Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146590 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henny Permatasari
"Perempuan bekerja memiliki kontribusi yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Sebagai ibu rumah tangga mereka juga melaksanakan tugas merawat keluarga termasuk tugas kesehatan keluarga. Kenyataan di lapangan menunjukkan banyak permasalahan yang dihadapi oleh perempuan yang bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengalaman perempuan bekerja berkeluarga dalam melaksanakan perawatan keluarga.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang berperspektif perempuan. Partisipan berjumlah enam orang yang ditetapkan dengan metode purposif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, menggali pengalaman perempuan bekerja dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga dan isu-isu lain seputar pengalaman tersebut. Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode Collaizz's.
Hasil penelitian mengidentifikasi delapan tema utama dan satu tema tambahan yaitu alasan perempuan bekerja, kekhususan perempuan bekerja, kemampuan manajerial perempuan bekerja, dukungan sosial, kemampuan melaksanakan tugas kesehatan keluarga, kesenjangan antara harapan pekerja dan dukungan institusi kerja, diskriminasi gender, kebutuhan pekerja terhadap pelayanan kesehatan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa perempuan bekerja mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan dipengaruhi oleh pengetahuan tentang masalah kesehatan, dukungan dari keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan profesional serta hak pekerja untuk mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan. Perempuan bekerja juga memiliki kebutuhan khusus terhadap pelayanan kesehatan. Untuk itu disarankan agar perawat kesehatan kerja meningkatkan kemampuan diri untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat promotif untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perempuan bekerja secara khusus dan seluruh pekerja pada umumnya.

Working women have a significant contribution in meeting the family's economy needs. As a housewife, they also have to take care of the family including family's health task. There is evident that the working women experience numerous problems. The purpose of this research was to describe the experience of married working women in carrying out family's health tasks. There were six women purposively selected to participate in this study.
This research used a qualitative method with feminine perspective phenomenological approach. Data was collected using in depth interview, exploring the experience of working women in carrying out family's health tasks and issues related to the experience. Collaizz's method was utilized to analyze the corrected qualitative data.
The result of this study revealed nine themes were the reason for women to work, specification of social support, ability to carry out family health tasks, gap between expectation and institution?s supporting, working women perception of gender discrimination, women's need to health care.
The conclusions of this research were the working women were capable to carry family health task which is influenced by their knowledge on health problems, the support of family and professional health providers and the right of providers to have health insurance. The working women also have the special needs of health care services. It is recommended that occupational health nurses to improve their competence to provide nursing care including health promotion and maintenance of health status of working women, particularly and all of the personnel?s, gradually.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarsintorini
"ABSTRAK
Ditinjau dari perjalanan sejarah, perawat sebagai profesi, telah turut aktif dalam upaya menyejahterakan umat manusia, dan akan terus berkembang di masa yang akan datang.
Tujuan Pembangunan Kesehatan secara jelas telah dikemukakan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Mengingat pentingnya kesehatan dalam segala segi kehidupan individu, keluarga dan masyarakat, maka upaya kesehatan diarahkan untuk seluruh masyarakat, dengan peran serta masyarakat, mencakup upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Upaya ini bersifat menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan.
Perawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor yang ikut menentukan tercapainya Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional. Perawat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, karena perawat harus siap 24 jam mendampingi pasien.
Maka peran, fungsi dan tanggung jawab perawat sangat panting, baik tanggung jawab hukumnya yaitu tanggung jawab hukum pidana, perdata, dan administrasi maupun tanggung jawab non hukumnya yaitu tanggung jawab terhadap sumpah, kode etik keperawatan, dan organisasi profesinya yaitu PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
Tanggung jawab perawat terhadap Sumpah dan Kode Etik Keperawatan adalah tanggung jawab moralnya, karena Sumpah dan Kode Etik merupakan aturan perilaku dan sikap seorang perawat yang baik. PPNI adalah satu-satunya organisasi yang legal dan eksistensinya diakui pejabat Pusat dan Daerah, yang bertujuan melindungi perawat, membina dan membimbing serta mengusahakan kesejahteraan perawat, tetapi juga memberikan sanksi terhadap pelanggaran Sumpah Perawat dan Kode Etik Keperawatan. Maka perawat mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan AD/ART dan program kerja PPNI dengan baik.
Tanggung jawab terhadap hukum, bahwa perawat tidak terlepas dari kekuatan hukum yang mengikat, artinya perawat seperti juga orang-orang lain terikat pada hukum perdata dan hukum administratif. Sedangkan kepada hukum pidana, perawat maupun orang-orang lain harus tunduk. Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum pidana yang disertai ancaman yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
Perawat dapat melakukan perbuatan pidana, sebagaimana orang-orang lain, tetapi apakah perawat yang melakukan perbuatan pidana kemudian juga dijatuhi pidana, tergantung apakah dalam melakukan perbuatan ini ia mempunyai kesalahan. Untuk adanya kesalahan harus ada unsur:
1. melakukan perbuatan pidana (sifat melawan hukum).
2. di atas umur tertentu mampu bertanggung jawab.
3. mempunyai kesalahan yang berbentuk kesengajaan atau kealpaan.
4. tidak adanya alasan pemaaf.
Dalam KUHP kita, tidak ada ketentuan arti kemampuan bertanggung jawab. Dari pendapat para sarjana, maka untuk adanya kemampuan bertanggung jawab harus ada :
1. kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk, yang sesuai hukum dan yang melawan hukum.
2. kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi.
Pada umumnya perawat mempunyai batin yang normal, kecuali jika ada tanda-tanda yang menunjukkan jiwa tidak normal. Jiwa yang normal mampu bertanggung jawab.
Pertanggungjawaban pidana pada perawat terjadi bila perawat berbuat pidana ataupun berbuat malpraktik yaitu kelalaian dalam melaksanakan profesinya, dan tidak ada alasan pemaaf. Tetapi perawat melaksanakan pelayanan kesehatan bersama dokter, rumah sakit, lalu siapa yang bertanggung jawab jika ada perbuatan pidana?
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dengan penelitian ini diusahakan untuk mengungkapkan, pertama sejauh mana pertanggungjawaban pidana pada perawat, kedua sejauh mana perawat dapat berbuat malpraktik, ketiga sejauh mana tata nilai Sumpah dan Kode Etik mencapai tujuannya, dan keempat sejauh mana PPNI dapat memberikan perlindungan kepada anggotanya.
Untuk mengungkapkan data tersebut di atas, dilakukan penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan dengan cara wawancara, studi dokumentasi, observasi, dan analisis keputusan hukum pidana. Metode dan pendekatan yang dilakukan bersifat analitis, yuridis normatif yang bertumpu pada data sekunder, dilengkapi dengan pendekatan yuridis empiris.
Dari bermacam-macam hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
1. Adanya kesadaran masyarakat bahwa kesehatan adalah penting dalam segala segi kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat. Orang yang tidak sehat tidak dapat berbuat apa-apa. Orang sakit berarti butuh biaya yang mahal.
2. Telah tampak peran serta masyarakat dalam upaya-upaya kesehatan, yang mencakup upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya adanya imunisasi, rawat mondok, dan lain-lain.
3. Profesi perawat sangat penting, karena tanpa perawat maka pelayanan keperawatan tidak mungkin terlaksana dan upaya kesehatan akan terganggu. Untuk pengadaan perawat telah didirikan Sekolah Perawat dan Akademi Perawat pada beberapa rumah sakit dan lulusannya menjadi perawat rumah sakit yang bersangkutan, atau dapat juga rumah sakit lain.
4. Adanya kerja sama yang baik antara perawat, dokter, dan rumah sakit sehingga tujuan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dapat tercapai, mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Perawat adalah mitra dokter, bukan pembantu dokter. Perawat mempunyai profesi keperawatan, dokter mempunyai profesi kedokteran.
5. Pengetahuan hukum, khususnya hukum pidana pada perawat terlihat masih belum memadai, masih banyak yang belum mengetahui secara jelas, perlu peningkatan penyuluhan dan ceramah.
6. Demikian juga tentang malpraktik pada perawat, masih belum dipahami oleh perawat. Sedangkan pengetahuan tentang malpraktik sangat penting, karena akibat malpraktik ini, ada kemungkinan pemberatan pidana 1/3 nya.
7. Pada umumnya perawat mempunyai jiwa yang normal, artinya faktor akal (intelektual factor) dan faktor perasaan / kehendak (volitional factor) dapat bekerja dengan baik. Faktor akal yaitu dapat membeda-bedakan antara perbuatan yang diperbolehkan dan yang tidak. Faktor perasaan/kehendak yaitu dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsafan mana yang diperbolehkan, mana yang tidak.
8. Perawat yang melaksanakan perintah dokter tetapi keliru, pertanggung jawabannya dilihat per kasus, yaitu dengan melihat pada kesalahannya.
9. Sumpah perawat telah dilaksanakan dengan baik untuk setiap perawat yang telah lulus pendidikan, dan sumpah jabatan bila diangkat sebagai pegawai.
Sumpah dan Kode Etik Keperawatan pada umumnya para perawat masih mengingat isinya, tetapi masih banyak pula yang lupa isinya. Rumah Sakit sudah menyelenggarakan penyuluhan, ceramah tentang Sumpah dan Kode Etik Keperawatan ini dan memperbanyak dalam bentuk buku saku kecil. Dirasakan Kode Etik kurang berpengaruh pada sikap perawat, karena pelanggaran Kode Etik Keperawatan, sanksinya masih nampak belum jelas, hanya berupa tindakan persuasif, pendekatan nasehat, bimbingan dan pembinaan.
Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Kode Etik Keperawatan yang bertugas mengadili pelanggaran Kode Etik, belum terbentuk karena berbagai kendala, antara lain karena terbatasnya waktu para pakar warga keperawatan yang menguasai masalah tersebut.
PPNI juga belum berhasil menjabarkan Kode Etik Keperawatan yang telah ditetapkan pada Kongres I PPNI karena terbatasnya waktu dan sumber daya, sedangkan hal ini sangat diperlukan untuk dikukuhkan dengan peraturan perundangan tentang berlakunya Kode Etik Keperawatan Indonesia tersebut.
10. Ada sistem kontrol dengan kontinuitas yang cukup baik terhadap tugas perawat, sehingga belum pernah terjadi malpraktik, di samping juga karena pengaruh Sumpah, Kode Etik dan fungsi PPNI serta kesadaran para perawat untuk bersikap hati-hati, bertanggung jawab dan sesuai peraturan yang ada.
11. Tidak ada perbedaan yang pokok perlakuan antara perawat wanita dan perawat pria, perbedaan itu hanya pada giliran kerja malam, perawat pria lebih sering mendapat giliran malam. Ada 3 shift, pada akhir tugas harus dioperkan, tidak bisa pergi kalau yang mengganti belum datang, alat/bahan dioperkan kepada penggantinya dengan Berita Acara.
12. Siaran Berkala Bina Sehat yang diterbitkan oleh PPNI merupakan upaya agar semua perawat mengerti, melaksanakan asuhan keperawatan yang aktual.
13. Menteri Kesehatan RI telah menetapkan "Standar Praktik Perawat Kesehatan" yang merupakan acuan dan alat untuk menilai secara obyektif keberhasilan upaya keperawatan. Sedang dipersiapkan dalam konsep adalah pola pelayanan keperawatan dan legislasi keperawatan.
14. Bidang pendidikan keperawatan yang telah dicapai adalah Para Penjenang atau Perawat Kesehatan yang memenuhi persyaratan dapat mengikuti pendidikan tambahan untuk memperoleh persamaan ijazah perawat kesehatan.
Perawat Kesehatan dan yang setingkat (Pengatur rawat, Perawat Bidan dll) serta memenuhi persyaratan dapat mengikuti pendidikan ke Akademi Perawatan atau DIII Keperawatan. Di samping itu dapat mengikuti pendidikan khusus untuk kebidanan atau training khusus untuk asuhan keperawatan penyakit jantung, ginjal, gawat darurat, perawat kesehatan masyarakat dll.
Lulusan Akademi Perawat dengan persyaratan tertentu dapat mengikuti pendidikan Sarjana strata 1 (S1) pada fakultas kesehatan masyarakat di UI, UNHAS, UNAIR, UNDIP dan Program Studi Ilmu Keperawatan FKUI yang diharapkan segera menjadi Fakultas Keperawatan mandiri.
Di samping itu kesempatan juga terbuka bagi tenaga keperawatan untuk belajar di luar negeri sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
15. Dalam upaya pengembangan profesi, yang paling lemah adalah penelitian di bidang keperawatan karena keterbatasan kemampuan dan waktu untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
16. Dalam rangka pengembangan karier, upaya agar semua institut/lembaga keperawatan dipimpin oleh tenaga perawat, sudah ada persetujuan prinsipiil dari pimpinan Departemen Kesehatan, namun dalam pelaksanaannya belum berjalan disebabkan berbagai hambatan, termasuk ketidaksiapan PPNI sendiri, terutama dalam memenuhi persyaratan pimpinan suatu unit kerja.
17. PPNI provinsi Jateng telah mendirikan Yayasan dan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) PPNI, serta Koperasi namun masih perlu mawas diri agar tidak menyebabkan turunnya citra perawat.
18. Masalah ketidaklancaran kenaikan pangkat dan terbatasnya kesempatan untuk menjadi anggota Tim Kesehatan Haji Indonesia, disebabkan karena persyaratan-persyaratan yang dirasa berat, kesulitan untuk melaksanakannya.
19. Namun masih perlu diperhatikan anggapan bahwa profesi perawat belum setaraf dengan profesi kesehatan lainnya, baik dari masyarakat luas maupun dari anggota organisasi tertentu dan bahkan mungkin dari warga keperawatan sendiri karena tidak mengikuti perkembangan ilmu, teknologi dan organisasi keperawatan saat ini.
20. Semua provinsi di Indonesia sudah terbentuk pengurus PPNI, namun daerah Tingkat II baru mencapai sekitar 90 % .
21. Kebanyakan tenaga keperawatan adalah tenaga dengan pendidikan menengah ke bawah sehingga sulit untuk dikembangkan. "
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Kesehatan, 2008
351.959 8 IND pr
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Kesehatan, 2007
351.959 8 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1992
351.959 8 IND po
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kuswantoro Rusca Putra
"ABSTRAK Perawat merupakan profesi yang memiliki tingkat stres tinggi dan berisiko burnout. Tujuan penelitian ini yaitu mengembangkan model lingkungan kerja perawat berbasis caring serta mengidentifikasi pengaruhnya terhadap burnout perawat pelaksana. Penelitian ini secara keseluruhan dilakukan dalam dua tahap. Tahap satu yaitu pengembangan model yang diawali dengan penelitian kuantitatif tentang persepsi perawat pelaksana terhadap lingkungan kerja dan burnout. Model kemudian dikembangkan dengan cara melakukan uji statistic pemodelan, studi literatur dan konsultasi pakar. Tahap kedua yaitu uji coba model untuk menentukan pengaruh terhadap burnout. Penelitian tahap dua merupakan penelitian kuasi eksperimen menggunakan desain post test with control group. Perawat yang berpartisipasi dalam penelitian ini sejumlah 485 perawat untuk tahap 1,  85 perawat kelompok intervensi dan 85 perawat kelompok kontrol untuk tahap 2. Hasil penelitian tahap satu diketahui perilaku caring kepala ruangan , beban kerja, kendali, penghargaan mempengaruhi kelelahan emosional (p<0.005) dan dihasilkan model lingkungan kerja perawat berbasis caring. Hasil penelitian tahap dua membuktikan adanya penurunan skor kelelahan emosional, depersonalisasi, dan berkurangnya penurunan pencapaian prestasi secara signifikan (p<0.001) dibandingkan skor awal. Kesimpulan hasil penelitian yaitu model lingkungan kerja perawat berbasis caring menurunkan gejala burnout pada perawat dan direkomendasikan digunakan oleh kepala ruangan dalam pengelolaan lingkungan kerja.

ABSTRACT
Nurses are professions that have high stress levels and cause susceptibility to burnout. The purpose of this reserach is to develop a nurse work environment based on caring model and identify its effectiveness on burnout among nurses. This study conducted in two stages. First stages acknowledge constructing a model by integrating the results of quantitative study about perception of work environment and burnout among nurses. Model was developed using statistic modeling test, literature review, and expert review. The second stage identified the influence the model on reducing burnout. The second stage of this study used quasi experimental research using post test with control group design. The number of nurses who participated in this study is 85 nurses in intervention group and 85 nurses in control group. The results of the first stage study found that the nurse manager caring behavior (p=0.0001), workload (p=0.0001), control (p=0.0001), rewards (p=0.004) affect emotional exhaustion. The second stage of research proved the significant decrease in emotional exhaustion, depersonalization, and increase personal accomplishment (p=0.0001) after intervention compared with in control group. The conclusion of the research is that nurses work environment based on caring models reduce symptoms of burnout in nurses and it is recommended for use by the nurse manager in managing the work environment.

 

Keyword: nurses work environment based on caring mode; emotional exhaustion; depersonalization; reduce personal accomplishment.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
D2576
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Agus Suarsana
"Pemberian pelayanan kesehatan memerlukan sumber daya berkualitas agar menghasilkan luaran yang baik. Dengan demikian, sumber daya manusia harus dipandang sebagai aset bahkan investasi rumah sakit. Perawat yang merupakan proporsi ketenagaan terbesar dalam layanan kesehatan akan memberikan sumbangan bagi keberhasilan pelayanan bila dapat melakukan tugas dan fungsinya sesuai standar. Perawat yang memiliki kemampuan dan motivasi yang baik akan berkontribusi terhadap tugas penyelenggaraan pelayanan kesehatan rumah sakit melalui layanan keperawatan. Sebaliknya, perawat yang tidak melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan benar dapat menimbulkan masalah pada pelayanan terhadap pasien. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk melihat hubungan antara kemampuan, motivasi dan supervisi perawat terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat RSU Imanuel Sumba. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional kuantitatif dengan metode pengambilan data potong lintang yaitu dengan melakukan pengamatan atau pengukuran terhadap setiap variabel penelitian satu kali dalam satu waktu. Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah perawat di RSU Imanuel. Subjek diminta mengisi kuesioner kemampuan, motivasi dan supervisi. Skor untuk setiap item kuesioner dijumlahkan. Nilai total adalah 100%, nilai 65% atau lebih dianggap baik sedangkan nilai < 65% dianggap kurang. Dari 22 responden perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSU Imanuel Sumba, yang kemudian ditelusuri asuhan keperawatannya, didapatkan 8 orang (36,4 % ) perawat yang kelengkapan asuhan keperawatannya termasuk katagori baik, dan sisanya 14 orang (63,6% ) kelengkapan asuhan keperawatannya termasuk katagori kurang baik. Perawat yang memiliki pengetahuan yang baik 17 (77,3%) dan kurang baik 5 (22.7%). Perawat yang mempunyai keterampilan baik 16 (72,7%) dan kurang baik 6 (27,3%). Perawat dengan motivasi baik 5 (22,7%) dan kurang 17 (77,3%). Perawat yang menyatakan supervisi baik 9 (40,9%) dan kurang 13 (59,1%). Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan (p value=0,613) dan keterampilan (p value =0,624) dengan kelengkapan asuhan keperawatan. Ada hubungan yang bermakna antara motivasi (p value=0,039) dan supervisi (p value=0,043) dengan kelengkapan asuhan keperawatan.

Providing health services requires quality resources to produce a good outcome. Thus, human resources should be viewed as assets and even hospital investments. Nurses who are the largest proportion of workforce in health services will contribute to the success of the service if they can perform their duties and functions according to standards. Nurses who have good ability and motivation will contribute to the task of administering hospital health services through nursing services. Conversely, nurses who do not perform nursing care properly and correctly can cause problems in patient care. Therefore, this research was conducted with the aim of looking at the relationship between the abilities, motivation and supervision of nurses on the completeness of nursing care documentation in the Imanuel Hospital Sumba ward. This study used a quantitative observational research design with cross-sectional data collection methods by observing or measuring each research variable once at a time. In this study, the research subjects were nurses at Imanuel General Hospital. Subjects were asked to fill out a questionnaire on ability, motivation and supervision. The scores for each questionnaire item are summed. A total score is 100%, a score of 65% or more is considered good, while a score less than 65 is considered insufficient. Of the 22 nurse respondents who served in the inpatient room of Imanuel Sumba Hospital, whose nursing care was then traced, there were 8 nurses (36.4%) whose complete nursing care was categorized as good, and the remaining 14 people (63.6%) had complete care. nursing is in a poor category. Nurses who have good knowledge 17 (77.3%) and less good 5 (22.7%). Nurses who have good skills are 16 (72.7%) and less good 6 (27.3%). Nurses with good motivation are 5 (22.7%) and less 17 (77.3%). Nurses who stated good supervision were 9 (40.9%) and less 13 (59.1%). There is no significant relationship between knowledge (p value = 0.613) and skills (p value = 0.624) with the completeness of nursing care. There is a significant relationship between motivation (p value = 0.039) and supervision (p value = 0.043) with the completeness of nursing care."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Safitri
"Penduduk dunia akan mencapai 7,2 miliar jiwa tahun 2013. Penduduk di Indonesia tahun 2012 mencapai 244,2 juta jiwa. Secara nasional pengguna non metode kontrasepsi jangka panjang 79,87% dan pengguna metode jangka panjang 20,13%. Di UPT Puskesmas Serpong 1 pengguna metode kontrasepsi jangka panjang menurun dari 13,7% menjadi 10,8% sedangkan pengguna non metode kontrasepsi jangka panjang meningkat dari 86,3% tahun 2011 menjadi 89,2% tahun 2012.
Tujuan penelitian ini diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang pada akseptor keluarga berencana.
Desain penelitian menggunakan kasus kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan systematic sampling. Besar sampel dalam penelitian ini 212 responden. 106 untuk populasi kasus yaitu pengguna metode kontrasepsi jangka panjang dan 106 untuk kontrol yaitu pengguna non metode kontrasepsi jangka panjang. Uji statistik menggunakan uji kai kuadrat.
Hasil penelitian yang secara signifikan mempengaruhi penggunaan metode kontasepsi jangka panjang adalah umur (OR sebesar 2,0), jumlah anak yang dimiliki (OR sebesar 2,9), persepsi tentang jumalah anak ideal (OR sebesar 0,5), sikap terhadap MKJP (OR sebesar 2,9), komunikasi suami-istri tantang MKJP (OR sebesar 5,2), jarak ke pusat pelayanan yang menyediakan MKJP (OR sebesar 4,1), dan paparan terhadap media massa yang berisi MKJP (OR sebesar 4,6).

The population of the world would reach 7.2 billions in 2013. Population in Indonesia in 2012 was 244.2 millions. Nationally the users of non-methodical contraceptions for long period was 79.89% and the users of methodical contraceptions for short period was 20.13%. The users of methodical contraceptions for long period in UPT serpong local clinic 1 decreased from 13,76% to 10.8% whereas the users of non-methodical contraceptions for long period increased from 86.3% in year to 89.2%.
The purpose of this research is to acknowledge the factors which affected the use of the methodical contraceptions for long period on acceptors of birth control. Design of this research used controlled case.
The technique of sample withdrawal used systematic sampling. The number of sample in this research was 212 respondents. There was 106 respondents for population case who were the users of non-methodical contraceptions for long period. Statistics test used chi square.
The results of research that signicantly affected the users of methodical contraceptions for long period were age (OR = 2.0), amount of children owned (OR = 2.9), perception of having ideal number of kids (OR = 0,5), behaviour towards MKJP (OR=2,9), communication in married couple about MKJP (OR=5.2), distance to service centre that provide MKJP (OR=4,1) and exposure to public media involving MKJP (OR = 4.6).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Maharsi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miladil Fitra
"Kegiatan penambangan emas skala kecil yang tidak dikelola dengan baik dapat berpotensi meningkatkan mineral logam berat termasuk mineral mangan dan keberadaannya dapat menyebar kewilayah sekitar pertambangan serta berpotensi menimbulkan risiko dan gangguan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk Mengestimasi tingkat risiko kesehatan pajanan mangan (Mn) dari air minum dan makanan terpilih pada populasi penduduk dan bukti-bukti gangguan kesehatannya di Kampung Curug Bitung, Kecamatan Nanggung. Penelitian ini merupakan studi Deskriptif Analitik dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Masyarakat. Pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara dan test konsentrasi mangan pada air minum dan makanan. Tingkat Risiko pajanan mangan dari air minum dan makanan di desa curug bitung tidak berisiko (RQ<1) ini berarti pajanan mangan wilayah Ring-1 area pertambangan emas tradisional Gunung Pongkor belum menyebar ke sekitar atau keluar Ring-1(Curug Bitung). Bagi penduduk yang memiliki aktivitas pengoperasian gelundung dihimbau untuk tidak membuang sisa tanah hasil olahannya didekat rumah, aliran air maupun di dekat lahan pertanian, karena dimungkinkan tanah buangan tersebut masih mengandung cemaran beberapa mineral lainnya yang berbahaya. Tanah sisa olahan bisa dikumpulkan di suatu area yang jauh dari sumber air dan lahan pertanian. Area tersebut bisa ditanami dengan tanaman lokal yang mampu menyerap kandungan logam dalam tanah seperti tanaman genjer.

Small scale gold mining activity that improperly managed can potentially increase the heavy metal minerals including manganese and its existence can spread to the area around the mining site and potentially pose a problem and public health risk. The study aimed to estimate the level of health risk due to the manganese (Mn) exposure from particular food and drinking and its evidences of health problems on the population in Curug Bitung village, Nanggung district. This was an analytical descriptive study and the method used analysis of Public Health Risk. The data were collected by observation, interview and manganese concentration test on drinking water and food. The risk level of manganese exposure from the drinking water and food in curug bitung village was found not to be a risk (RQ<1) which means that the manganese exposure in Ring-1 area of the traditional gold mining in Mount Pongkor has not spread yet in around the area or outside Ring-1(Curug Bitung). It is recommended for people who have a rod mill operating activity to avoid removing the residual soil from the process near their houses, water flow, and agricultural land because it is possible for the residual soil to still be containing some dangerous minerals contaminants. The residual soil can be gathered in the area that is far from the water resources and agricultural land. The area can be planted with local plants that are capable in absorbing the metal contents from the soil such as Genjer."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>