Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72330 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Wayan Sudiarta
"High return high risk. Investasi pada corporate bonds mengandung resiko (risky asset). Return berbanding lurus dengan resiko. Pemahaman yang baik terhadap resiko investasi merupakan salah satu langkah penting dalam mengantisipasi potensi kerugian yang dapat membahayakan niiai investasi dan kesejahteraan investor. Pada obligasi, resiko secara umum dicerminkan oleh peringkat obligasi. Peringkat yang makin tinggi menandakan kualitas obligasi yang semakin baik.
Resiko likuiditas adalah salah satunya. Frekuensi transaksi obligasi mencerminkan potensi resiko likuiditas yang ada, Frekuensi transaksi semakin sering, resiko likuiditas semakin kecil. Resiko tersebut penting baik bagi investor dengan orientasi investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Potensi resiko tersebut dapat dicermati melalui kualitas masing-masing obligasi. Melalui penelitian sederhana, dilakukan pengujian mengenai hubungan/korelasi antara kualitas obligasi dengan potensi resiko likuiditas dalam upaya mengetahui pengaruh perubahan kualitas obligasi terhadap perubahan likuiditas. Pengujian lain adalah menguji pengaruh kualits terhadap harga obligasi yang terjadi di pasar. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode statistik parametik (regresi). Hasil pengujian memberikan kesimpulan bahwa secara umum resiko likuiditas berbeda secara signifikan pada perbedaan tingkat kualitas obligasi. Semakin bagus kualitas/peringkat obigasi maka tingkat likuiditasnya makin baik yang berarti tingkat resiko likuiditas semakin rendah. Namun demikian perubahan kualitas peringkat yang tidak berlebihan (ertrent) tidak akan banyak berpengaruh pada tingkat likuiditas obligasi investor.
Melalui pengujian diketahui pula bahwa resiko mempengaruhi harga obligasi dengan sifat hubungan negatif. Pada bagian akhir, penulis juga menganalisis bahwa tingkat kestabilan resiko likuiditas obligasi yang dipegang investor mengikuti stabilitas peringkat menurut transition analysis dari Pefindo. Penelitian ini hanya memberikan gambaran awal adanya resiko likuiditas di pasar. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendalami potensi resiko tersebut.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T18482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rathmanty Merry Hartini
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis premi risiko likuiditas obligasi pemerintah Indonesia pada periode tahun 2005 hingga tahun 2019 dan faktor-faktor determinan yang memengaruhinya. Premi risiko likuiditas dihitung dari selisih antara yield to maturity dan theoretical yield serta rata-rata bid-ask spread dari obligasi tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan model Random Effect untuk menentukan faktor-faktor determinan dari premi risiko tersebut. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa premi risiko likuiditas obligasi pemerintah Indonesia relatif kecil dan dipengaruhi oleh karakteristik obligasi dan kondisi pasar keuangan Indonesia. Jumlah obligasi yang diterbitkan dan besar kupon berpengaruh signifikan negatif terhadap premi risiko obligasi, sedangkan sisa umur obligasi dan umur obligasi berpengaruh signifikan positif terhadap premi risiko obligasi. Obligasi sukuk memiliki premi risiko likuiditas yang lebih besar dibandingkan obligasi konvensional. Dalam keadaan krisis atau pada saat volatilitas pasar keuangan meningkat, premi risiko likuiditas meningkat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman tentang risiko likuiditas pada obligasi pemerintah Indonesia yang dapat bermanfaat bagi otoritas fiskal dan moneter dalam mengambil kebijakan dan bagi investor dalam mengambil keputusan investasi.

This paper aims to analyze the liquidity risk premium on the Indonesian government bonds. There are two liquidity risk premium proxies to be used, they are the difference between the yield to maturity and the theoretical yield of the obligation and the average bid-ask spread of the obligation. The research uses a regression analysis on the Random Effect panel data model to define the determinant factors of the liquidity risk premium. The result of this research shows that the liquidity risk premium of Indonesian government bonds is relatively small, affected by the bond's characteristics and the financial market condition. The determinant factors are bond's age, coupon rate, remaining life, issued amount, type (Sukuk or conventional), and the Indonesian stock market volatility. The researcher expects that the result of this research will enrich the understanding of the liquidity risk on Indonesian government bonds so that it can be used by the fiscal and monetary authorities and also investors in making decisions."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felita Irene Sumarli
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh volatilitas suku bunga dan likuiditas pada yield spread obligasi korporasi di Indonesia. Pengaruh yang diberikan oleh volatilitas suku bunga diharapkan berhubungan positif karena semakin tinggi volatilitas suku bunga maka volatilitas utang perusahaan juga semakin membesar sehingga perusahaan rentan terhadap risiko gagal bayar (default risk) oleh karena itu yield spread diekspektasikan akan membesar. Sedangkan pengaruh yang diberikan oleh likuiditas adalah negatif karena risiko investor yang memegang obligasi yang tidak likuid lebih besar dari obligasi yang likuid, sebagai kompensasinya yield obligasi illikuid akan lebih besar dan pada akhirnya yield spread juga semakin membesar. Dalam mengukur likuiditas, peneliti menggunakan pengukuran Amihud (2002) dan Corwin & Schultz (2012) sehingga model penelitian ini terbagi menjadi dua. Penelitian yang dilakukan terhadap 629 obligasi dengan periode 2012-2014 menggunakan Generalized Pooled Least Squared pada kedua model penelitian berhasil menunjukkan hasil yang konsisten dengan teori yang ada.

The main purpose in this research is to identify the impact of interest rate volatility and liquidity on corporate bond yield spread in Indonesia. The expected impact given by interest rate volatility is positive because greater interest rate volatility will likely to increase volatility of the firm’s debt making the firm more vulnerable to default risk. Thereby yield spread is expected to increase as the volatility of interest rate increases. On the other hand, liquidity is expected to have negative impact because the risk of holding illiquid bonds is greater than liquid one. To compensate the risk, investor ask for greater yield, thus the yield spread on illiquid bonds are greater. This research has two research models because the liquidity measurement used are Amihud (2002) and Corwin & Schultz (2012). By doing research on 629 bonds in 2012-2014 using Generalized Pooled Least Squares we come by the results are consistent to the theory."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Susanto
"Obligasi sudah menjadi salah satu pilihan investasi utama di pasar modal di Indonesia. Dalam dua tahun terakhir sampai dengan tahun 2005 penerbitan obligasi korporasi kembali marak setelah sempat terhambat perkembangannya oleh krisis ekonomi. Peningkatan investasi pada surat berharga obligasi mencerminkan perubahan preferensi atas tingkat risiko dan imbal hash (return) yang ingin dicapai investor. Investor dan para manajer investasi berupaya untuk memperbaiki kinerja investasi dengan mengoptimalkan return yang bisa diperoleh dengan suatu tingkat risiko yang terukur.
Kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh investor obligasi korporasi disebut credit premium dan besarannya disebut credit spread. Di pasar obligasi, credit spread biasanya dihitung melihat selisih antara yield obligasi korporasi dengan yield obligasi pemerintah yang berjangka waktu sama. Credit spread seringkali disamakan dengan default spread, yakni premium yang diberikan untuk mengkompensasi risiko default yang ditanggung oleh pemegang obligasi. Padahal, pada kenyataannya risiko default hanyalah salah satu risiko yang dihadapi oleh pemegang obligasi korporasi.
Tujuan penulisan karya akhir ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor pembentuk credit spread dan kemungkinan penggunaan pendekatan option untuk memprediksi kejadian default dan teori penentuan harga obligasi dalam rangka memahami pergerakan credit spread di pasar sekunder obligasi.
Pemodelan credit risk ini menggunakan data yield obligasi korporasi yang bertipe fixed dan tenmasuk ke dalam kategori non-callable bonds. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah hampir seluruh data perdagangan obligasi korporasi yang tercatat pada Bursa Efek Surabaya dalam kurun waktu 51 bulan dari bulan April 2002 sampai dengan Juli 2006. Selanjumya, data perdagangan yang digunakan di dalam tulisan ini dibatasi hanya obligasi korporasi dengan rating yang berada dalam golongan investment grade, artinya obligasi karporasi yang memiliki profil risiko yang layak untuk dijadikan investasi. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Bursa Efek Surabaya, sclama 51 bulan diperolch sebanyak 3.178 hari data transaksi obligasi yang diobscrvasi dengan rating BBB- sampai dengan AAA.
Penghitungan credit spread dilakukan setelah diperoleh data yield masing-masing obligasi dan tingkat bunga risk free yang memiliki jatuh tempo yang sama dengan obligasi yang akan dihitung credit spread-nya. Sedangkan penghitungan default spread menggunakan formula yang dikembangkan oleh Delianedis and Geske (1999), yang mengaplikasikan pendekatan option model Merton (1974) sebagai dasar teori. Setelah diperolch credit spread dan default spread langkah selanjutnya adalah menghitung residual spread dengan Sara menghitung selisih antara credit spread dengan default spread. sampai dengan tahap ini, penulis memperoleh data credit spread, default spread dan residual spread.
Regresi kemudian dilakukan alas residual spread dan variabel-variabel yang diduga merupakan penentu residual spread bertujuan menjelaskan faktor apa Baja yang membentuk credit spread obligasi korporasi, selain faktor default spread. Pada awalnya pemodelan dengan prosedur regresi mencoba memasukkan 18 variabel bebas yang terdiri dari faktor-faktor fitur obligasi korporasi dan variabel makroekonomi yang berpengaruh terhadap harga obligasi. Residual spread merupakan variabel tak bebas. Penulis perlu menekankan bahwa karya ilmiah ini tidak dimaksudkan untuk membuat model yang digunakan untuk memprediksi residual spread di masa datang, namun lebih dimaksudkan untuk mencari faktor-faktor yang menerangkan komponen -pembentuk credit spread.
Setelah melakukan tiga tahap regresi dan kemudian pengujian statistik atas hasil regresi, penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang menerangkan terjadinya perbedaan antara credit spread dan default spread di pasar obligasi Indonesia terbagi dalam dua kelompok variabel. Kelompok pertama adalah yang berkaitan dengan fitur obligasi itu sendiri yakni; rating obligasi, kupon dan jangka waktu jatuh tempo obligasi (term-tomaturity). Kelompok kedua berkaitan dengan variabeI-varibel makroekonomi yang mempengaruhi yield yang diinginkan investor obligasi (required yield) terdiri dari suku bunga SBI I bulan, inflasi, volume perdagangan pasar obligasi dan return pasar saham.
Dari tujuh variabeI di atas, SBI, inflasi dan rating obligasi merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi pergerakan credit spread. Variabel kupon juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan kepada credit spread. Sedangkan volume perdagangan pasar obligasi, term-to-maturity dan return pasar saham memiliki pengaruh kecil kepada pembentukan credit spread."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nastiti Danarsari
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis selisih imbal hasil antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah pada kategori peringkat dan sisa waktu jatuh tempo (time to maturity) yang berbeda-beda. Tahapan-tahapannya adalah, pertama, menghitung rata-rata selisih imbal hasil aktual antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah. Kedua., membuat estimasi selisih imbal hasil yang dihitung dengan memasukkan faktor ekspektasi gagal bayar. Ketiga, membandingkan antara selisih imbal hasil aktual dan selisih imbal hasil estimasi dan menghitung selisihnya. Keempat, menyelidiki apakah selisih imbal hasil yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor ekspektasi gagal bayar tersebut memiliki sensitivitas lerhadap faktor-faktor yang mempengaruhi premi risiko pada pasar saham dengan menggunakan regresi berganda pada data time series. Temuan pada selisih imbal hasil aktual adalah bahwa peringkat yang terbaik tidak selalu memiliki selisih imbal hasil yang lerkecil, sementara pada estimasi selisih imbal hasil menunjukkan hal yang konsisten, yaitu peringkat lerbaik memiliki estimasi selisih imbal hasil yang terkecil dan peringkat terburuk memiliki eslimasi selisih imbal hasil terbesar. Estimasi selisih imbal hasil memiliki kontribusi sekitar 7%-66% dari selisih imbal hasil aktual. Pada tingkat keyakinan 95%, sebagian besar hasil regresi tidak secara signifikan membuktikan bahwa selisih imbal hasil yang tidak dapat dijelaskan oleh fakotr ekspektasi kerugian akibat gagal bayar akan memiliki sensitivitas terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi premi risiko pada saham. Lebih lanjut, faktor-faktor yang mempengaruhi premi risiko pada pasar saham hanya mampu menjelaskan 0.7%-21% dari sisa selisih imbal hasil yang tidak terjelaskan oleh faktor ekspektasi kerugian terhadap gagal bayar. Dengan demikian, faktor ekspektasi kerugian akibat gagal bayar memiliki kontribusi yang lebh besar dibandingkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi premi risiko dalam selisih imbal hasil antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah. Dan yang terakhir, terlepas bahwa sebagian hasil regresi tidak signifikan, ditemukan bahwa kategori peringkat yang terbaik ternyata tidak memiliki premi risiko terendah.

The purpose of this article is to explain the spread between yield on corporate and govemment bonds over different rating class and time to maturity. First to be determined is the actual yield spread, and then the estimated yield spread considering expected default loss. We make comparison between actual spread and estimated spread and examine whether the difference is related to factors that we commonly accept as explaining risk premium for common stocks. On actual spread calculation we find that the higher-rated bonds do not consistently have lower yield spread. However, estimated spread calculation showed the consistent result, which are the higher-rated bonds always have lower yield spread, and lower-rated bonds have higher yield. We show that expected defaults account for 7% - 66% of the total actual spread. Most of our time series regression result can not significantly prove that the remaining part of the yield spread is related to factors that explaining risk premium for common stock. Risk premium factors for common stock only accounts for 0.7% - 21% of total unexplained spread. This result implies that expected default loss accotmts for bigger part on the yield spread than risk premium factors do. And fmally, regardless the insignificances on the regression result, this paper show that the higher-rated bonds do not consistently have smaller risk premium."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T15799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Astuti
"Penelitian ini disusun untuk menguji crdit spread obligasi korporasi di Indonesia. Credit spread didefinisikan sebagai perbedaan antara yield obligasi korporasi dan yield obligasi pemerintah dengan umur yang sama. Berdasarkan structural model, beberapa variabel firm-specific dan makroekonomi diduga emmiliki pengaruh terhadap credit spread. Dengan menggunakan 21 obligasi korporasi, penelitian ini menemukan bahwa risk free rate merupakan satu-satunya obligasi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap credit spread untuk seluruh model yang dikombinasi. Sedangkan cash holding, leverage, market return, maturity, treasury slope dan volatility index, yang dianggap mempengaruhi credit spread pada penelitian sebelumnya, ditemukan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap credit spread.

This study is constructed to examine credit spread of corporate bonds in Indonesia. Credit spread is defined as the difference between the yield of corporate bond and the yield of the Treasury curve at the same maturity. Based on structural model, some firm-specific and macroeconomics variables are predicted to have effect to credit spread. Using 21 corporate bonds, this study finds that risk free rate is the only variabel that have significant effect to credit spread for all combinated model. While cash holding, leverage, market return, maturity, treasury slope and volatility index, that is considered effecting credit spread in previous study, is found having no significant effect to credit spread.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Astuti
"Penelitian ini disusun untuk menguji crdit spread obligasi korporasi di Indonesia. Credit spread didefinisikan sebagai perbedaan antara yield obligasi korporasi dan yield obligasi pemerintah dengan umur yang sama. Berdasarkan structural model, beberapa variabel firm-specific dan makroekonomi diduga emmiliki pengaruh terhadap credit spread. Dengan menggunakan 21 obligasi korporasi, penelitian ini menemukan bahwa risk free rate merupakan satu-satunya obligasi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap credit spread untuk seluruh model yang dikombinasi. Sedangkan cash holding, leverage, market return, maturity, treasury slope dan volatility index, yang dianggap mempengaruhi credit spread pada penelitian sebelumnya, ditemukan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap credit spread.

This study is constructed to examine credit spread of corporate bonds in Indonesia. Credit spread is defined as the difference between the yield of corporate bond and the yield of the Treasury curve at the same maturity. Based on structural model, some firm-specific and macroeconomics variables are predicted to have effect to credit spread. Using 21 corporate bonds, this study finds that risk free rate is the only variabel that have significant effect to credit spread for all combinated model. While cash holding, leverage, market return, maturity, treasury slope and volatility index, that is considered
effecting credit spread in previous study, is found having no significant effect to credit spread.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S58396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulystari
"Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat apakah saham -saham yang dikategorikan sebagai saham value dapat memberikan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan dengan saham – saham yang dikategorikan sebagai saham growth, atau dikenal dengan istilah value premium. Peneliti melakukan penelitian di pasar modal Indonesia dengan jangka waktu pengamatan selama sepuluh tahun dari tahun 2002 hingga 2012, dengan periode evaluasi per kuartal. Peneliti menggunakan P/E dan P/BV sebagai dasar untuk membedakan antara saham value dengan saham growth. Kelompok saham value maupun saham growth juga akan dibagi lagi berdasarkan kapitalisasi pasarnya menjadi dua bagian, kapitalisasi pasar besar dan kapitalisasi pasar kecil dan menengah, dengan cara membagi dua sama besar seluruh saham di pasar berdasarkan urutan kapitalisasi pasarnya. Selanjutnya dilakukan penghitungan imbal hasil masing – masing kelompok yang telah ditentukan, untuk kemudian dianalisa hasilnya. Hasilnya melalui penelitian ini Peneliti juga mendapatkan kesimpulan bahwa value premium juga terjadi di pasar modal Indonesia, dan berlangsung sejak kuartal 1 tahun 2002 hingga waktu terakhir dari penelitian ini kuartal akhir 2012.

There have been many studies around the world to discovery whether value stocks could gives a return that beat growth stocks return, or known as value premium. Reseacher make a research about Indonesia Capital Market during ten years period of observation from 2002 until 2012, which evaluated quarterly. Researcher using P/E and P/BV to difference the group of value stocks and growth stocks. Moreover that group will also divided into two group based on its market capitalization, big market capitalization and middle and small market capitalization, by divided the whole market into two groups based on its market capitalization. After that, researcher count the return from each group made, then analysis the result. From this research, the researcher found that value premium also happen in Indonesia capital market, and happens since first quarter 2002 until end of time of this research at last quarter 2012.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarbini
"ABSTRAK
Tesis ini membahas analisis risiko sistematis obligasi PLN periode 2004-2008. Analisis dilakukan dua tahap regresi. Pertama: estimasi hubungan imbal basil antara obligasi korporasi PLN dengan imbal basil indeks pasar obligasi korporasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan pendekatan model faktor "single factor market model ". Kedua, analisis korelasi beta koofisien dengan variabel-variabel term to maturity, coupon rate, bond rating, dan yield spread pada obligasi PLN, diharapkan dapat menjelaskan risiko sistematis obligasi PLN. Indikasi regresi faktor model: sensitivitas imbal basil obligasi PLN terhadap imbal basil indeks pasar obligasi Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagian besar sangat rendah, dan besaran risiko sistematis yang melekat pada obligasi PLN <25%, ini berhubungan dengan pergerakan beta koofisien PLN sebagian besar <1.0 (beta pasar). Variabelvariabel bebas PLN tersebut berkorelasi dengan beta koofisien PLN, dibuktikan dengan nilai signifikasi alpha <20%, sehingga variabel-variabel tersebut dapat menjelaskan risiko sistematis obligasi PLN, yang merupakan bagian dari faktor makro (sistematis) yang dapat mempengaruhi sensitivitas imbal basil obligasi korporasi PLN terhadap imbal basil indeks pasar Bursa Efek Indonesia (BEI), sesuai hipotesis (Weinstein, 1981). ;In this study, we examine the systematic risk of PLN bonds in during 2004- 2008. There are two steps regressions.

ABSTRACT
In this study, we examine the systematic risk of PLN bonds in during 2004- 2008. There are two steps regressions: firstly, we estimate the return relationship between the PLN bonds return on the corporate bond market index of the Indonesia Stock Exchange (IDX), using factor model approach "single-factor market model". Next, we regress the correlations between the cooficient betas with term to maturity, coupon rate, bond rating, dan yield spread variables in PLN bonds, and is expected to explain the systematic risk of PLN bonds. Indications of the model factor regression: the sensitivity of PLN bond return with the corporate bond market index of the Indonesia Stock Exchange (IDX) is mostly very low, and the amount of systematic risk in PLN bonds is <25%, that is related with the PLN cooficient betas movement, is mostly <1.0 (market beta). The PLN Independent variables are correlated with PLN koofisien beta, is evidenced by an alpha significance in p-value <20%, so these variables have power in explaining of the systematic risk in PLN bond, which is part of the macro factors (systematic) which can be affect in the sensitivity of PLN bonds return with the corporate bond market index of the Indonesia Stock Exchange (IDX), according to the hypothesis (Weinstein, 1981).
"
2009
T27263
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hedya Zuraida, Author
"Pasar obligasi Indonesia bergairah ditandai dengan perkembangan instrumen investasi obligasi pemerintah akhir-akhir ini. Hal ini ditandai dengan terus meningkatnya penerbitan obligasi oleh pemerintah serta meningkatnya nilai obligasi pemerintah yang diperdagangkan. Sehingga tidak mengherankan saat ini obligasi pemerintah dijadikan salah satu alternatif investasi bagi investor terutama investor institusi. Besarnya kelebihan permintaan (oversubcription) pada setiap lelang obligasi pemerintah menjadi bukti banyaknya peminat obligasi pemerintah.
Lain halnya dengan pasar obligasi korporasi, tahun 2004 kemarin pasar obligasi korporasi cenderung mengalami penurunan dibanding tahun 2003, terlihat dari sampai dengan bulan Agustus, issuer obligasi baru sekitar 24 emiten dengan nilai emisi sebesar Rp. 10,4 triliun. Padahal, tahun lalu jumlah emiten yang menerbitkan obligasi sebanyak 54 perusahaan dengan nilai emisi mencapai Rp. 25 triliun. Walaupun demikian, dari sisi permintaan kebutuhan obligasi akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan yang cepat dari reksadana, dana pensiun serta asuransi Pada penelitian ini perhitungan diawali dengan menghitung return masing-masing jenis obligasi baik obligasi korporasi maupun obligasi negara yang beredar di tahun 2004 sampai dengan tahun 2005, selanjutnya melalui metode statistik dengan memanfaatkan bantuan software solver diperoleh berbagai kombinasi portfolio yangefisien yang membentuk efficient frontier sebagai alternatif untuk memilih portofolio yang optimal.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa secara individual, proporsi investasi pada obligasi korporasi adalah terdiri dari 8 obligasi sebagai berikut: Adira Dinamika sebesar 1,16%; Excelcom I sebesar 49,55%; Jasa Marga X sebesar 13,13%; Matahari Putra Prima sebesar 16,23%; Perum Pegadaian IX sebesar 7,88%, Perum Pegadaian X sebesar 5,37%, Telkom I sebesar 1,73% dan lndosiar I sebesar 4,95%. Return dan deviasi standar yang dihasilkan adalah 1,55% dan 0,55185%.
Dan untuk obligasi pemerintah terdiri dari 6 obligasi sebagai berikut: FR0013 sebesar 27,5%; FR0015 sebesar 9,53%; FR0018 sebesar 26,05%; FR0020 sebesar 13,2%; VR0014 sebesar 21,52% dan VR0015 sebesar 2,2%. Return dan deviasi standar yang dihasilkan adalah 1,2% dan 1,1232%.
Sedangkan proporsi portfolio optimal investasi gabungan antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah adalah terdiri dari 61,46% pada obligasi korporasi dan 38,54% pada obligasi negara dengan return 1,415% dan 0,772%. Adapun rincian investasi portfolio optimal tersebut adalah obligasi Adira Dinamika sebesar 0, 71 %; Excelcom I sebesar 30,45%; Jasa Marga X sebesar 8,07%; Matahari Putra Prima sebesar 9,98%; Perum Pegadaian IX sebesar 4,84%, Perum Pegadaian X sebesar 3,3%, Telkom I sebesar 1,06%, Indosiar I sebesar 3,04%, FR0013 sebesar 10,6%, FR0015 sebesar 3,67%, FR0018 sebesar 10,04%, FR0020 sebesar 5,09%, VR0014 sebesar 8,29% dan VR0015 sebesar 0,85%.
Kombinasi portfolio optimal yang dihasilkan dari analisis ini hendaknya dapat digunakan investor sebagai salah satu masukan dalam proses pengambilan keputusan dalam berinvestasi pada portfolio obligasi sehingga portfolio investasi bisa memberikan return yang seoptimal mungkin dan realistis. Walaupun tidak pemah menjadi jaminan obligasi yang memiliki kineija baik di masa lalu akan memberikan hasil yang sama dimasa depan, tetapi paling tidak konsistensi jangka panjang atas kinerja masa lalu merupakan salahsatu petunjuk atas instrumen investasi tersebut di masa depan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>