who completed a questionnaire. Data from the first study was processed using Jamovi with Hayes Mediation Test and Pearson Correlation Test. The finding revealed that organizational identification partially mediated the relationship between perceived supervisor support and performance, indicating that perceived supervisor support significantly influences employee performance, even in the absence of organizational identification mediation. The second study aimed to observe the change in the relationship between perceived supervisor support and employee performance, mediated by organizational identification, following an intervention targeting organizational identification. A social identification approach intervention was implemented to assess the impact of perceived supervisor support on enhancing the performance of Account Representatives at BPJS Ketenagakerjaan, involving 21 participants. The results of the second study indicated a shift in knowledge in learning assessment, reactions, and behavior in the intervention assessment. However, the paired Wilcoxon T-Test analysis of the learning assessment suggested that the social identification approach did not have a significant impact on the relationship between perceived supervisor support and the performance of Account Representatives before and after the intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Nurhadi
"Sistem bio-metrik merupakan sistem identifikasi identitas berbasis karakteristik biologis pada manusia seperti wajah, sidik jari, dan iris mata. Iris mata merupakan salah satu karakteristik yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi untuk identifikasi seseorang. Pengembangan sistem pengenalan iris mata dengan performa kecepatan dan akurasi yang baik masih terbilang sedikit. Perancangan sistem dengan metode Half Polar Iris Localization dan Normalization bertujuan untuk meningkatkan performa proses segmentasi iris mata. Akurasi dari fungsi lokalisasi dan normalisasi iris pada dataset CASIA-IrisV1 sebesar 95,68 dan performa pengenalan dengan nilai batas Hamming distance sebesar 0.42 memiliki tingkat penolakan sebesar 100 dan tingkat penerimaan sebesar 83,17.

Biometric systems is an identification for identity systems based on biological characteristics in humans such as face, fingerprint, dan iris. Iris is one characteristic that has high degree of reliability for the identification of a person. Development of open source iris recognition system with great accuracy and performance is still small. System design with Half Polar Iris Localization and Normalization method aims to increase performance of iris segmentation process. Accuracy of localization and normalization function with CASIA IrisV1 dataset is 95.68 and recognition performance with Hamming distance threshold value of 0.42 has 100 of rejection rate and 93.17 of acceptance rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toby Rufeo
"Skripsi ini membahas penggunaan arsitektur Long Short-Term Memory (LSTM) dalam merancang sebuah model identifikasi. Riset ini membahas pengaruh hyperparameter seperti jumlah hidden layer, jenis fungsi aktivasi, tipe optimizer, dan hyperparameter lainnya terhadap kinerja arsitektur neural network. Selebihnya, Skripsi ini juga membandingkan model Long Short Term Memory (LSTM) dengan arsitektur Convolutional Neural Network (CNN) dan Artificial Neural Network (ANN). Hasil dari penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa arsitektur Long Short Term Memory menunjukkan hasil yang optimal pada sistem yang time dependent dan dinamis.

This paper discusses the application of Long Short-Term Memory Networks in designing a identification model. Firstly, this paper discusses the effect of different hyperparameters such as but not limited to: number of hidden layers, type of activation function, type of optimizer used on the performance of the neural network. Furthermore, this paper also compares the performance and effectiveness of different neural networks such as Convolutional Neural Network (CNN) and Artificial Neural Network (ANN) to a LSTM model. The result of this research shows that a Long Short-Term Memory (LSTM) network performs optimally in systems that are time-dependent and dynamic.>i/>
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>