Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 223643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antonius Suprayogi
"Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Kalimantan Barat, terutama di daerah pedesaan yang di lingkungannya terdapat genangan air yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk Anopheles.
Di Kecamatan Mandor sebagian masyarakat bekerja di hutan, baik sebagai penebang kayu maupun penambang emas, penyadap getah, dan petani. Para pekerja ini sebagain besar ada yang menginap di hutan, dengan alasan efisiensi waktu atau karena jarak yang relatif jauh dari pemukiman sehingga akan berisiko untuk terkena gigitan nyamuk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi berapa besar risiko pekerja terhadap kejadian malaria setelah diperhitungkan faktor tempat perindukan nyamuk, dan mengestimasi besar risiko pekerja terhadap kejadian malaria berdasarkan pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, penggunaan repelen, dan cara berpakain saat keluar rumah/ pondok tempat tinggal pada malam hari. Penelitian ini bersifat kuantitatif (observasional) dengan pendekatan studi kasus kontrol.
Hasil uji pengetahuan tentang gejala sakit malaria, penyakit malaria oleh gigitan nyamuk, tahu cara penularan malaria, tahu tempat perindukan nyamuk, tahu cara pencegahan malaria, dan tahu malaria dapat diobati ternyata tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria.
Hasil penelitian ini responden yang menginap dihutan didapat OR=3,06 (95% CI 1,66-5,61), setelah dikontrol dengan pemakaian kelambu OR--=4,53 (95% CI 2,31-8,90), setelah dikontrol dengan variabel pemakaian obat anti nyamuk OR-5,00 (95% CI 2,44-10,25), dan setelah dikontrol dengan variabel bila keluar rumah pada malam hari memakai pakaian tertutup OR=4,19 (95% CI 1,82-9,64), kemudian dikontrol dengan variabel ada tempat perindukan nyamuk OR=1,96 (95% CI 0,77-4,95).
Ada hubungan pekerja yang menginap di hutan OR-3,06, pemakaian kelambu OR=4,29 pemakaian obat anti nyamuk O1 4,42, kebiasaan keluar rumah pada malam hari memakai pakaian tertutup OR=3,14, ada tempat perindukan nyamuk OR=4,12, pekerjaan berisiko OR 5,66 dengan kejadian malaria.
Perlu ditingkatkan frekuensi penyuluhan oleh petugas Puskesmas Mandor tentang perlindungan diri dari gigitan nyamuk, agar dapat menunjang program pemberantasan malaria, dan penyebar luasan leaflet atau poster dalam bahasa setempat agar mudah dipahami, dan pemberian ikan pemakan jentik di rawa-rawa dengan maksud mengurangi populasi jentik

Malaria still belongs to a problem health in West Borneo, especially in villages possessing water stagnated environment which is potential for breeding of anopheles mosquito.
In the county of Mandor, a part of people work in the forest, as tree faller or gold miner, rubber taper, and farmer. Due to the time efficiency or because of the long distance from the residential place, most of these workers lodge in the forest, so they are risky to be bitten by mosquito.
The objectives of the research were to estimate the risk scale of the workers toward malaria cases after considering of mosquito breeding place, and to estimate scale of risk of the workers toward malaria cases based on the usage of mosquito net, usage of mosquito spray, usage of mosquito repellent, and the mode of dressed when they leaving the house in the night. This was a quantitative observational research using control study case approach.
Based on statistical test, there was no significant correlation between malaria cases with knowledge of the symptoms of malaria, how malaria be infected, knowledge that malaria can be cured.
The results of the research showed that respondents lodging in the forest OR= 3.06 (95% CI 1.66-5.61), after adjusted use mosquito net OR 4,53 (95% CI 2,31-8,90), after adjusted variable use mosquito spray OR--5,04 (95% CI 2,44-10,25), and after adjusted with variable Going out of home in the night wearing closed clothes
OR-4,19 (95% CI 1,82-9,64), and then adjusted with variable availability of mosquito breeding place OR=1,96 (95% CI 0,77-4,95).
There is correlation between malaria cases with workers lodging in the forest OR=3.06, usage of mosquito net OR=4.29, usage of mosquito spray OR-=4.42, habit going out of home in the night OR=4.13, wearing closed clothes when going out of home in the night OR=3.14, availability of mosquito breeding place OR= 4.12, and risky job OR=5.66.
The frequency of illumination about self protection from the bites of mosquito held by Puskesmas officers should be increased in order to support the malaria elimination program and spreading of leaflets or posters in local language to ease the understanding, and spreading of mosquito larva consuming fish in the swamps to reduce the population of mosquito larva."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T 19015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Antonius Sima
"Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan melalui nyamuk Anopheles serta menyerang semua orang. Berdasarkan data surveilans penyakit malaria di Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 1997 sampai dengan 2000 menunjukkan bahwa kejadian malaria di kabupaten ini tidak mengalami perubahan yang berarti. Kecamatan Cempaga terletak di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan daerah endernis malaria. Sebagian masyarakat Cempaga melakukan aktivitas di hutan sebagai sumber penghasilan keluarga, serta menginap di hutan. Petani yang menginap di hutan ini diduga berisiko menderita malaria.
Penelitian kasus kontrol ini bertujuan untuk mengetahui hubungan petani yang menginap di hutan dengan kejadian malaria di Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah tahun 2002.
Dan hasil studi ini diketahui faktor petani yang menginap di hutan berhubungan dengan kejadian malaria, setelah dikontrol variabel lain OR 12,08 (95% CI 5.648 - 25.857). Sedangkan variabel kovariat yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah kebiasaan memasang kelambu waktu tidur malam OR 2.507 (95% CI 1.239 - 5.073), jarak rumah dari hutan OR 2.507 (95% CI 1.239 - 5.073) dan kebiasaan berpakaian keluar rumah malam hari OR 2.285 (95% CI 1,089 - 4.794).
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar puskesmas di Kecamalan Cempaga dan puskesmas lain di Kabupaten Kotawaringin Timur yang memiliki persamaan keadaan lingkungan dengan Kecamatan Cempaga melakukan penyuluhan kesehatan masyarakat tentang pemberantasan malaria. Penyuluhan ini diprioritaskan kepada petani yang menginap di hutan. Dalam penyuluhan tersebut disarankan agar tidak rnenginap di hutan, jika harus menginap agar memasang kelambu waktu tidur malam.
Daftar pustaka : 3l (1950 -2002)

The Association between Settling in the Forest and the Occurrence of Malaria in Sub-district Cempaga, District Kotawaringin Timur, Central Kalimantan in 2002Malaria is caused by Plasmodium and transmitted through Anopheles mosquito. The disease may attack every body. Based on surveillance data on malaria in district Kotawaringin Timur, in 1997 -2000, the disease incidence was not changed considerably. Sub-district Cempaga lies in the district of Kotawaringin Timur which is an endemic area for malaria. Some residents in the sub-district need to stay several nights in the forest to do their works as farmers. The farmers settling in the forest were suspected to beat higher risk of suffering from malaria.
The objective of this case control study was to know the association between settling in the forest and the occurrence of malaria in sub-district Cempaga, district Kotawaringin Timur, Central Kalimantan in the year of 2002.
The findings showed that settling in the forest, after being adjusted by other variables, was significantly associated with the occurrence of malaria (OR= 12.08; 95% CI: 5,648 - 25,857). Other variables associated with the occurrence of malaria were habit of using bed-nets (OR=2,507; 95% CI: 1 .239 - 5.073), distance from home (OR=2.507; 95% Cl: 1.239 - 5.073) and habit of using clothes when staying outside (OR= 2.285; 95% Cl: 1.089 - 4.794).
Based on the results, we recommended the community health center (CHS) in sub-district Cempaga dan other CHS's in district Kotawaringin Timur having the similar environment to conduct public health education and promotion about malaria control. The education and promotion intervention should be a priority for farmers settling in the forest. They are suggested to avoid staying in the forest. Should they settle in the forest, using bed-nets for sleeping is highly recommended.
Reference: 31 (1950 - 2002)"
2001
T10748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Mardesni
"Hubungan lingkungan rumah, perilaku dan pekerjaan dengan kejadian filariasis di Kabupaten Muaro Jambi belum banyak diteliti dan mf ratenya masih diatas 1% sehingga masih mungkin terjadi penularan. Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap hubungan lingkungan rumah, perilaku dan pekerjaan terhadap kejadian filariasis di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2006.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode kasus kontrol, menggunakan data primer hasil wawancara dan observasi lingkungan responder_ Responder berjurniah 216 orang yang terdiri dari 72 kasus dan 144 kontrol. Analisis hasil dilakukan dengan uji statistik dari univariat sampai multivariat.
Penelitian menghasilkan faktor-faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian filariasis adalah konstruksi rumah yang berupa plafon rumah dengan OR=2,8 pads 95% CI 1,43 - 5,47, dinding rumah nilai OR = 2,1 pads 95% CI 1,11-3,92 dan peneahayaan dalam rumah dengan OR = 6,7 pada 95% CI 1,76-25,64. Untuk lingkungan diluar rumah yang berupa rawa-rawa OR = 2,4 pada 95% CI 1,31-4,50 dan tumbuhan air OR = 2,0 pada 95% CI 1,08-3,55, perilaku yang berhubungan dengan kontak dengan nyamuk berupa perilaku memakai alat perlindungan diri OR = 2,5 pada 95% CI 1,42-4,55, perilaku menghindari did dari gigitan nyamuk OR = 2,5 pads CI 1,38-4,41 dan perilaku mencegah berkembangbiaknya nyamuk OR = 2,3 pads 95% CI 1,32-4,19. Pekerjaan didapat nilai OR = 7,4 pada 95%CI 3,29-16,45. Dalam penelitian ini pekerjaan menjadi faktor paling dominan yang berhubungan dengan filariasis karena odds ratio dan proporsi pekerjaan beresiko yang besar diantara faktor-faktor lainnya.
Sedangkan faktor-faktor yang tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian filariasis adalah lingkungan diluar rumah yang meliputi areal persawahan, semak belukar dan binatang resevoar. Untuk perilaku adalah perilaku kesehatan lingkungan dan berpergian.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi dalam menetapkan program prioritas pemberantasan penyakit menular, menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan dapat memberi manfaat untuk ilmu pengetahuan.

Relation among house environment, behavior and occupation with filariasis cases in Muaro Jambi Regency are not yet analyzed and mf rate is still above 1% so that infection is still possible. Therefore, research on house environment, behavior and occupation toward filariasis in Muaro Jambi Regency year 2006.
This quantitative research case control method, by primary data that are taken directly by interview and observation to respondent and local environment. The number of respondent are 216 people that consist of 72 cases and 144 controls. Result analysis is done by statistical test from univariate to multivariate step.
Research output that factor have significant relation with filariasis cases are house construction in the form of house ceiling is OR = 2,1 in 95% CI 1,11-3,92, plafond is OR = 2,8 in 95% CI 1,43 - 5,47 and inside house lighting is OR = 6,7 in 95% CI 1,76-25,64, outside house environment such as swamp is OR = 2,4 in 95% CI 1,31-4,50 and water plant is OR = 2,0 in 95% CI 1,08-3,55. For behavior that is related with contact with mosquito is using health safety equipment behavior is OR = 2,5 in 95% CI 1,42-4,55, preventive behavior from mosquito bite is OR = 2,5 in CI 1,38-4,4, land mosquito breeding prevention behavior is OR = 2,3 in 95% CI 1,32-4,19 and occupation is OR = 7,4 in 95%CI 3,29-16,45. Occupation has dominant factor of relation with filariasis because of odds ratio and proportion its risk the bigness among other factorses.
While factorses didnot have significant relation among filariasis are outdoors environment which rice field, coppice and animal resevoar. For behaviors are behavior health enviroment and mobility.
This research expected to become input material for Health Agency of Muaro Jambi Regency in decided priority program to control communicable desease, become input material for society to improve public health and give benefit for science.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustam
"Penyakit malaria menyerang semua orang dan menimbulkan kerugian dibidang sosial ekonomi, sampai saat ini merupakan masalah kesehatan dan salah satu dari sepuluh besar penyakit penyebab kematian di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria pada puskesmas di kabupaten Sarolangun. Penelitian ini merupakan studi observational dengan rancangan kasus kontrol. Sebagai kasus adalah klien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala malaria klinis dan hasil sediaan darah malaria positif sedangkan kontrol klien tanpa gejala malaria klinis, dan hasil sediaan darah negatif.
Variabel lingkungan dan perilaku yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria yaitu tempat perindukan nyamuk, pendidikan, pemelihaiaan ternak, pemakaian kelambu dan pembersihan lingkungan. Sedangkan status ekonomi, pekerjaan, penggunaan obat anti nyamuk dan pemasangan kawat kasa nyamuk tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria. Hasil analisis multivariate dari fit-model diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah variabel pendidikan dan pembersihan lingkungan, memiliki kecanderungan 5,85 kali berisiko malaria pada responden yang berpendidikan rendah dan tidak membersihkan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan, kiranya pemerintah daerah kabupaten Sarolangun khususnya Dinas Kesehatan dapat merancang program dan kebijakan terhadap pemberantasan penyakit malaria secara lintas program dan lintas sektoral, dan meningkatkan kegiatan survei malaria yang efektif dan efisien secara berkesinambungan melalui puskesrnas meningkatkan program penyuiuhan kepada masyarakat tentang penyakit malaria dan upaya pencegahan, dengan pemakaian kelambu dan pembersihan lingkungan secara teratur.

Malaria attacks every body and inflicts social and economical losses. As a health problem, it is among the big ten diseases causing death in Indonesia.
The objective of this study was to obtain infomiation regard ing factors related to malaria incidence in community health centers (Puskesmas), regency of (kabupaten) Sarolangun. This observational study was designed in case control manner. A Case was defined as a patient visiting Puskesmas with clinical mataria symptoms and positive parasite blood examination, while a control was a patient without symptom and had a negative parasite blood.
Environmental and behavioral variables significantly associated with malaria incidence were breeding places, education, cattle grazing, use of mosquito net, and environmental cleaning. Economic status, occupation, use of anti mosquito chemicals and wire netting were not associated with malaria incidence. The tittest model resulted from multivariate analysis showed that interaction variable of education-environmental cleaning was the most dominant factor. The risk to suffer from malaria was increasing 5.9 times among low educated subjects avoid cleaning their environment.
Based on the study findings, it is recommended that the local government in Kabupaten Sarolangun, especially the District Health Oflice, should be able to develop policies to conuol malaria with inter-sector and across program approaches and to improve that effectiveness and efficiency of continuous malaria surveys.It is also suggested that Puskesmas should enhance community education programs concerning malaria and relevant preventive actions, such as using mosquito net and cleaning the enviromnent."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T6408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irianto
"Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak menyerang masyarakat terutama anak-anak balita. Di Kota Cirebon penyakit ISPA selaiu menempati peringkat pertama dalam kejadian 10 penyakit terbesar, dan Kecamatan Lemahwungkuk merupakan kecamatan yang menempati peringkat pertama. Dari segi kesehatan lingkungan, Kecamatan Lemahwungkuk juga menempati peringkat pertarma dengan kondisi lingkungan rumah yang masih banyak tidak memenuhi syarat kesehatan. Dengan keadaan seperti ini, diduga ada hubungan antara kondisi lingungan rumah penduduk yang tidak memenuhi syarat dan karakteristik balita dengan kejadian penyakit ISPA pada balita.
Penelitian ini tentang hubungan faktor lingkungan rumah dan karakteristik balita yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional yang dilaksanakan dengan metode survei melalui wawancara dan pengukuran. Jumlah sampel sebanyak 224 sampel, sebagai unit analisis adalah balita umur 2 sld 59 bulan, sedangkan yang menjadi responder adalah ibu balita. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis. Analisis data yang digunakan adalah analisis bivariat uji chi square dan uji t dan analisis multivariat regresi logistik ganda model prediksi.
Hasil penelitian diperoleh gambaran 54,9% balita menderita ISPA dan 45,1% balita tidak menderita ISPA. Hasil analisis bivariat didapatkan variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah status imunisasi, Janis lantai, ventilasi ruang keluarga, kepadatan hunian rumah, merokok di dalam rumah, suhu kamar balita dan suhu ruang keluarga.
Model akhir setelah uji interaksi didapatkan variabel yang paling berpengaruh atau berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita adalah variabel merokok di dalam rumah dengan OR = 58,682, artinya balita yang tinggal di rumah dan di dalamnya ada anggota keluarga yang merokok mempunyai risiko rnendcrita penyakit 1SPA 58,7 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal dirumah tanpa ada yang merokok di dalamnya. Kemudian disusul kepadatan hunian rumah dengan OR = 25,59, artinya balita yang tinggal di rumah yang padat penghuninya mempunyai risiko menderita penyakit ISPA 25,6 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah yang tidak padat penghuninya. Sedangkan va.-label yang berinteraksi yaitu variabel merokok di dalam rumah dengan kepadatan hunian rumah.
Saran bagi masyarakat agar selalu berusaha memperhatikan lingkungan rumah sehingga memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan kepada Dinas Kesehatan Kota Cirebon, disarankan agar mengoptimalkan program penyuluhan tentang bahaya merokok dan rumah sehat, program peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan program perbaikan sarana sanitasi dasar perumahan.

Acute respiratory infection disease (ART) is the disease that attacks people, mainly children under the age of 5. In Cirebon ART disease is always on the first rank of the i d biggest diseases, and Lemahwungkuk is the first. From the environmental health side, Lemahwungkuk is also on the first rank for the environment of the house condition that does not fit to healthy requirements. Seeing that condition, assumed that there is connection between improper home environment and children under the age of 5 characteristic with the phenomena of ART disease on children under the age of 5.
This research about connection home environment factor and children under the age of 5 characteristic with the phenomena of ART disease on children under the age of 5. This research used cross sectional design implemented with survey method and measured. The sample amount 224, as the analyze unit is the children age 2 to 59 months, meanwhile the respondents are their mothers. Sampling was done systematically random sampling. The data analyzes that is used chi square test and l test bivariate analyzes and the prediction model double logistic regression multyvariate analyzes.
The result of this research described that 54,9 % of children under the age of 5 suffer from ART disease and 45,1 % of children under the age of 5 do not suffer from ARI disease. Bivariate analyzes result found some variables that clearly connected to ARI disease such as immunization status, the type of floor, the family room ventilation, the at home population, the at home smoking, the temperature of children's room and the temperature of family room.
The final model after interaction test got significant variable or related to ARI disease on children under the age of 5 is the at home smoking variable with OR 58,682. It means the children who live at home with the smoking family member tend to suffer ARl disease 58,7 times, compared to the children who live at home with no smoker in it. Then it is followed the at home population with OR = 25,59, it means that the children under the age of 5 who live at high population home tend to suffer ART disease 25,6 times, compared the children that live at low population home. We got variables interaction are the at home smoking interacted with the at home population.
The recommended for community is asked to pay attention on their house so that fulfill the health requirement. Whereas to the Cirebon City Health Department is suggested to optimize promotion program of the hazar smoke and healthy house extension, the healthy behavior improvement program and the house basic sanitary recovery program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarto
"Di Indonesia malaria merupakan Salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena berpengaruh pada angka kesakitan dan kematian serta menurunkan produktivitas kexja. AMI Lampung Selatan tahun 2007 (8,93°/00), ummm di puskesmas Way Muli terlihat mga: fmggi (136,12°/00). Dacrah ini terdiri dari pantai, genangan air, bempa sawah, rawa, lagun, kubangan., kolam, dan kolam bibit udang yang terlantar. Genangan air tersebut berpotcnsi mcnjadi tempat yang cocok untuk perindukan nyarnuk Anopheles. Kondisi ini sangat ideal untuk dilakukan intcrvensi pada lingkungan dan perilalcu masyarakat. Tujuan penclitian ini untuk mengetahui hubungan dan dampak faktor lingkungan dan perilalcu terhadap penyakit malaria di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008.
Disain penelitian ini mcnggunakzm studi kasus kontrol, dengan unit analisis individu yang menggunakan data sekunder dari kegiatan ldinik sanitasi puskesmas Way Muli Kec. Rajabasa periode Mamet - Desember 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan model logistik multivariat akhir kejadian malaria logit p (malaria) = 1,21 + 0,62 (tcmpat perindukan) - 1,32 (tempat istirahat) - 1,31 (kasa) - 2,72 (kclambu) - 1,39 (antinyamuk) ~ 0,82 (kebersihan lingkungan) + 0,45 keluar malam) + 0,74 (tcmpat_istirahat*kasa) + 1,56 (tempat perindukan*kelambu). Adanya perbedaan OR tcrnpat perindukan pada kelompok memakai kelambu (1,756) lebih kecil daripada OR tidak memakai (9,788). Demikianjuga OR tempat istirahat pada kelompok memasang kasa (4,67) lebih kecil daripada OR tidak memasang (7,769). Dampak kausalitas paling besar adalah tempat istirahat (40,64%) dan paling rendah : keluar malam (23,47%). Dampak pencegah paling besar : pemakaian kelambu (9l,43%) dan paling rendah : kcbersihan lingkungan (45,85%).
Penelitian ini menernukan faktor pentingyang menycbabkan tcrjadinya pcnyakit malaria di Kecamatan Rajabasa, yaitu tempat perindukan, tempat istirahat nyamuk dan kebiasaan keluar malam had sedangkan faktor pencegah adalah perilaku mcmakai kelambu, memasang kassa, memakai anninyarnuk dan kebersihan lingkungan. Tcmuan lain yang panting adalah keluarga yang memakai kelambu dan kasa dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit malaria walaupun di sekitar rumahnya tcrdapat faktor resiko.
Upaya pengcndalian di tingkat organisasi Dinas Kesehatan melalui program kampanyc kclambunisasi dan kassanisasi dengan metode pendekatan panisipasi masyarakat mandiri. lntervensi lain adalah pada tempat perindukan dan tempat istirahat nyamuk dengan cara kampanye jLun?at bersih, melalui penggalangan tokoh masyarakat dan pamong desa. Pemakaiau anti nyamuk tidak dianjurkan karena berefek samping buruk terhadap kesehatan. Sasaran di Lingkat individu pada pekerja malam di Iuar rumah adalah dengan selalu rnengenakan pakaian lengan dan kaki panjang untuk menghindari gigitan nyamuk.

In Indonesia, malaria is one of contagion which still become problem of public health because having an in with mobidity and mortality and also reduce productivity. AMI Lampung Sclatan in 2007 (8,93°/00), but in Way Muli health center seen very high (I36,72°/00). This area consist of coast, water pond, in the form of rice field, bog, lagoon, wallow, pool, and the unemployed prawn seed pool. The water pond of potency become place which suited for mosquito Anopheles breeding. This condition is very ideal to be done by intervention at area and behaviour of public. This research purpose to know environmental factor impact and relationship and behaviour of to malaria in Rajabasa of South Lampung District in 2008.
Design this research apply case control study, with individual analysis unit using secondary data from activity of sanitary clinic Way Muli health center in Rajabsa period March - December 2008. This research result show logistics model multivariat end of malaria logit-p occurence (malaria) =' l,2l + 0,62 (breeding place) - l,32 (place of rest) - l,3l (gauze)- 2,72 (mosquito net)- 1,39 (anti mosquito)- 0,82 ( hygiene ol` environment)+ 0,45 (night time exit)+ 0,74(place of rest ' gauze)+ l,56(place of' breeding*mosquito net). Difference existence of OR breeding place at group of wearing mosquito net (I ,756) smaller than OR don't wear( 9,788). And So do OR place of rest at group of installing gauze (4,67) smaller than OR don't install (7,769), Biggest causality impact is place of rest ( 40,64%) and lowest : night time exit ( 23,47%). Biggest inhibitor impact : usage of mosquito net ( 9l,43%) and lowest : hygiene of environment (45,85%).
This research find important causing factor the happening of malaria in Rajabasa, that is breeding place, place of mosquito rest and habit of night time exit while inhibitor factor ls behaviour wearing mosquito net, installing gauze. wearing anti mosquito and hygiene of environment. The other important finding is family wearing gauze and mosquito net can reduce risk thc happening of malaria although around the house there are risk factor.
Control of malaria program in social level through using bed net campaign program with method of? approach of self`-supporting public participation. Other intervention is at breeding place and rest place of mosquito rest by the way Of?ffUI71'0l is bersih" campaign, through elite figure graving dock and countryside. Usage anti mosquito is not suggested by ugly side effects -to health. Target in level of individual at outdoors night worker is by always dress length foo'/feet and for avoidmg mosquito bite.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T33961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frits, Wamaer
"Prevalensi malaria klinis di kabupaten Fakfak : 285%o (2002), dan untuk triwulan 1 tahun 2003, (SPR): 65.33%, Jalciparuin: 28.83%, dan vivax: 24.62%, sedangkan malaria klinis pada balita : 23.73% dari semua golongan umur.
Tujuan penelitian untuk mengetahui kejadian malaria pada anak umur 6-59 bulan serta hubungannya dengan kondisi fisik bangunan rumah dan tempat perindukan nyamuk di daerah Distrik Fakfak; dan apakah hubungan dimaksud dipengaruhi oleh faktor pendidikan, penghasilan, lama waktu bennukim, kebiasaan pakai pakaian Tutup badan saat melakukan aktifitas di luar rumah pada malam hari, kebiasaan pakai kelambu saat tidur malam hari, dan kebiasaan pakai obat nyamuk pada malam hari.
Jenis penelitian adalah studi observasional dengan disain kasus kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara rumah dengan kondisi fisik bangungannya berpotensi (ada risiko) sebagai tempat hinggap, istirahat, dan mengigit nyamuk malaria dengan kejadian malaria pada anak umur 6-59 bulan sebesar 3.07 kali lebih besar dibandingkan dengan rumah yang kondisi fisik bangunannya tidak berpotensi (tidak ada risiko) sebagai tempat hinggap, istirahat, dan menggigit nyamuk malaria. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi berpengaruh terhadap hubungan kondisi fisik bangunan rumah dengan kejadian malaria pada anak sebagai faktor konfonding yang bersifat protektif yang mengurangi risiko untuk terkena malaria sebesar 0.47 kali lebih kecil dibandingkan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Terdapat interaksi antara kebiasaan pakai kelambu > 30 hari dan kondisi fisik bangunan rumah terhadap hubungannya dengan kejadian malaria pada anak dengan kekuatan hubungan 3.57 kali lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan pakai kelambu <30 hari (tidak pakai kelambu). Diperoleh pula prediksi berdasarkan perhitungan regresi logistik bahwa kemungkinan risiko terjadinya malaria pada seorang anak umur 6-59 bulan yang tinggal dirumah dengan kondisi fisik bangunannya berpotensi (ada risiko) sebagai tempat hinggap, istirahat, dan menggigit nyamuk malaria; dan memiliki orang tua dengan latar belakang tingkat pendidikan rendah, serta pakai kelambu <30 hari (tidak pakai kelambu) sebesar 77.64% lebih besar apabila dibandingkan dengan seorang anak umur 6-59 bulan tinggal dirumah dengan kondisi fisik bangunannya tidak ada risiko, dan memiliki orang tua dengan latar belakang tingkat pendidikan tinggi, serta pakai kelambu >30 hari (pakai kelambu) sebesar 39.65%. Jika dilakukan upaya pencegahan penyakit malaria dengan cara masyarakat membangun rumah tempat tinggal yang desain maupun bahan konstruksi bangunan rumah tidak berpotensi sebagai tempat hinggap, istirahat, dan menggigit nyamuk malaria akan memberikan dampak potensial berupa penurunan kejadian malaria sebesar 4230%.
Sangat diperlukan kesadaran dan peran aktif masyarakat dengan menjaga kondisi fisik bangunan rumah tetap bersih dan bebas dari vektor malaria; dan membangunan rumah yang desain maupun bahan konstruksi bangunan rumah yang tidak berpotensi sebagai tempat hinggap, istirahat, dan mengigit nyamuk malaria; serta membiasakan diri selalu menggunakan kelambu saat tidur pada malam hari.
Daftar pustaka : 49 (1963 - 2003 ).

The Association of Housing Condition and Mosquito Breeding Place to the Malaria Prevalence at Children Under 5 Years old at Fakfak District Health Services, Papua, 2003In 2003, the morbidity of clinical malaria at Fakfak District was 285 9uo. Furthermore, in the first quarterly year 2003, the Slide Positive Rate (SPR) was 65.33 % which consist of Plasmodium falciparum: 65.33 %, Plasmodium vivax: 24.62 % and the remained is combined (mixed), while the SPR of clinical malaria for children under five years old was 23.73 % from all ages group.
In general, the objective of this research was to identify and to examine the association between housing condition and mosquito breeding place to the malaria cases at children under five years old at Fakfak District, including any confounding factors were mostly education level, out come per capita per month, length of stay, the habit of wearing closed clothes when had outdoors activities at night, the habit of having mosquito net at night and using mosquito coil at night.
This research was conducted and carried out by the writer and health officers who have duties at Fakfak District mainly in Canton area, Papua. The type of this study was observational study with has case control design. It looked at the association between housing condition and mosquito breeding place as independent variable to the malaria cases as dependent variable at children under five years old. 220 respondents (head of household) were interviewed at Canton Sub-district, Fakfak District with consist of 110 respondents as control and 110 respondents who has malaria cases, The result of this study showed that there were strong significant of housing conditions which have potentially risk was 3.07 times compared to housing conditions where as mosquito can alighting, resting and biting which have no potentially risk with malaria cases at children under Hive years at Fakfak District. Moreover, of the confounding factors are considered being associated with the malaria cases, those that were strongly significant are the following variables: education level (p= 0.016), the habit of having mosquito net at night more than 30 days (p= 0.038). It represent that the respondent who has high education level became protective 0.47 times less than respondent who has low education level. Also it describes that respondent who have habits of having mosquito net at night more than 30 days had strongly significant (3.57) limes more than that respondent who have habits of having mosquito net at night less than 30 days. The data analysis using logistic regression that there is probability 77.64 % which children under five years old who stay at home where has potential risk and have parents who have low education level and who have habits of having mosquito net less than 30 days or without mosquito net.
Based on the results, it recommended that Health Officials should consider all significant variables involved in health policy, health promotion and health education. It is important to develop a strategy and Government policy to support the better implementation of malaria program for example healthy housing condition program where no potential risk for malaria or to eliminate of malaria breeding place. Moreover, it is required awareness and participation of community to be concerned of healthy housing. Hence, it is necessary to maintain their behavior primarily having mosquito net at night. Finally, it is essential to conduct further study concerning other factors associated with malaria cases.
References: 49 (1963 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fardiani
"Kecamatan Nongsa merupakan daerah High Case Incidence (API > 5 %o ) untuk penyakit malaria dan di kecamatan ini terjadi perubahan lingkungan sebagai akibat penambangan pasir yang menimbulkan lubang-lubang bekas galian pasir yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk penyebar malaria di sekitar pemukiman penduduk. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Nongsa Kota Batam.
Disain yang digunakan adalah studi observasional kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 107 kasus dan 107 kontrol dan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dan observasi di lapangan.
Faktor lingkungan yang diteliti adalah faktor lingkungan fisik yaitu tempat perindukan nyamuk dengan variabel lubang galian pasir, rawa-rawa dan faktor sosio budaya dengan variabel pekerjaan/aktivitas pendidikan, status sosio ekonomi dan lama tinggal.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara lubang galian pasir yang berjarak kurang atau sama dengan 2 km dari pemukiman penduduk dengan kejadian 'malaria dengan p 'value 0,000 dan OR 3,184 (1,798-5,637), ada hubungan rawa-rawa dengan jarak yang sama dengan kejadian malaria dengan p value 0,001 dan OR 3,24 (1,650- 6,372) dan ada pengaruh lama tinggal dengan kejadian malaria setelah dikontrol oleh variabel lainnya dengan p value 0,010 dan OR 2,743 (1,271 - 5,921). Dari analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah faktor lubang bekas galian pasir dengan jarak kurang atau lama dengan 2 km dari pemukiman penduduk.dengan OR 5,260 (2,663-10,389).
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa galian pasir sangat berhubungan dengan kejadian malaria. Untuk itu pengusaha atau masyarakat yang akan melakukan penggalian pasir harus memiliki izin dan pemerintah Kota Batam mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) yang berisi larangan menggali pasir dengan jarak kurang dari 2 km dari pemukiman penduduk, serta untuk puskesmas agar melaksanakan penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan sehingga masyarakat tahu bagaimana pencegahan malaria baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.
Daftar Pustaka : 39 (1963 - 2002)

The Environmental Factors in Association with The Incidence of Malaria in Sub District Nongsa in Batam City in the Year 2002Sub district Nongsa is a high case incidence area (API > 5 %) of malaria disease. In this sub district, there was an environmental change as a result of sand mining which left such holes of the effects of the mining. The holes were potential for the place of mosquito proliferation as malaria disseminator to the population settlement. Therefore, there was a need to do some studies in order to know the related environmental factors with the incidents of malaria in the Sub District Nongsa of Batam City.
The design used was observational study of case control with the number of sample 107 people for each case and control samples. The data was collected by using questionnaire and through field observation.
The environmental factors studied were physical factors of the environment, that was the place for mosquito proliferation and variables of sand mining holes, swamps, and soscioculture factors with the variables of occupation/level of education, socioeconomic status and period of living.
The result of the research showed that there was a relationship between sand mining holes, which were located 2 kilometers far away from the settlement with the incidences of malaria with p value 0,000 and OR 3,184 (1,798 - 5,637). There was a relationship between' swamps with similar distances with malaria incidences with with p value 0,001 and OR 3,24 (1,650 - 6,372) and there was an effect of the period of living and the incident of malaria after being controlled by other variables with with p value 0,010 and OR 2,743 (1,271 -- 5,921). From multivariate analysis, it was known that most dominant factor which associated with the incidences of malaria was the used holes of sand mining factor that their distance less than 2 kilometers from the community settlement with the OR 5,260 (2,663-10,389).
The result of the study showed that sand mining was strongly associated with malaria incidences. Therefore, private sectors and public who want to do sand minings to apply the admission letter for sand mining and to the government of Batam City to issue the Provincial Regulations which contains the prohibition of sand mining which their location are less than 2 kilometers from the community settlement, and to the public health center to provide health illumination to the community about self and family prevention from the risk of malaria disease.
References: 41 (1963-2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Sambodo
"Faktor manusia (host) yang pcnling dalam pcnccgahan malaria adalah Faklor perilaku, seperti perilaku pencegahan dan pencarian pengobatan. Salah satu Faktor pencegahan malaria berkaitan dengan pcngcmbangan program kelambunisasi adalah keteraturan masyarakat untuk tidur mcnggunakan kelambu sepanjang malam.
Penelitian ini bertujuan umuk mengetahui hubungan menggunakan kclambu dengan kejadian malaria, clengan mempertimbangkan faktor-faktor: umur, jenis keiamin, pendidikan, waktu bekerja, pengetahuan tentang malaria, penyuluhan lcelambu, kecukupan kelambu, lama tinggal, pemilikan temak besar, obat anti nyamuk, kassa, dan alat pellndung diri keluar mlam. Penelitian ini dilalcsanakan di Kabupaten Lampung Selatan, dengan pertimbangan prevalensi klinis malaria di Kabupaten Lampung Selatan sangat fluktuatifl yaitu ll,5%0 tahun 2000, cenderung meningkat menjadi l3,65%¢ pada tahun 2003 dan menurun kembali menjadi ll,3%¢ di tahun 2004, scdangkan pada tahun 2005 kcmbali turun mcnjadi 9,67_ disamping, itu program kelambunisasi baru bcrjaan, lokasi pcnelitian adalah salah salu puskesmas lercndcmis di Kabupatcn Lampung Selalan, yaitu Puskcsmas Hanura.
Berdasarkan pcnelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara menggunakan kelambu dengan kejadian malaria, dimana respondcn yang tidak mcnggunakan kelambu berisiko 4,82 kali terkena malaria dibandingkan dengan responden yang leralur tidur menggunakan kclambu. Faktor resiko yang berpotensi menjadi konfounder sehubungan dengan keteraturan tidur mcnggunakan kelambu dengan kejadian malaria adalah pengetahuan responden tentang cara pencegahan malaria dan status penyuluhan tentang kelambu yang dilerima oleh responden. Respondcn yang tidak tahu cara pencegahan malaria berisiko 6,64 kali dibanding responder; yang tahu tentang cara pencegahan malaria. Variabcl umur responden kelompok muda < 15 tahun beresiko terkena malaria pemah menerima pcnyuluhan kelambu akan terlindungi dari malaria 2,37 kali dibandingkan dengan responden yang beumur > 15 tahun.
Berdasarkan penclitian ini diketahui menggunakan kelambu sangal mcmpengamhi keberhasilan program pengendalian malaria jika dilaksanakan dcngan mempertimbangkan upaya pcningkatan pcngetahuan masyarakat temang pencegahan malaria Serta manfaat penggunaan kelambu. Oleh karcna itu kiranya perlu dilakukan penyuluhan ulang temang manfaal penggunaan kclambu dalam pcnccgahan tcrjadinya pcnularan malaria, karcna berdasarkan penclilian ini hal tersebut dapat mcningkalkan cakupun pcnggunaan kelambu di masyarakul.

An important human factor in malaria prevention activities is behavioral factor, such as prevention behavior and care seeking. One of prevention factor of malaria which is related with bednets program is the using of bednets by the community during night-rest time.
This research aims to determine correlation between the using ot' bednets by the community with malaria incidence in Hanura Health Centre, South Lampung District. The correlation will be considered to variables, which are age groups, gender, educational level, working hours, the community knowledge regarding malaria prevention, health education, length stay, ownership of cattle, mosquito coils, kassa, the using of self protection clothes during night time. The prevalence of clinical malaria in South Lampung District is fluctuated, from ll.5%o in 2000 to l3.65%o in 2003 and decreases to ll.3%a in 2004 and 9.67%o in 2005. The location of this study is Hanura Health Centre due to thc most endemic malaria condition of this health center in South Lampung District.
This research finds that there is statistical significant relationship between the using of bednets by the community with malaria incidence. Non using bednets group risks 4.67 times to have malaria infection compare to using bednets group. Confounder risk factors are knowledge of the community regarding malaria prevention efforts and health education to use bednets. Lack knowledge of malaria prevention respondents risk 6.64 times compares to good knowledge of malaria prcvcntion respondents. Responden age group is risk factor for malaria incidence. Age group responden < I5 years more risk 2,32 times compare to age group 2 IS years.
In conclusion, successful bednets distribution program in malaria control activities should be followed with increasing the knowledge of malaria prevention among the community and increasing health education to use bednets. Therefore, malaria control program in South Lampung District should continue malaria health education program on regular basis for the community in Hanura Health Centre. The message could consist of malaria prevention activities and the using ofbednets.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T29205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Yuwarni
"Penelitian menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 untuk mengetahui hubungan karakteristik individu, lingkungan fisik dan perilaku pencegahan dengan kejadian malaria di daerah endemis malaria di wilayah Indonesia Bagian Timur. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan besar sampel sebanyak 23.451 orang..Hubungan ditentukan dengan analisis multiple logistic regression.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi kejadian malaria sebesar 11,7% (95% CI: 10,6-12,8), masyarakat di Papua berisiko mengalami kejadian malaria 4,21 kali (OR=4,21; 95%CI=3,47 ? 5,11), responden yang bertempat tinggal dekat peternakan hewan besar mempunyai risiko 1,87 kali lebih tinggi (OR=1,87; 95% CI=1,46 ? 2,40), laki-laki berisiko 1,22 kali (OR=1,22; 95%CI=1,10-1,36) dan tidur tidak menggunakan kelambu berisiko lebih kecil terhadap kejadian malaria ((OR = 0,71; 95%CI=0,60 ? 0,85). Perlu dilakukan pengendalian lingkungan.

A further analysis of Primary Health Research 2010. The objective was to know the correlation between malaria with Characteristics, Environment and Behaviour in Malaria-Endemic Areas in Eastern Indonesia Region. This study was a crosssectional study with 23, 451 responden as sample. Correlation was determined using multiple logistic regression.
The result of this study showed the proportion of malaria was 11.7% (95% CI: 10.6 - 12.8), variables was significantly associated with malaria were people who lived in Papua [OR = 4, 21; 95% CI= 3.48 - 5.11], close to large animal farms [OR = 1.87; 95% CI= 1.46 -2.40], male [OR = 1.22 ; 95% CI 1.10 - 1.36] and sleep without mosquito nets [OR = 0.71; 95% CI =0.60 -0,85]. Necessary to control the environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>