Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205171 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Santoso
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan msyarakat yang serius bagi umat manusia di dunia. Saat ini diperkirakan 2,5 milyar manusia hidup di wilayah-wilayah endemis malaria dengan ± 300 juta kasus dan -+ 1juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit malaria. Di Indonesia pada periode tahun 2001-2004 mengalami penurunan Annual paracite incidence (API) di Jawa-Bali tahun 2001 (0,62%o), 2002 (0,47%0), 2003 (0,22%o) dan 2004 (0,15%0). Demikian pula annual malaria incidence (AMI) di War Jawa-Bali tahun 2001 (26,20%0), 2002 (22,30%0), 2003 (21,80960) dan 2004 (21,20%o), tetapi penyakit malaria masih menimbulkan KLB pada tahun 2004, di 5 propinsi pada 6 kabupaten dengan 1.959 penderita dan 33 penderita meninggal dunia_
Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antara faktor pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan dengan kejadian malaria dalam upaya mengidentifikasi karakteristik populasi lokal spesifik.
Desain penelitian adalah studi korelasi populasi, menggunakan data sekunder dari Depkes RI dan BPS Pusat. Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian 108 namun dalam analisisnya menggunakan keseluruhan sampel yang berhasil dikumpulkan sebanyak 46. Kasus adalah kelompok penderita dengan gejala klinis malaria yang sudah didiagnosis oleh petugas kesehatan, tinggal di propinsi Indonesia dan tercatat di Sub Direktorat Malaria Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000-2004. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juni 2006. Variabel penelitian adalah faktor pelayanan kesehatan (puskesmas), perilaku (kualitas sumber daya manusia) dan lingkungan (lingkungan sosial ekonomi, lingkungan tingkat rural, lingkungan sosial demografi dan lingkungan fisik) yang berhubungan dengan terjadinya efek yang diteliti (kejadian malaria di propinsi Indonesia tahun 2000-2004).
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan sedang antara variabel puskesmas (1=0,335), sumber daya manusia (1=0,299), pemerataan (r=0,504), aspek lingkungan desa (r=-0,448), aspek pejamu desa (1=-0,493), kepadatan penduduk (1=-0,440) dan potensi perindukan nyamuk (r=-0,326) dengan kejadian malaria di Indonesia tahun 2000 sampai dengan 2004. Variabel yang paling besar berhubungan dengan kejadian malaria di Indonesia tahun 2000-2004 adalah variabel proporsi aspek lingkungan desa dengan model persamaan proporsi kejadian malaria = 2,316 + 0,628 (proporsi puskesmas) + 0,396 (proporsi sumber daya manusia) + 0,037 (proporsi pemerataan ) - 0,335 (proporsi aspek lingkungan desa) - 1,074 (proporsi potensi perindukan nyamuk). Dengan setiap puskesmas memiliki program P2 malaria yang secara aktif menjalankan tugasnya dalam penemuan kasus, pemberantasan, pencegahan dan penyuluhan malaria maka peningkatan faktor pelayanan kesehatan (variabel proporsi puskesmas) akan diikuti dengan penurunan proporsi kejadian malaria.

Malaria is still a serious health problem at society for human being in the world, because of a highest prevalence especially in development countries. Today it is estimated almost 2,5 billions people live at malaria endemic by 300 millions cases and 1 million people died because of malaria disease every year. It decreased in Indonesia at period of 2001-2004, Annual Paracite Incidence in Java - Bali in 2001 (0,62 0/00), in 2002 (0,47 °/oo), in 2003 (0,22 °/oo), and in 2004 (0,15 °/00). Furthermore, Annual Malaria Incident in Java-Bali in 2001, (26,20 0/oo, in 2002 (22,30 °/oo), in 2003 (21,80 °/oo), and in 2004 (21,20 0100). Malaria disease is still an extraordinary occurrence in 2004, 5 provinces, 6 sub-provinces, by 1.959 patients and 33 of them died.
This research purpose is to know a relation between health services, behavior and environment factor with malaria occurrence in the effort of identifying a local population characteristic specifically.
Research used a correlated population design with secondary data from Indonesia Ministry of Health and Indonesia Statistic Bureau. This research conducted to 108 samples but its analysis used all of samples which were success collected by 46 samples. Cases were patient groups with clinic symptom of malaria which have been diagnosed by a health worker, living in province of Indonesia and noted in Sub Directorate of Malaria, General Directorate of Infectious Disease Prevention and Environment Health, Indonesia Ministry of Health in 2000-2004. Data collecting was conducted on June 2006. Research variables are health service (primary health care), behavior (human resources quality) and environment (social economic, rural level, social demography and physic environment) related to the assessed effect (malaria occurrence in province of Indonesia, 2000-2004).
Research result indicated that there was a medium relationship between primary health care (r=,335), human resources (r3,299), equity (r=0,504), district environment aspect (r),448), district host aspect (r),493), high population (r.1,440) and mosquito breeding places potency (r 0,326) variables with malaria occurrence in Indonesia, 2000-2004. The biggest variable related to malaria occurrence in Indonesia, 2000-2004 was proportion variable of district environment aspect with equity model of malaria occurrence proportion = 2,316 + 0,628 (proportion of primary health care) + 0,396 (proportion of human resources) + 0,037 (proportion of equity) - 0,335 (proportion of district environment aspect) -- 1,074 (proportion of mosquito breeding places potency). Each primary health care has a malaria eradication program which running their job actively on cases invention, eradication, prevention and counseling of malaria. Therefore, improvement of health service factor (proportion variable of primary health care) followed by proportion degradation of malaria occurrence.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kawatu, Yozua Toar
"Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan re-emerging. Di Wilayah South East Asian Region (SEARO) yang Indonesia menjadi salah satu negara anggotanya, malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Data Kasus Baru malaria tahun 2009/2010 di seluruh Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah 22,9 per mil, sedangkan di Provinsi Sulawesi Utara (61,7?).
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik individu, faktor lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria klinis di Provinsi Sulawesi Utara 2010. Penelitian dengan studi kuantitatif melibatkan 2272 subyek penelitian yang diperoleh data dari Riskesdas 2010, dengan jumlah kejadian malaria klinis sebanyak 408 subyek. Dari 20 variabel yang dianalisis multivariat di Provinsi Sulawesi Utara didapatkan ada 6 variabel yang berhubungan secara signifikan yaitu : pendidikan : OR = 2,04 (95% CI : 1,59 ? 2,62) dengan p value = 0,000, rawa-rawa : OR = 1,57 (95% CI : 1,10 ? 2,25), dengan p value = 0,014, pantai : OR= 0,49 (95% CI : 0,31 ? 078) dengan p value = 0,003, perkebunan : OR = 1,58 (95% CI : 1,25 ? 2,00) dengan p value = 0,000, tidur menggunakan kelambu : OR = 0,59 (95% CI : 0,41 ? 0,85) dengan p value = 0,005 dan memakai obat nyamuk bakar/elektrik : OR = 0,59 (95% CI : 0,45 - 0,78) dengan p value = 0,000.
Analisis juga dilakukan pada 8 Kabupaten dan 4 Kota di provinsi Sulawesi Utara dan hasilnya ada 4 Kabupaten dan 2 Kota yang sebagian variabel mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian malaria klinis yaitu : Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kota Manado, Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Utara.
Disarankan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar rawa-rawa, pantai dan perkebunan hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan serta memakai obat nyamuk bakar/elektrik. Untuk Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara pelaksanakan program "Gebrak Malaria" hendaknya lebih diintensifkan dan melibatkan seluruh lapisan masyarat. Untuk peneliti lain supaya dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang Malaria atau Malaria Klinis di daerah endemis malaria di Provinsi lain dengan menggunakan data hasil Riskesdas 2010 atau data terbaru di wilayah tersebut.

Malaria is a global health problem, including Indonesia, because it resulted in a broad impact and may appear and re-emerging diseases. Regional Southeast Asia Region (SEARO) and Indonesia became one of its member countries, malaria is a major public health problem. The new malaria cases in 2009/2010 Data for Health Research in Indonesia based on the Basic (Riskesdas) 2010 is 22.9 per mile, whereas in the Province of North Sulawesi (61.7 ?).
This study uses cross sectional design which aims to obtain a picture of individual characteristics, environmental factors and behaviors associated with the incidence of clinical malaria in North Sulawesi province in 2010. Research with quantitative studies involving 2272 subjects who obtained the data from Riskesdas 2010, with the incidence of clinical malaria as much as 408 subjects. Of the 20 variables in the multivariate analysis of the North Sulawesi province to find there are six significant variables related to: Education: OR = 2.04 (95% CI: 1.59 to 2.62) with p-value = 0.000, bog: OR = 1, 57 (95% CI: 1.10 to 2.25), with a p-value = 0.014, coast: OR = 0.49 (95% CI: 0.31 to 078) with a p-value = 0.003, plantations: OR = 1 , 58 (95% CI: 1.25 to 2.00) with p-value = 0.000, using mosquito nets to sleep: OR = (95% CI: 0.41 to 0.85) 0.59 with a p-value = 0.005 and use mosquito repellent/electric: OR = 0.59 (95% CI: 0.45 to 0.78) with p-value = 0.000.
The analysis was also conducted in eight counties and four cities in the province of North Sulawesi and the results there are four counties and two cities that some variables have a significant relationship with the incidence of clinical malaria namely: Talaud Islands, Minahasa, Sangihe Regency, Manado, Minahasa regency Tomohon and north.
It is recommended for people who live in the vicinity, the coast marshes and plantations should always keep the environment clean and using mosquito repellent / electric. For the North Sulawesi Provincial Health Office, the implementation of "Gebrak Malaria" program should be improved and involve all layers masyarat. For other researchers to conduct more in-depth research on Malaria, Clinical malaria or malaria in endemic areas in other provinces using data from Riskesdas 2010 or latest data in the region.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31524
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wahyuni
"Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% kabupaten endemis dimana sekitar 45% penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Pada tahun 2020 terdapat 515 kasus malaria di Kabupaten Batu Bara, dan pada tahun 2021 meningkat menjadi 952 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian malaria di Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol dimana seluruh responden berusia 12 tahun ke atasdimana kasus adalah pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala demam dengan hasil pemeriksaan positif dan kontrol adalah mereka yang memiliki gejala demam dengan hasil pemeriksaan negatif malaria. Dari hasil analisis multivariat dengan melibatkan semua faktor risiko secara bersamaan, terlihat variabel yang mempengaruhi kejadian malaria secara signifikan adalah faktor usia dan keberadaan kandang ternak. Berdasarkan kategori usia, maka terlihat responden berusia 12-17 tahun terukur memiliki risiko tertular malaria tertinggi (AOR= 3,85; 1,40 – 10,59) dibandingkan kelompok usia 18- 40 tahun (AOR= 1,79; 0,70 – 4,58). Responden yang menyatakan terdapat kandang ternak besar di sekitar tempat tinggal lebih berisiko 3 kali tertular malaria dibandingkan dengan responden yang tidak berdekatan dengan kandang ternak.

Malaria is still one of the leading public-health problems that can cause death primarily in high-risk groups, namely, infants, toddlers, and expectant mothers. In addition, malaria directly causes anemia and can lower labor productivity. In 2010, in Indonesia, 65% of endemic districts were at risk of contracting malaria. By 2020 there are 515 cases of malaria in Batu Bara, and by 2021 rising to 952. The purpose of this study is to know the risk factors in the incidence of malaria in the Batu Bara. It uses a case-control design. The responders are 12 years of age and above where the cases are those who visit the health center with fever symptoms and positive malaria and controls are those with symptoms of a fever with a malaria negative. From multivariat analysis involving all risk factors simultaneously, there is a significant variable affecting the incidence of malaria that is both the age and the existence of a cattle cage. According to the age category, it shows 12-17 year old respondents with the highest risk of contracting malaria (AOR = 3.85; 1.40-10.59) by those ages 18-40 (AOR= 1.79; 070- 4.58). Those who claim that there is a corral in the neighborhood, having a three times greater risk of contracting malaria than those who not."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hidayat
"Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah penting di Indonesia, terutama dalam mencapai tujuan Indonesia Bebas Malaria tahun 2030 melalui program gerakan berantas kembali malaria. Prevalensi malaria di Indonesia masih cukup tinggi, 2,9% dari total penduduk Indonesia. Sedangkan di Provinsi Kepulauan Riau, prevalensinya 1,4% dan di Kota Batam 1,1%. Adanya tempat perindukan berupa kubangan air bekas galian pasir, danau, selokan yang tidak mengalir, kolam yang tidak terawat, yang banyak terdapat di Batam merupakan pendukung terjadinya malaria. Kebiasaan penduduk beraktifitas di luar rumah pada malam hari dan proteksi diri dengan penggunaan kelambu tutur mempengaruhi angka kejadian malaria di Kota Batam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktifitas keluar rumah pada waktu malam hari terhadap kejadian malaria dan hubungan penggunaan kelambu terhadap kejadian malaria yang terjadi di Kecamatan Nongsa dan Galang Kota Batam beserta dampak yang ditimbulkannya di masyarakat. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol, dimana kasus merupakan penderita malaria yang didapati pada saat dilakukan survey darah massal, dan kontrol diambil dari kegiatan yang sama. Data faktor resiko menggunakan data primer yang didapat dari hasil wawancara terhadap responden kasus dan kontrol.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang beraktifitas keluar rumah pada waktu malam hari beresiko menderita malaria sebesar 2,6 kali (ORcrude = 1,623; ORadjusted = 2,578) dibanding responden yang tidak beraktifitas keluar rumah pada waktu malam hari setelah dikontrol oleh variabel umur, jenis kelamin, penggunaan kelambu dan penggunaan obat anti nyamuk. Dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas keluar rumah pada malam hari di populasi sebesar 29%. Sedangkan responden yang tidak menggunakan kelambu pada waktu tidur malam beresiko menderita malaria sebesar 2,3 kali dibanding yang menggunakan kelambu (ORcrude = 1,629; ORadjusted = 2,313) setelah dikontrol oleh variabel lama bermukim, aktifitas keluar rumah pada malam hari dan penggunaan obat anti nyamuk. Dampak yang ditimbulkan di populasi sebesar 47%. Untuk menurunkan angka kejadian malaria, perlu dilakukan upaya peningkatan cakupan penggunaan kelambu dengan pembagian kelambu berinsektisida, penyuluhan tentang penggunaan baju lengan panjang dan obat anti nyamuk oles pada saat beraktifitas di luar rumah.

Malaria is an infectious disease remains a significant problem in Indonesia, particularly in achieving the objectives Indonesia in 2030 through the Malaria Free movement with roll back malaria program. Prevalence of malaria in Indonesia is still quite high, 2.9% of the total population of Indonesia. While in the Riau Islands Province, prevalence 1.4% and 1.1% in Batam. The pit brood form puddles former sand quarry, lake, ditch that does not flow, untreated pond, which is widely available in Batam is a supporter of the occurrence of malaria. Habits of the population activity outside the home at night and protect themselves by using mosquito nets recalled affect the incidence of malaria in Batam.
This study aims to determine the relationship outdoor activities at night on the incidence of malaria and related use of bed nets against malaria incident that occurred in District Nongsa and Galang, Batam City and its impact on population. This study uses a case control design, in which case the malaria patients who were found during a mass blood survey, and controls were taken from the same activity. Risk factor data using primary data obtained from interviews of case and control respondents.
The result showed that respondents who indulge outdoor activities at night at risk of suffering from malaria by 2.6 times (ORcrude = 1.623; ORadjusted = 2.578) than respondents who do not indulge outdoor activities at night after being controlled by the variables of age, gender, use of mosquito nets and the use of anti mosquito. The impact caused by outdoor activities at night in a population of 29%. While respondents who did not use mosquito nets when sleeping the night at risk of suffering from malaria by 2.3 times compared to that using bed nets (ORcrude = 1.629; ORadjusted = 2.313) after being controlled by a variable long settled, outdoor activities at night and the use of anti mosquito. Impacts on the population of 47%. To reduce the incidence of malaria, need to be done to increase the scope of the use of mosquito nets with the distribution of insecticide treated bed nets, education about the use of long sleeves and anti mosquito topical at the time of their activities outdoors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28941
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Yuwarni
"Penelitian menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 untuk mengetahui hubungan karakteristik individu, lingkungan fisik dan perilaku pencegahan dengan kejadian malaria di daerah endemis malaria di wilayah Indonesia Bagian Timur. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan besar sampel sebanyak 23.451 orang..Hubungan ditentukan dengan analisis multiple logistic regression.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi kejadian malaria sebesar 11,7% (95% CI: 10,6-12,8), masyarakat di Papua berisiko mengalami kejadian malaria 4,21 kali (OR=4,21; 95%CI=3,47 ? 5,11), responden yang bertempat tinggal dekat peternakan hewan besar mempunyai risiko 1,87 kali lebih tinggi (OR=1,87; 95% CI=1,46 ? 2,40), laki-laki berisiko 1,22 kali (OR=1,22; 95%CI=1,10-1,36) dan tidur tidak menggunakan kelambu berisiko lebih kecil terhadap kejadian malaria ((OR = 0,71; 95%CI=0,60 ? 0,85). Perlu dilakukan pengendalian lingkungan.

A further analysis of Primary Health Research 2010. The objective was to know the correlation between malaria with Characteristics, Environment and Behaviour in Malaria-Endemic Areas in Eastern Indonesia Region. This study was a crosssectional study with 23, 451 responden as sample. Correlation was determined using multiple logistic regression.
The result of this study showed the proportion of malaria was 11.7% (95% CI: 10.6 - 12.8), variables was significantly associated with malaria were people who lived in Papua [OR = 4, 21; 95% CI= 3.48 - 5.11], close to large animal farms [OR = 1.87; 95% CI= 1.46 -2.40], male [OR = 1.22 ; 95% CI 1.10 - 1.36] and sleep without mosquito nets [OR = 0.71; 95% CI =0.60 -0,85]. Necessary to control the environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Malonda Maksud
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik individu, perilaku, kondisi rumah dan lingkungan dengan kejadian malaria di Provinsi Sulawesi Tengah. Data diperoleh dari riset kesehatan dasar tahun 2010 dengan sampel sebanyak 3116 orang. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi malaria sebesar 4.4%. Analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah umur (p=0,009), plafon (p=0,008), perindukan nyamuk (p=0,004) dan keberadaan ternak (p=0,040)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurasni
"Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang endemis tinggi di Provinsi Lampung. Puskesmas Hanura merupakan wilayah dengan endemisitas yang tinggi dimana API 43,9?. Tujuan penelitian Mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Lempasing puskesmas Hanura. Desain penelitian cross sectional dengan data primer, jumlah sampel 211, dilakukan uji chi-square. Data tentang sosio-demografi, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lingkungan dikumpulkan dengan wawancara dan observasi melalui pengisian kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah pendidikan (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), dan penggunaan kelambu (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria.

Malaria one of communicable disease still remains public health problem in Indonesia even in the world. Pesawaran District is one high malaria endemic district in Lampung Province. Hanura Health Centre is a high malaria endemic area which its API 43,9?. This study aims to analyze Factors associated with the occurence of malaria in Hanura Health Centre. The design study is cross sectional study, using primary data, the overall samples are 211, chi-square test was done. Data of Socio-demografy, knowledge, attitude, and behavior collected through interview and observation using questionaires. The results showed that two were three variables significantly associated with malaria incidence; education (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), and using of bednets (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Concluded that significantly assosiated between education and using bednets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fardiani
"Kecamatan Nongsa merupakan daerah High Case Incidence (API > 5 %o ) untuk penyakit malaria dan di kecamatan ini terjadi perubahan lingkungan sebagai akibat penambangan pasir yang menimbulkan lubang-lubang bekas galian pasir yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk penyebar malaria di sekitar pemukiman penduduk. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Nongsa Kota Batam.
Disain yang digunakan adalah studi observasional kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 107 kasus dan 107 kontrol dan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dan observasi di lapangan.
Faktor lingkungan yang diteliti adalah faktor lingkungan fisik yaitu tempat perindukan nyamuk dengan variabel lubang galian pasir, rawa-rawa dan faktor sosio budaya dengan variabel pekerjaan/aktivitas pendidikan, status sosio ekonomi dan lama tinggal.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara lubang galian pasir yang berjarak kurang atau sama dengan 2 km dari pemukiman penduduk dengan kejadian 'malaria dengan p 'value 0,000 dan OR 3,184 (1,798-5,637), ada hubungan rawa-rawa dengan jarak yang sama dengan kejadian malaria dengan p value 0,001 dan OR 3,24 (1,650- 6,372) dan ada pengaruh lama tinggal dengan kejadian malaria setelah dikontrol oleh variabel lainnya dengan p value 0,010 dan OR 2,743 (1,271 - 5,921). Dari analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah faktor lubang bekas galian pasir dengan jarak kurang atau lama dengan 2 km dari pemukiman penduduk.dengan OR 5,260 (2,663-10,389).
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa galian pasir sangat berhubungan dengan kejadian malaria. Untuk itu pengusaha atau masyarakat yang akan melakukan penggalian pasir harus memiliki izin dan pemerintah Kota Batam mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) yang berisi larangan menggali pasir dengan jarak kurang dari 2 km dari pemukiman penduduk, serta untuk puskesmas agar melaksanakan penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan sehingga masyarakat tahu bagaimana pencegahan malaria baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.
Daftar Pustaka : 39 (1963 - 2002)

The Environmental Factors in Association with The Incidence of Malaria in Sub District Nongsa in Batam City in the Year 2002Sub district Nongsa is a high case incidence area (API > 5 %) of malaria disease. In this sub district, there was an environmental change as a result of sand mining which left such holes of the effects of the mining. The holes were potential for the place of mosquito proliferation as malaria disseminator to the population settlement. Therefore, there was a need to do some studies in order to know the related environmental factors with the incidents of malaria in the Sub District Nongsa of Batam City.
The design used was observational study of case control with the number of sample 107 people for each case and control samples. The data was collected by using questionnaire and through field observation.
The environmental factors studied were physical factors of the environment, that was the place for mosquito proliferation and variables of sand mining holes, swamps, and soscioculture factors with the variables of occupation/level of education, socioeconomic status and period of living.
The result of the research showed that there was a relationship between sand mining holes, which were located 2 kilometers far away from the settlement with the incidences of malaria with p value 0,000 and OR 3,184 (1,798 - 5,637). There was a relationship between' swamps with similar distances with malaria incidences with with p value 0,001 and OR 3,24 (1,650 - 6,372) and there was an effect of the period of living and the incident of malaria after being controlled by other variables with with p value 0,010 and OR 2,743 (1,271 -- 5,921). From multivariate analysis, it was known that most dominant factor which associated with the incidences of malaria was the used holes of sand mining factor that their distance less than 2 kilometers from the community settlement with the OR 5,260 (2,663-10,389).
The result of the study showed that sand mining was strongly associated with malaria incidences. Therefore, private sectors and public who want to do sand minings to apply the admission letter for sand mining and to the government of Batam City to issue the Provincial Regulations which contains the prohibition of sand mining which their location are less than 2 kilometers from the community settlement, and to the public health center to provide health illumination to the community about self and family prevention from the risk of malaria disease.
References: 41 (1963-2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habibah Nurul Rahmah
"Latar Belakang: Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Malaria masih menjadi penyakit menular paling mematikan kedua di dunia dan masih menjadi penyakit endemis di Indonesia. Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang berstatus endemis tinggi malaria (API 597,58‰ per tahun 2022).
Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dan curah hujan) dan pengobatan malaria dengan kejadian malaria di Kabupaten Mimika tahun 2016-2022.
Metode: Desain studi ekologi menggunakan data sekunder dengan analisis korelasi dan uji regresi linear ganda. Skenario waktu time lag 0, 1, dan 2 diterapkan untuk melihat hubungan antara faktor iklim dengan kejadian malaria per bulan di Kabupaten Mimika tahun 2016-2022.
Hasil: Hasil analisis dengan uji korelasi menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengobatan malaria dengan kejadian malaria tahun 2016-2022 (p = 0,000; r = 0,990). Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara suhu udara, kelembaban, dan curah hujan rata-rata dengan kejadian malaria di Kabupaten Mimika tahun 2016-2022 pada seluruh skenario waktu. Analisis dengan uji regresi linear ganda menghasilkan model prediksi dengan persamaan Kejadian Malaria = 4912,9 - 129,3 (suhu udara) - 3,36 (curah hujan) - 13,6 (kelembaban) + 0,997 (pengobatan ACT). Berdasarkan hasil uji regresi linear ganda model dapat menjelaskan 98% variasi variabel kejadian malaria (R Square = 0,980). Variabel yang paling dominan terhadap kejadian malaria di Kabupaten Mimika tahun 2016-2022 adalah pengobatan malaria.

Background: Malaria is an infectious disease caused by Plasmodium parasites and transmitted to humans through the bite of female Anopheles mosquitoes. Malaria is the wolrd’s second deadliest infectious disease and an endemic disease in Indonesia. Mimika Regency is one of the regencies in Indonesia that has a high malaria endemic status (API 597.58‰ as of 2022).
Objective: To determine the relationship between climatic factors (air temperature, humidity, and rainfall) and malaria treatment with malaria incidence in Mimika Regency in 2016–2022.
Methods: Ecological study using secondary data with correlation analysis and multiple linear regression. Scenarios of time lag 0, 1, and 2 were applied to investigate the relationship between climate factors and malaria incidence in Mimika Regency in 2016–2022.
Results: The results of the correlation test showed a significant relationship between malaria treatment and the incidence of malaria in 2016–2022 (p = 0,000; r = 0,990). No significant relationship was found between average air temperature, humidity, and rainfall with malaria incidence in Mimika Regency in 2016–2022 in all time scenarios. Multiple linear regression analysis produced a predictive model with the equation Malaria Incidence = 4912,9 - 129,3 (air temperature) - 3,36 (rainfall) - 13,6 (humidity) + 0,997 (ACT treatment). Based on the multiple linear regression result, the model can explain 98% of malaria incidence variation (R Square = 0,980). The most dominant variable for malaria incidence in Mimika Regency in 2016–2022 is malaria treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Musthofa
"Di Kabupaten Pacitan kasus malaria didominasi oleh pekerja musiman yang pulang bekerja dari luar jawa 347 orang (95,8% dari total kasus) pada tahun 2011. Berdasarkan surveilans aktif Puskesmas Tegalombo prosentase pekerja musiman bergejala klinis malaria yang pulang dari luar Jawa tidak memeriksakan ke layanan kesehatan sebesar 76,6%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencarian pengobatan malaria klinis pekerja musiman yang bekerja keluar pulau jawa setelah kepulangannya di daerah asal tempat tinggalnya. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subyek penelitian sebanyak 270 pekerja musiman, berumur ≥ 17 tahun dengan gejala klinis malaria 1 bulan setelah kedatangannya dari luar Jawa.
Hasil penelitian menunjukkan 37,4% pekerja musiman melakukan pengobatan sendiri malaria klinis yang dideritanya. Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan dan jarak dengan perilaku pencarian pengobatan malaria klinis pekerja musiman keluar Pulau Jawa dengan OR masing-masing 2,43 (95% CI; 1.411-4.171) dan 3,38 ( 95 CI; 1,945- 5,862) Pendekatan layanan kesehatan hendaknya di ikuti dengan peningkatan pengetahuan petugas kesehatan khususnya bidan desa dan perawat untuk melakukan pengambilan sediaan darah guna penegakan diagnosis pasti malaria. Diperlukan peningkatan pengetahuan pekerja musiman melalui media penyuluhan.

In Pacitan district case of malaria dominated by temporally workers who return to work from outside Java island. In 2011 total case of malaria by temporally 347 people (95.8% of total cases). Percentage of clinical malaria temporally workers who come from outside Java island not hecked into the Tegalombo health service is 76%. The Objective of this study was to determine clinical malaria treatment seeking behavior of temporally workers who work out of Java island after his return to his residence. Study design is cross sectional. Research subjects and as many as 270 temporally workers aged ≥ 17 years, one month after his arrival from outside Java.
The results showed 37% of temporally workers make own treatment of clinical malaria symptoms that their suffered. There is a significant association between the variables of knowledge and distance with a clinical malaria treatment seeking behavior temporally workers with respective OR 2.43 (95% CI: 1411-4171) and 3.38 (95 CI: 1.945 to 5.862). Health care approach should be followed by an increase in knowledge of health workers, especially midwives and nurses to perform collection of blood preparation for definite diagnosis of malaria. Required increased knowledge of temporally workers through media outreach.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>