Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132551 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sujudi
"BOLLINGER (1877) mengemukakan tentang penyakit yang banyak menyerang rahang dan tenggorokan ternak. Penyakit tersebut adalah osteosarkoma dan "wooden tongue" yang jejasnya mempunyai sifat utama granulomatosa. Jejas tersebut selain terdiri dari sel-sel granuloma, lekosit dan jaringan coati juga mengandung benda-benda granulasi kasar, berwarna kuning pucat yang merupai fungus. HARZ (1877)* menemukan hal yang sama seperti BOLLINGER dan men ,anggap badan-badaa granulasi tersebut sebagai fungus baru, yang karena tersusun radial maka dinamakannya rayfungus atau Actinomyces bovis. ISRAEL (1878) menenukan fungus tersebut iada seorang penderita pyeMia yang menahun dengan abses didadanya. PCNFICIL (1879, 1882)* membuat kesimpulan bahwa penyakit yang ditemukan BOLLINGER dan ISRAEL adalah penyakit yang sama yaitu actinomycosis.
Kedudukan Actinomyces didalam dunia jasad renik ada yang nenggolongkan keda].am golongan bakteri, golongan fungus dan ada Pula yang menggolongkannya sebagai golongan tersendiri. Dengan
Makin bertambahnya pengetahuan tentang morfologi Actinomyces maka penggolongannya lebih condong sebagai golongan tersendiri, yang sifatnya dalam beberapa hal mendekati bakteria sedangkan dalam sifat pertumbuhannya merupai fungus.
Maka Ordo baru diusulkan oleh BUCHANAN (1913), yaitu Ordo Actinomycetales yang meripunyai sebuah Famili Actinomycetaceae yang terdiri dari 4 genus yaitu Actinobacillus, Leptotrichia, Actinomyces dan Nocardia.
Tetapi "Committee of the Society of the American Bacteriologist;; serta LESKIE (1921); BERGEY (1923) ; WAKSMAN (1927); LEHMANN dan NEUMANN {1927); FORD (1922) ; TOPLEY dan WILSON (1927) dalam klasifikasinya menanggalkan naraa genus Nocardia dan memasukkan senua jenis Actinomyces dalam genus Actinomyces. Mereka merupakan pengikut BOSTROEM (1891) yang dalam pemeriksa--annya menemukan bahvra Actinomyces hidupnya aerob. Sedangkan ISRAEL dan WOLFF (1891) kemudian WRIGHT (1905) baru berhasil mernbiakkan Actinomyces secara anaerob. Malca PINOY (1913) serta CHALK. RS dan CHRISTOPHERSEN (1916) mengemukakan sebaiknya Actinomyces dibagi dalam 2 golongan berdasarkan kebutuhan akan zat asamnya, yaitu yang hidup secara aerob dan pada umumnya bersifat saprofit sebagai genus Nocardia, sedangkan yang hidup anaerob ialah genus Actinomyces.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1972
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Utji
"ABSTRAK
Pada tahun 1950 MOORE dan FRERICHS (1953) telah mengasingkan kuman berbentuk batang tahan-asam dari infeksi menahun pada lutut karena trauma, dan dari absces bokong seorang penderita. Pada sediaan bisto-patologik jaringan synovia lutut dan kulit absces tampak gambaran yang merupai radang tuberkulosis. Nama yang diberikan kepada jenis kuman yang menyebabkan ini adalah Mycobacterium abscessus n.sp. berdasarkan persamaan gambaran histologik jaringan yang sakit dan perbedaan beberapa macam sifat dengan Mycobacteria yang diketahui dapat menyebabkan penyakit pada manusia, MOORE dan FRERICHS telah menganggap kuman penyebab sebagai satu Species Mycobacterium tersendiri berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya dengan beberapa jenis Mycobacterium yang dikenal dan dipakainya sebagai perbandingan. Jenis-jenis tersebut adalah: Mycobacterium ranae, Mycobacterium thamnopheost Mycobacterium chelonei (Mycobacterium friedmannii), Mycobacterium piscium, Mycobacterium marinum, Mycobacterium leprae, Mycobacterium paratuberculosis dan Mycobacterium ulcerans.
Hingga kini Mycobacterium abscessus belum diakui secara resmi sebagai satu species tersendiri. Waktu akhir-akhir ini makin sering diungkapkan cara-cara baru yang dapat dipakai pada diferensi asi jenis-jenis Mycobacterium.
Oleh pelbagai penyelidik diumumkan cara-cara menentukan jenis kuman dengan perbandingan sifat-sifat antara jenis-jenis kuman lain (SNEATH, 1957; BOJALIL, 1961; CERBON, 1961; WAYNE, DOUBECK dan RUSSEL, 1964; TSUKAMURA, 1965; WAYNE dan DOUBECK, 1965; WAYNE, 1967).
Penyelidikan ini dilakukan untuk menentukan sampai dimanakah jenis Mycobacterium abscessus dapat dianggap sebagai satu species tersendiri dan bila tidak, pada species apakah ia dapat digolongkan. Cara penentuan species Mycobacterium ini ialah dengan membandingkan hasil-hasil pelbagai macam pemeriksaan pada pelbagai jenis Mycobacterium yang bertumbuh cepat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1972
D412
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R Utji
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
589.9 UTJ at
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Djaelani
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1980
S16507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Kertasasmita
"Telah dilakukan identifikasi rimpang beberapa spesies keluarga Zingiberaceae
untuk memperoleh pola kromatogram lapisan tipis dari hasil isolasi secara
destilasi dan maserasi.
Tanaman yang dise~idiki ialah Curcuma domestica Val (kunyit), Kaempfer.iae
galanga (kencur), Alpini~ galanga L (laos), Zingiber officinale Rose (jahe), ('Curcuma X~thorrhiza Roxb (temulawak). Hasil pemeriksaan dengan kromatografi lapisan tipis dari destilat yang di- eluasi dengan eluen n-heksana - benzen - metanol dan eluen kloroform - asam asetat glasial, penampak noda anhidrida asam asetat - asam sulfat pekat, spesifik untuk Curcuma :xanthorrhiza Roxb. Eluen benzen - kloroform - metanol, penampak noda anhidrida asam asetat - asam sulfat pekat dan eluen etil asetat- n-heksan~,_penampak noda asam sul~ fat pekat - asam nitrat pekat spesifik untuk Curcuma domestica Val. Eluen etil asetat - n-heksana dan eluen_benzen, penampak noda anisaldehid- asam sulfat pekat; spesifik untuk Kaempferiae galanga. Eluen dikloroetana, lalu dieluasi lagi dengan benzen, penampak noda anisal- dehid - asam sulfat pekat, spesifik untuk Alpinia galanga L. Eluen kloroform dan eluen etil asetat- n-heksana, penampak noda anisalde:- hid - asam sulfat pekat, spesifik untuk Zingiber officinale Rose.
Hasil pemeriksaan kromatografi lapisan tipis maserat/ekstrak spesifik untuk Curcuma domestica Val dan Curcuma xanthorrhiza Roxb. Hasil ~romatografi gas dari destilat karena keterbatasan standard yang kami miliki, hanya dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya kamfer dan sitral. Dengan menggunakan eluen dan penampak noda yang spesifik untuk setiap spe- sies dapat ditentu_~an pola kromatogramnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S31795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bickerton, Derek
Chicago : University of Chicago Press, 1990
401 BIC l (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Darwin, Charles
Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002
576 DAR ot
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Astuti
"Telah dilakukan uji toksisitas ekstrak metanol empat spesies timun laut dari Kepulauan Seribu yaitu Holothuria coluber, Holothuria edulis, Actinopyga lecanora, dan Stichopus sp. Timun laut diekstraksi dengan metanol kemudian ekstrak dari spesies dengan aktivitas tertinggi difraksinasi cair-cair dengan nheksan, etil asetat, dan air. Fraksi yang paling toksik selanjutnya difraksinasi kembali menggunakan kromatografi kolom normal. Pengujian dilakukan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Actinopyga lecanora memiliki toksisitas tertinggi dengan nilai LC50 227,094 μg/ml sementara fraksi paling aktif adalah etil asetat dengan LC50 158,276 μg/ml. Hasil pengujian pada fraksi hasil kolom memberikan nilai LC50 sebesar 84,202 μg/ml sebagai fraksi teraktif. Identifikasi dengan berbagai pereaksi kimia menunjukkan bahwa fraksi paling aktif tersebut diduga mengandung senyawa golongan flavonoid dan steroid/triterpenoid."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33130
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Destila Bayu Intan
"[ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai identifikasi spesies dan distribusi
larva udang mantis di Teluk Banten selama bulan Oktober 2013--November 2013.
Penelitian bertujuan untuk mengukur efektivitas aplikasi DNA barcoding dalam
identifikasi larva udang mantis dan mempelajari pola distribusinya di Teluk
Banten. Larva udang mantis sebanyak 138 individu dikoleksi dengan
menggunakan jaring larva dengan besar mulut 30x30 cm2 dan besar jaring sebesar
500 μm dari 6 stasiun penelitian. Daerah COI sebagai penanda DNA barcoding
efektif dapat digunakan untuk identifikasi larva udang mantis dengan variasi
intraspesies sekuen COI berkisar antara 0,7--2,4%. Distribusi larva udang mantis
berpusat di Stasiun 4 yang ditandai dengan tingginya kelimpahan larva udang
mantis pada lokasi tersebut (P<0,005; ANOSIM). Ordinasi NMDS dan
klusterisasi berdasarkan jarak Bray-Curtis menunjukkan distribusi larva udang
mantis dipengaruhi oleh kondisi perairanTeluk Banten. Faktor lingkungan yang
memengaruhi kelimpahan larva udang mantis adalah suhu, salinitas dan kecerahan
dengan nilai R2 adjusted sebesar 94,5% (P<0,05). Distribusi, kelimpahan, dan
komposisi larva udnag mantis di Teluk Banten juga dipengaruhi oleh pola
perilaku larva (vertical migration) dan arah arus yang memengaruhi perairan
Teluk Banten. Distribusi kelimpahan larva pada lokasi penelitian selama bulan
Oktober--November 2013 bergerak kearah barat Teluk Banten.

ABSTRACT
Planktonic larvae of stomatopoda were collected at six stations in Banten
Bay from October 2013 to November 2013, aimed at assessing effectiveness of
using COI gene for barcoding stomatopoda larvae and studying its distribution in
Banten Bay. A total of 138 stomatopod larvae were obtained by deploying larval
trap of 30x30 cm2 mouth diameters and 500 μm mesh size for approximately 10
minutes just beneath the surface. Five species of stomatopod successfully
identified using COI gene as barcode marker. Variation of intraspecies for COI
gene based on Kimura 2-Parameter (K2P) were found to be ranged from 0,7% to
2,4%. NMDS ordination and Bray-Curtis cluster shown that distribution of
stomatopod larvae affected by hydrodynamic on Banten Bay. Larvae abundance at
six stations in Banten Bay affected by temperature, salinity, and visibility with
score of adjusted R2 is 94,5% (P<0,05). Distribution, abundance, and diversity of
stomatopods larvae are affected by vertical migration and current on Teluk Banten
water.;Planktonic larvae of stomatopoda were collected at six stations in Banten
Bay from October 2013 to November 2013, aimed at assessing effectiveness of
using COI gene for barcoding stomatopoda larvae and studying its distribution in
Banten Bay. A total of 138 stomatopod larvae were obtained by deploying larval
trap of 30x30 cm2 mouth diameters and 500 μm mesh size for approximately 10
minutes just beneath the surface. Five species of stomatopod successfully
identified using COI gene as barcode marker. Variation of intraspecies for COI
gene based on Kimura 2-Parameter (K2P) were found to be ranged from 0,7% to
2,4%. NMDS ordination and Bray-Curtis cluster shown that distribution of
stomatopod larvae affected by hydrodynamic on Banten Bay. Larvae abundance at
six stations in Banten Bay affected by temperature, salinity, and visibility with
score of adjusted R2 is 94,5% (P<0,05). Distribution, abundance, and diversity of
stomatopods larvae are affected by vertical migration and current on Teluk Banten
water.;Planktonic larvae of stomatopoda were collected at six stations in Banten
Bay from October 2013 to November 2013, aimed at assessing effectiveness of
using COI gene for barcoding stomatopoda larvae and studying its distribution in
Banten Bay. A total of 138 stomatopod larvae were obtained by deploying larval
trap of 30x30 cm2 mouth diameters and 500 μm mesh size for approximately 10
minutes just beneath the surface. Five species of stomatopod successfully
identified using COI gene as barcode marker. Variation of intraspecies for COI
gene based on Kimura 2-Parameter (K2P) were found to be ranged from 0,7% to
2,4%. NMDS ordination and Bray-Curtis cluster shown that distribution of
stomatopod larvae affected by hydrodynamic on Banten Bay. Larvae abundance at
six stations in Banten Bay affected by temperature, salinity, and visibility with
score of adjusted R2 is 94,5% (P<0,05). Distribution, abundance, and diversity of
stomatopods larvae are affected by vertical migration and current on Teluk Banten
water., Planktonic larvae of stomatopoda were collected at six stations in Banten
Bay from October 2013 to November 2013, aimed at assessing effectiveness of
using COI gene for barcoding stomatopoda larvae and studying its distribution in
Banten Bay. A total of 138 stomatopod larvae were obtained by deploying larval
trap of 30x30 cm2 mouth diameters and 500 μm mesh size for approximately 10
minutes just beneath the surface. Five species of stomatopod successfully
identified using COI gene as barcode marker. Variation of intraspecies for COI
gene based on Kimura 2-Parameter (K2P) were found to be ranged from 0,7% to
2,4%. NMDS ordination and Bray-Curtis cluster shown that distribution of
stomatopod larvae affected by hydrodynamic on Banten Bay. Larvae abundance at
six stations in Banten Bay affected by temperature, salinity, and visibility with
score of adjusted R2 is 94,5% (P<0,05). Distribution, abundance, and diversity of
stomatopods larvae are affected by vertical migration and current on Teluk Banten
water.]"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>