Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57969 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanullang, Oskar
"Proses diversifikasi produk atas komponen metil ester minyak kelapa sawit (POME) melalui proses perengkahan oksidatif katalitik adalah salah satu usaha untuk menghasilkan senyawa-senyawa antara turunan asam karboksilat yang banyak digunakan dalam industri pelumas, plasticizer, poliamida, poliuretan, parfum, bahan sediaan farmasi dan lain-lain.
Sistem proses perengkahan oksidatif katalitik untuk pembuatan asam karboksilat dari POME pada penelitian ini dilakukan dalam reaktor yang dilengkapi dengan alat pemanas untuk mengontakakan aliran reaktan POME (fasa cair) dengan pereaksi oksigen (fasa gas) dengan adanya katalitis H-Zeolit Lampung yang beroperasi pada tekanan dijaga tetap sebesar 100 psi dan dengan variasi suhu operasi sebesar 120°C, 130°C, 140°C, dan 150°C serta variasi waktu reaksi selama 1 jam, 1,5 jam, 2 jam, dan 2,5 jam.
Karakterisasi produk dilakukan dengan menentukan sifat fisika, yakni: besaran densitas dan besaran viskositas serta menentukan sifat kimia, yakni: besaran bilangan asam total dan FTIR. Dari ketiga hasil uji besaran bilangan asam total, densitas dan viskositas menunjukkan bahwa semua produk perengkahan oksidasi katalitik tersebut mengalami peningkatan. Dari uji FTIR menunjukkan bahwa perbandingan gugus C=O dan -CH2- dari produk perengkahan oksidasi katalitik yang terbentuk mengalami peningkatan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T17498
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zaki Mubarak
"Saudi Vision 2030 merupakan inisiatif strategis yang dirancang oleh Pemerintah Arab Saudi untuk mengurangi ketergantungan ekonomi negara pada sektor minyak dan mendorong diversifikasi ekonomi, dengan fokus utama pada transformasi sektor non-minyak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi dan implementasi dari Saudi Vision 2030 dalam transformasi sektor non-minyak, khususnya dalam pencapaian diversifikasi ekonomi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pertumbuhan ekonomi, yang menekankan pentingnya diversifikasi ekonomi dalam mengurangi ketergantungan pada sektor tertentu dan mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.Meskipun Saudi Vision 2030 telah menetapkan strategi diversifikasi ekonomi, masih terdapat hambatan seperti perubahan budaya bisnis dan ketergantungan historis pada minyak. Namun, diversifikasi ini diharapkan dapat mengurangi kerentanan ekonomi dan mendorong pertumbuhan lapangan kerja baru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi diversifikasi ekonomi Saudi Arabia adalah dengan menginvestasikan modal di bidang non minyak: property, pendidikan, pariwisata, dan jasa.

Saudi Vision 2030 is a strategic initiative designed by the Saudi Arabian government to reduce the country's economic reliance on the oil sector and promote economic diversification, with a primary focus on transforming the non-oil sector. This research aims to analyze the strategy and implementation of Saudi Vision 2030 in the transformation of the non-oil sector, particularly in achieving economic diversification. The theory used in this research is the theory of economic growth, which emphasizes the importance of economic diversification in reducing dependence on specific sectors and promoting long-term economic growth. Despite setting a strategy for economic diversification, Saudi Vision 2030 still faces obstacles such as changes in business culture and historical dependence on oil. However, this diversification is expected to reduce economic vulnerability and drive the creation of new job opportunities. The results of this research indicate that Saudi Arabia's economic diversification strategy involves investing capital in non-oil sectors such as property, education, tourism, and services."
Lengkap +
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nawir
"ABSTRAK
Latar Belakang Perusahaan
PT Wijaya Karya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah naungan Departemen pekerjaan Umum yang didirikan pada tanggal 11 Maret 1960. perusahan ini berasal dari hasil nasionalisasi perusahaan Belanda NV VIS & Co yang bergerak di bidang instalasi listrik. Sete lah berkembang sangat pesat di bidang jasa konstruksi dan perdagangan, mulai tahun 1970 WIKA memasuki bidang manu faktur dengan produknya Tiang Listrik Beton (TLB).
Berhasil dengan produk TLB, WIKA terus mengadakan pengembangan usaha sehingga pada tahun 1989 telah mempunyai 13 (tiga belas) macam produk dan 2 (dua) anak perusahaan. Ketigabelas produk tersebut adalah:
Jasa Konstruksi Gedung
Jasa Konstruksi Sipil Umum
Baja Konstruksi
Solar Water Heater
Moulds & Dies
Konektor & Aksesori
Preformed Fittings
Pole Hardware
Tiang Listrik Beton
Tiang Pancang Beton
Bantalan Rel Beton
Beton Pracetak
Real Estate
Sedangkan anak perusahaan yang dimiliki adalah PT Inti Karya Persada Teknik (IKPT) yang bergerak di bidang kon sultansi desain untuk proyek-proyek industri dan PT WIKA?NGK Insulator yang memproduksi Insulator Listrik. Pokok Masalah.
Meskipun perkembangan penjualan perusahaan cukup tinggi, yaitu rata-rata 20% per tahun selama lima tahun terakhir, komposisi penjualan setiap produk agak timpang. Hanya 4 (empat) produk berhasil baik sehingga penjualannya mencapai 82,45% dan total penjualan perusahaan sedangkan 9 (sembilan) produk sisanya kontribusi penjualannya hanya 17,55%. Produk yang memberikan kontribusi laba dominan, yaitu 103% dari laba Perusahaan, hanya 2 (dua) buah saja yaitu:
- Tiang Listrik Beton
- Tiang Pancang Beton
Produksi 5 (lima) produk sampai saat ini masih merugi yaitu:
Baja Konstruksi
Solar Water Heater
MouldS & Dies
Konektor & Akesesori
Pole Hardware
Dari 6 (enam) produk sisanya perolehan laba sangat kecil. Sementara itu laju pertumbuhan penjualan kelompok produk yang menguntungkan sulit untuk dipacu lagi. Begitu pula 5 (lima) macam produk yang merugisaat ini prospeknya semakin suram karena kondisi daya-saing WIKA lebih lemah dibanding dengan produsen pesaing masing-masing produk.
Dengan portfolio produk yang sekarang dimiliki beratlah tantangan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan dan profitabilitas yang telah tercapai sekarang; apalagi untuk meningkatkannya.
Methode Analisa
Strategi untuk melakukan pemilikan portfolio produk menggunakan model Gordon E. Greenlay. Dalam model ini prosesnya melalui tiga tahap yaitu:
Analisa : dilakukan terbadap portfolio produk yang saat ini dimiliki perusahaan; juga memperkirakan prestasi perusahaan di masa mendatang dengan menggunakan portfolio yang ada sekarang.
Perbandingan: membandingkan prestasi saat ini dengan tujuan perusahaan dan mengidentifikasikan kesenjangan prestasi yang ada.
Pemilihan : identifikasi pilihan alternatif portfolio untuk mengurangi kesenjangan prestasi dan kemudian melakukan seleksi portfolio yang tepat.
Pada tahap analisa portfolio produk digunakan matriks tiga dimensi melalui 3 (tiga) multiple factor pada ketiga sumbernya. Multiple factor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Industry Attractiveness
2. Competitive Position
3. Synergy Attractiveness
Dengan melakukan evaluasi. terhadap setiap produk Perusahaan melalui ketiga variabel di atas, maka posisi masing-masing produk dalam matriks dapat ditentukan.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil analisa portfolio produk di atas ditemukan 5 (lima) produk yang menempati posisi sangat rendah dalam matriks, yaitu:
Konektor & Aksesori
Preformed Fitting
Pole Hardware
Solar Water Heater
Moulds & Dies
Produk Baja Konstruksi meskipun posisinya tidak terlalu buruk, kurang baik prospeknya, karena tingkat persaingan pasarnya tidak bisa diikuti oleh WIKA.
Oleh sebab itu disarankan agar ke enam produk di atas dikeluarkan dan portfolio, sehingga WIKA dapat lebib berkonsentrasi untuk mangembangkan 7 (tujuh) jenis produk sisanya. Produk yang saat ini ada dalam posisi ?Question Mark? dan sangat potensial untuk dikembangkan adalah:
Real Estate
Beton Pracetak
Berdasarkan kondisi sumberdaya yang saat ini dimiliki perusahaan. Siruasi belum memungkinkan untuk menambah produk lain. Kotler menyarankan, agar hanya ada satu atau maksimal dua jenis produk yang berada dalam kategori ?Question Mark? atau ?Problem Children? pada suatu saat, karena produk-produk tersebut sangat memerlukan perhatian dari manajemen.
Dengan hanya tujuh produk, maka lebih besar kemungkinan bagi WIKA untuk mencapai tujuannya."
Lengkap +
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Khaerunnisa
"Salah satu modifikasi ikatan rangkap yang ada dalam komponen metil ester dari minyak kelapa sawit (POME) adalah reaksi pemecahan oksidatif. Reaksi ini berpotensi menghasilkan senyawa-senyawa intermediat turunan asam dikarboksilat yang banyak digunakan dalam industri pelumas, plasticizer, poliamida, poliuretan, parfum, bahan sediaan farmasi, dll. Pada penelitian ini, proses pemecahan oksidatif dilakukan dalam fasa cair dengan pereaksi oksigen dan katalis heterogen dengan kondisi reaktor tunak atmosferik dengan variasi suhu operasi 120; 140; 160; dan 180 °C serta variasi waktu reaksi 1; 1,5; 2 dan 2,5 jam. Setelah reaksi, dilakukan pemisahan dengan distilasi pada suhu 300 °C. Pemilihan oksigen sebagai pereaktan didasari pertimbangan tidak beracun dan harganya lebih murah dibanding oksidator lain. Katalis heterogen yang digunakan adalah Cu-Zeolit alani. Cu digunakan untuk memenuhi kriteria katalis oksidasi sedangkan zeolit alam digunakan untuk meningkatkan luas permukaan. Katalis Cu-Zeolit alam dibuat dengan melakukan pertukaran kation yang menjadi komponen zeolit dengan Cu. Loading yang dihasilkan dari proses ini sebesar 2,61 % b/b dengan target awal loading 3%. Karakterisasi produk dilakukan dengan bilangan asam, GC-MS, FTIR, uji densitas, serta uji viskositas. Dari uji bilangan asam, densitas, serta viskositas menunjukkan semua produk oksidasi mengalami peningkatan bilangan asam, densitas, dan viskositas. Dari uji FTIR menunjukkan bahwa dalam produk yang terbentuk, perbandingan antara gugus C=O dan -CH2- mengalami peningkatan. Pada sampel dengan bilangan asam tertinggi (suhu 140 °C; waktu 2,5 jam) hasil GC-MS menunjukkan bahwa dalam produk distilat terdapat tiga jenis turunan senyawa asam dikarboksilat yang terbentuk, yaitu asam azelat dengan yield 0,71% dan konsentrasi dalam distilat 4,41%, asam suberat dengan yield 0,39% dan konsentrasi dalam distilat 2,39 %, serta asam sebacat dengan yield 1,99% dan konsentrasi dalam distilat 12,34%. Senyawa turunan asam mono- karboksilat yang terbentuk adalah asam heptanoat dengan yield 0,394% dan konsentrasi dalam distilat 2,44%, asam oktanoat dengan yield 0,296% dan konsentrasi dalam distilat 1,81%, dan asam nonanoat dengan yield 1,23% dan konsentrasi dalam distilat 7,53%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muljana
"ABSTRAK
diversifikasi merupakan satu dari 2 strategi dasar untuk
mengembangkan perusahaan. Pada umumnya, perusahaan yang
sudah berkembang akan melakukan diversifikasi bidang usaha.
Begitu pula perusahaan-perusahaan di Indonesia. Bahkan
banyak perusahaan Indonesia yang berbentuk konglomerasi.
Sudah banyak pendapat dan penelitian yang menjelaskan
keuntungan?keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan
diversifikasi. Namun, banyak pula pendapat yang bernada
negatif terhadap diversifikasi. Kritik terhadap penerapan
diversifikasi, terutama untuk masa mendatang, semakin me
ningkat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Ada beberapa metode untuk mengukur diversitikasi, salah
satunya adalah dengan menggunakan sistem klasifikasi yang
dikembangkan oleh Richard P. Rumelt. Rumelt mengelompokkan
perusahaan kedalam 9 kategori, yaitu Single Business, Domi
nant?Vertical, Dominant-Constrained, Dominant?Linked, Domi
nant-Unrelated, Related-Constrained, Related?Linked, Unre?
Lated-Passive, dan Acquisitive Conglomerate.
Penelitian ini bertujuan mempelajari keterkaitan antara
strategi diversifikasi yang diterapkan oleh perusabaan
perusahaan Indonesia dan kinerja finansial yang dicapai oleh
perusahaan-perusahaan tersebut, untuk selanjutnya menentukan
strategi diversifikasi yang memberikan kinerja terbaik
Ada 8 besaran finansial yang dipakai untuk mengukur
kinerja finansial perusahaan.
Sebagai obyek penelitian ini adalah perusahaan-perusa
haan Indonesia yang telah menjual dan mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek Jakarta sampai dengan tanggal 31 Desember
1993.
Kurun waktu penelitian ini adalah dari tahun 1983
sampai dengan tahun 1993.
Sampel penelitian untuk tahun 1983 berjumlah 18 perusa
haan, untuk tahun 1988 berjumlah 22 perusahaan, dan untuk
tahun 1993 berjumlah 37 perusahaan.
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa perbedaan kiner
ja finansial yang dicapai oieh 2 perusahaan yang menerapkan
strategi diversifikasi yang berbeda semata?mata merupakan
akibat dan perbedaaan strategi diversifikasi tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing
strategi diversifikasi memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam kinerja finansialnya.
Kirierja finansial yang dihasilkan oieh tiap-tiap
strategi diversifikasi sangat berfluktuasi.
Depat disimpulkan bahwa pada periode 1983-1988, strate
gi diversifikasi yang memberikan kinerja finansial terbaik
adalah Related Business, sedangkan pada periode 1988-1993,
strategi diversifikasi yang memberikan kìnenja finansial
terbaik adalah Single Business.
"
Lengkap +
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper aims to analyze the performanceof the diversification of food consumptionin Indonesia,its problems and implications on policy and program formulations
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Irrigation water scarcity has been a pressing problem in agricultural productionand the problem will be intensifying in the future. As consequence,efforts to enhance agricultural production and farmers' income will be affected
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putut Hendro Cahyono
"ABSTRAK
Karya akhir ini membahas tentang pengaruh perubahan teknologi terhadap industri bongkar muat di kawasan PT Pelabuh III Surabaya. Perubahan teknologi yang dimaksud adalah perubahan sistem bongkar muat yang sebelumnya menggunakan sistem konvensional menjadi sistem kontainerisasi. Perbedaan utama sistem bongkar muat konvensional dan sistem kontainerisasi adalah pada peralatan pendukung dan layout dermaga di kawasan Pelabuban III Tanjung Perak Surabaya.
Sistem bongkar muat konvensional dipergunakan untuk proses bongkar maupun muat barang ke kapal kargo (Conventional Cargo Ship). Dalam sistem ini, barang dikemas dalam kotak-kotak kayu (palet) dan disimpan terlebih dahulu dalam gudang yang berada di dermaga sebelum dimuat ke atas kapal. Proses bongkar muat barang konvensional nienggunakan alat bantu yaitu forklift dan derek kapal. Sedangkan sistem kontainerisasi, dipergunakan untuk proses bongkar muat kapal kontainer (Container Ship). Barang yang akan dikirim dimasukan ke dalam sebuah kontainer sampai memenuhi kapasitasnya. Sistem ini tidak membutuhkan forklift sebagai alat bantu bongkar muat dan gudang sebagai tempat penyimpanan sementata di dermaga. Kontainer yang akan dikírim langsung di naikkan ke kapal dan truk yang datang pada saat akan dimuat. Alat bantu yang digunakan untuk sistem ini adalah Crane, balk clay crane maupun mobile crane.
Pengaruh sistem kontainerisasi ini sangat banyak bagi industri bongkar muat barang karena perubahan teknologi ini hampir merubah semua elemen industri yang ada di dalamnya misalnya : tidak diperlukannya forklift sebagai peralatan bantu utama dalam sistem bongkar muat sehingga mengakibatkan perusahaan yang melakukan bisnis dengan menyewakan forklift mengalami penurunan drastis pada frekuensi pemakaian alat yang disewakannya sehíngga mengakibatkan turunnya pendapatan, Disamping itu terlihat dari tata letak dermaga-dermaga di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang sebelumnya setiap dermaga memiliki gudang penyimpanan sementara untuk menyimpan barang ketika menunggu kapal yang akan memuatnya berlabuh. Sejak diterapkannya sistem kontainerisasi, banyak gudang di dermaga Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dibongkar. Yang cukup terlihat sebagai sebuah dampak negatif adalah meningkatnya tingkat kriminalitas di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Tingkat kriminalitas yang tinggi ini diakibatkan oleh berkurangnya penggunaan tenaga manusia sebagai buruh bongkar muat yang diakibatkan oleh sistem kontainerisasi. Sebagai perbandingan, apabila menggunakan sistem konvensional, buruh yang dipakai sekitar 20 orang untuk setiap kapal, sedangkan sistem kontainensasi dapat mereduksi jumlah tersebut menjadi hanya sekitar 6 orang saja untuk setiap kapal, Reduksi tersebut membuat makin meningkatnya jumlah pengangguran di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
PT Putra Tunggal yang menjadi bahan penelitian dalani karya akhir ini adalah sebuah perusahaan keluarga sebagai salah satu bagian dalam industri bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Perusahaan ini mempunyai bisnis utama sebagai sebuah perusahaan persewaan forklift. Dengan mulai berubahnya sistem bongkar muat seperti dijelaskan sebelumnya perusahaan mengalami penurunan pendapatan yang drastis. Dengan keadaan ini perusahaan melakukan sebuah strategi dengan menjadi sebuah perusahaan bongkar muat (PBM) dengan tujuan melakukan integrasi vertikal untuk meningkatkan kembali pendapatannya. Namun strategi tersebut belum menunjukkan hasil yang balk, hal ini diakibatkan PT Putra Tunggal mempunyai keunggulan bersaing sebagai perusahaan persewaan forklift dan bukannya sebuah perusahaan bongkar muat, ditainbah lagi PT Putra Tunggai hanya dapat melakukan integrasi vertikal untuk menangani bongkar muat konvensional dan bukannya sistem kontainerisasi. Integrasi vertikal yang dimaksudkan adalah dengan menjadi perusahaan persewaan forklift sekaligus sebuah perusahaan bongkar muat. Integrasi vertikal ini dapat menjadi sebuah keuntungan karena perusahaan dapat mengontrol supplier dalam hal kecepatan kerja, mengingat kecepatan kerja adalah kunci utama dalam bisnis ini.
Sebagai sebuah perusahaan keluarga PT. Putra Tunggal mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Salah satu kelebihan perusahaan keluarga adalah dalam hal kecepatan pengambilan keputusan yang menyangkut strategi perusahaan. Hal ini sangat diperlukan untuk kecepatan melakukan respon terhadap perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis, Sedangkan kelemahan PT Putra Tunggal sebagai sebuah keluarga adalah owner value yang tidak mati melakukan pendanaan untuk melakukan investasi dengan meuggunakan hutang balk jangka panjang maupun jangka pendek.
Karya akhir ini alcan membahas Iebih dalam tentang strategi apa yang harus dilakukan PT Putra Tunggal untuk tetap dapat bertahan dalarn industri ini dan meningkatkan pendapatannya. Strategì yang akan disarankan untuk PT Putra Tunggal tersebut dianalisa sesuai dengan kondisi internal dan kondisi eksternal perusahaan.
Ada dua pilihan strategi yang dapat dilakukan perusahaan sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini yaitu : diversifikasi dengan menjadi sebuah perusahaan perbaikan alat berat dan strategi rejuvenation dengan menambah kapasitas perusahaan dengan peralatan bongkar muat sistem kontainerisasi.
Strategi diversifikasi dengan menjadi sebuah perusahaan perbaikan dijadikan sebuah pilihan strategi karena PT Putra Tunggal mempunyai kapabilitas yang tinggi dalam hal perbaikan alat berat terutama transmisi automatis dan sistem hidraulis. PT Putra Tunggal mempunyai kapabilitas ini dan sebuah proses belajar karena telah lama bermain di pasar persewaan alat berat sampai pada akhirnya mampu meningkatkan efisiensi biaya untuk perbaikan alat berat yang dìmilikinya. Sedangkan strategi rejuvenation dijadikan sebuah pilihan karena dengan membeli peralatan untuk sistem kontainenisasi, PT Putra Tunggal akan dapat mempertahankan integrasi vertikal sebagai sebuah perusahaan bongkar muat. Namun yang menjadi kendala dalam pelaksanaan rejuvenation adalah strategi ini membutuhkan investasi yang besar, sedangkan owner value perusahaan tidak mau menerapkan sistern hutang sebagai penunjang pendanaan. Apakah untuk investasi sebesar yang dibutuhkan ini harus dilakukan pendanaan dan modal perusahaan sendiri adalah sebuah pertanyaan untuk menjawab mungkin atau tidaknya pelaksanaan rejuvenation.
Setelah dilakukan analisa dengan alat analisa seperti BCG Matrix, Strategic Potential Mains, Ansoff Matrix dan analisa tentang kondisi keuangan perusahaan, dapat disimpulkan bahwa strategi yang dapat dilakukan dengan segera adalah diversifikasi menjadi sebuah perusahaan perbaikan alat berat Strategi ini sangat mungkin dilakukan karena investasi yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan kapabilitas perusahaan sangat menunjang pelaksanaan strategi ini. Yang perlu dipikirkan lebih lanjut tentang pelaksanaan strategi ini adalah : apakah calon konsumen akan memberikan respon yang balk dan apa respon yang akan dilakukan perusahaan yang mendominasi perbaikan alat berat saat ini yaitu dealer alat berat.
Sedangkan untuk pelaksanaan rejuvenation, meskipun keuangan perusahaan keluarga mencukupi untuk melakukan pembelian alat baru, namun yang perlu diperhatikan adalah pesaing yang ada di industri perusahuan bongkar muat adalah perusahaan-perusahaan besar, terutama perusahaan pelayaran yang melakukan integrasi vertikal. Disamping itu kondisi internal perusahaan dalam hal ini tenaga kerja yang ada belum siap untuk terjadinya perubahan peralatan. Oleh sebab itu, pelaksanaan strategi rejuvenation ini sebaiknya ditunda terlebih dahulu, menunggu waktu yang tepat yaitu pada saat tenaga kerja perusahaan sudah siap dengan perubahan yang terjadi. Untuk keperluan re-investasi yang akan dilakukan sebaiknya pihak keluarga merubah pola berfikir tentang hutang. Dan untuk merubah pola fikir keluarga ini dibutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Yang menjadi permasalahan lain adalah apa yang harus dilakukan terhadap peralatan yang ada saat ini yaitu forklift, karena frekuensi pemakaian untuk keperluan bongkar muat sudah tidak lagi mencukupi untuk mendapatkan keuntungan. Apakah perusahaan harus menjual semua forklift, atau masih dapat dilakukan strategi lain untuk meinpertahankan keuntungan dan bisnis persewaan forklift."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1245
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seza Ihtiari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari tingkat diversifikasi usaha terhadap kinerja perusahaan dengan variabel moderasi kepemilikan manajerial. Penelitian ini menggunakan sampel 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2010. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah return on asset, return on sales, dan market to book value yang merupakan proksi dari kinerja perusahaan dan variabel independen penelitian ini adalah tingkat diversifikasi usaha yang diukur dengan Entropy Index serta menambahan variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan, leverage, past performance, dan umur perusahaan. Penelitian ini juga menggunakan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderasi untuk melihat pengaruhnya terhadap hubungan tingkat diversifikasi usaha dan kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat diversifikasi usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap ketiga proksi kinerja perusahaan (ROA, ROS, dan MBV) serta kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan tingkat diversifikasi usaha dan kinerja perusahaan.

The objective of this study is to determine the effect of diversification level to corporate performance with managerial ownership as moderating variable. This study used 68 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2008 to 2010. In this study, the dependent variables are return on asset, return on sales, and market to book value which are proxies of corporate performance and the independent variable is corporate diversification level measured by Entropy Index and adding the control variabels such as corporate size, leverage, past performance, and age. This study also used managerial ownership to see its effect on the relationship between corporate diversification level and corporate performance. This study concludes that diversification level does not significantly affect the corporate performance and managerial ownership has no significant effect on the relationship between diversification level and corporate performance."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ony Humarseno
"Penelitian ini menganalisis pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2011, menggunakan pendekatan regresi kuantil. Penulis menemukan bahwa diversifikasi memberikan pengaruh negatif pada kinerja perusahaan saat pengukuran kinerja menggunakan Return on Assets (RoA) dan pengaruh ini semakin negatif pada kelompok perusahaan dengan tingkat kinerja relatif tinggi. Untuk pengukuran kinerja menggunakan nilai Tobin?s q, diversifikasi memberikan pengaruh negatif pada kinerja perusahaan untuk kelompok perusahaan dengan tingkat kinerja menengah, dan pengaruh negatif ini terus meningkat seiring meningkatnya kinerja perusahaan sampai pada kuantil Tobin?s q 0,70.

This study investigates the effect of diversification on firm performance using data of Indonesian listed companies during 2006-2011 employing quantile regression approach. This empirical results show that the effect of diversification on firm performance is negative, using Return on Assets (RoA) as measure of performance, and this effect becomes increasingly negative on firm performance for companies with relatively high performance. Using Tobin?s q as performance measure, the effect of diversification on firm performance is negative for companies with middle high performance, and this effect becomes increasingly negative until Tobin?s q quantile 0.70."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>