Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104251 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Wahyuning Astuti
"Investasi dapat dalam bentuk real aset (tanah, emas, mesin atau bangunan) dan investasi dalam bentuk financial assets/marketable securities (deposito, saham ataupun obligasi). Investasi dalam bentuk saham mempunyai risiko tinggi karena pergerakan harga saham yang dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Tujuan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan berikut : pertama, bagaimana perilaku tingkat pengembalian yang diharapkan dengan menggunakan 3 model yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM), Arbitrage Pricing Theory(APT) dan Fama & French (Tiga Faktor) dari saham-saham yang listing di BEJ. Kedua, faktor-faktor manakah yang signifikan mempengaruhi tingkat pengembalian saham atas saham-saham yang listing di BEJ.
Data yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh saham yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2000 - 2003 berdasarkan lndek Harga Saham Gabungan. Saham dual listing tidak termasuk dalam penelitian ini, demikian pula saham yang baru terdaftar dan keluar pada periode penelitian. Dari sekitar 257 saham yang terdaftar, maka hanya dipiiih 10 saham yang digunakan untuk penelitian Pemilihan dilakukan berdasarkan data yang telah diolah dengan kriteria berikut pertama saham dengan tingkat pengembalian diatas rata-rata tingkat pengembalian IHSG (rihsg = 0.73). Kedua, berdasarkan volume transaksi Ketiga, standar deviasi dari saham terpilih berada dibawah 19 %. Selain dari 10 saham tersebut digunakan juga 5 saham dual Iisting dalam penelitian ini.
Tingkat pengembalian atau return yang diharapkan sangatlah bervariasi tergantung dengan risiko pasar dan faktor-faktor lain diluar pasar. Hubungan antara tingkat pengembalian sekuritas dan risiko dapat diamati melalui analisis terhadap koefisien beta sekuritas dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM), yang dirumuskan sebagai berikut Ri = Rf + |3(Rm - Rf). Model CAPM menjelaskan bahwa tingkat pengembalian dipengaruhi oleh faktor risk premium.
Selain ditentukan oleh risiko pasar, tingkat pengembalian sekuritas juga ditentukan oleh faktor-faktor diluar pasar. Metode pendekatan ini adalah Arbitrage Princing Theory (APT) melalui model dengan faktor makro ekonomi yaitu faktor tingkat suku bunga SBI, faktor lnflasi dan faktor nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dengan mengamati tingkat signifikansinya dalam menentukan tingkat pengembalian suatu sekuritas sebagai berikut : E(r) = U + B(5|3\) f(5B,, + \3(||~:|=|_) farm.) + Btkunsy fn
Metode Fama French yang dikenal dengan model Tiga Faktor mempertimbangkan faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang juga dapat mempengaruhi tingkat pengembalian saham. Pada model Tiga Faktor, faktor yang ditambahkan selain faktor premi risiko pasar adalah market value dan ratio book to market.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa model CAPM menunjukkan adanya hubungan yang positif antara risiko dan tingkat keuntungan. Hasil yang didapat dengan model APT diketahui bahwa tingkat inflasi tidak signifikan dalam hal ini Ho diterima, sedangkan variabel tingkat suku bunga dan nilai tukar mendukung hipotesis yang diajukan (menolak Ho). Faktor SMB dan HML dalam model Tiga Faktor, hasilnya tidak konsisten walaupun signifikan, karena sebagian besar koefisien yang didapat negatif sehingga berlawanan dengan hipotesis. Secara umum 3 model yang digunakan signikkan, sedangkan dillhat dari tingkat pengembalian pon?fotio per bulan, hasil terbesar diurutkan sebagai berikut I APT = 1.9055%, CAPM = 1.9006% dan Tiga Faktor = 0.8575%.
Saran yang diusulkan meskipun model APT menghasilkan tingkat pengembalian paling tinggi, tapi R2 lebih kecil dari model Tiga Faktor, maka perlu dipertimbangkan variabel ekonomi lainnya, seperti : dividen yield, short term interest rate, default spread dan risiko negara. Perlu dipertimbangkan penambahan saham yang dimasukkan ke dalam sampel dan penambahan periode waktu penelitian untuk melihat apakah size dan book to market ratio dalam model Tiga Faktor mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembalian portofolio. Pemilihan model yang digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan, pilihan tetap dikembalikan kepada investor, meskipun selama ini investor kebanyakan menggunakan model CAPM."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Tubagus Fahed Ichmar Widayasa
"Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan manufaktur yang go-public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya kenyataan bahwa kebijakan dividen menimbulkan dua efek yang saling bertentangan, dimana pembayaran dividen dalam jumlah besar akan bisa meningkatkan harga saham, tapi di lain pihak, pembayaran dividen dalam jumlah besar juga akan menurunkan harga saham karena ketergantungan kepada sumber dana eksternal semakin besar, sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah cash ratio (CR), debt to equity ratio (DER), equity to total asset ratio (ETAR), return on investment (ROI), earning per share (EPS), tingkat pertumbuhan penjualan (GS), dan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh secara parsial terhadap dividend per share (DPS), dan untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi DPS pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta selama periode 2000 sampai dengan 2004. Hasil regresi panel data menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel earning per share (EPS) memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil uji fixed effect dan random effect pada model ini menunjukkan bahwa tidak terdapat fixed effect dan random effect pada model yang digunakan, sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan yang digunakian dalam penelitian ini cukup efisien dan tidak bias.

Factors that affect the policy of dividend payment on public manufacturing companies listed on Jakarta Stock Exchange. The background of this research is based on the fact that dividend policy creates two opposite effects. On one side, dividend payment in gross will be able to improve the share?s market price, but on the other side, dividend payment in gross will also reduce the price because of increase in dependency on external fund sources , therefore will reduce the level of company growth.
The target of this research is to obtain knowledge on whether cash ratio (CR), debt to equity ratio (DER), equity to total asset ratio (ETAR), return on investment (ROI), earning per share (EPS), growth sales (GS), and size of company (SIZE) have effects partially on dividend per share (DPS), and which among them has the most significant influence on public manufacturing companies? DPS listed on Jakarta Stock Exchange between the year of 2000 and 2004. Panel data analysis indicates that partially only the variable of earning per share (EPS) has the significant influence. The result for fixed effect and random effect tests on this model shows that there are no fixed and random effects on applied model. Therefore it can be concluded that the equation model which is used in this research is efficient enough and not deflect."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T24101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ardiansyah
"Penelitan ini bertujuan untuk mencari suatu model estimasi imbal hasil yang sesuai untuk kondisi pasar seperti di Bursa Efek Jakarta. Hal ini menjadi penting mengingat dalam penilaian sekuritas seperti saham dibutuhkan suatu tingkat imbal hasil yang wajar, yang mencerminkan semua risiko yang relevan.
Salah satu model estimasi imbal hasil yang diharapkan adalah Arbitrage Pricing Theory (APT). Konsep APT didasari oleh hukum satu harga (the law of one price), yaitu bahwa dua sekuritas yang memiliki karakteristik yang sama tidak dapat ditransaksikan pada harga yang berbeda. Jika sekuritas tersebut ditransaksikan dengan harga yang berbeda maka akan terjadt abitrage dengan membeli sekuritas yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga akan diperoleh tingkat imbal hasil tanpa menanggung risiko. Hukum satu harga diasumsikan berlaku karena sekuritas-sekuritas di bursa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama (common factors), yang bersumber dari berbagai variabel makro ekonomi seperti, suku bunga, inflasi* fluktuasi kurs, perkembangan harga minyak, dan sebagainya. Dengan demikian, penelitian mengenai APT pada prinsipnya berupaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor makro ekonomi yang diduga mempengaruhi imbal hasil saham di suatu bursa.
Pada penelitian ini, proses identifikasi faktor dilakukan secara intuitif yang bersumber dari berbagai referensi dan penelitian-penefitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian, diidentifikasi sebanyak delapan belas variabel ekonomi makro yang diduga mempengaruhi tingkat imbal hasil rata-rata saham di BEJ selama periode waktu Januari 2001 sampai dengan September 2002. Faktor-faktor tersebut adalah : suku bunga SBI, suku bunga deposito bank pemerintah, suku bunga kredit, suku bunga investasi, tingkat produksi agregat (PDB), jumlah uang beredar, inflasi, pembelian bersih oleh investor asing, tingkat diskonto bank sentral Amerika dan Jepang, nilai tukar Rupiah terhadap Yen Jepang dan Dollar Amerika, indeks Nikkei, indeks Hanseng, dan indeks Dow Jones, perkembangan harga emas dunia, serta perkembangan harga minyak dunia.
Kemudian dilakukan analisis cross-sectional dan uji statistik (/ test dan F test) untuk memverifikasi atau menolak ke-delapan belas variabel tersebut sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat imbal hasil rata-rata saham di BEJ.
Hasil akhir menyebutkan hanya lima faktor yang signifikan (dimana t hitting lebih besar dari ( tabel, dan F hitting lebih besar dari F tabel) yaitu, suku bunga deposito bank pemerintah, tingkat diskonto bank sentral Amerika, perkembangan harga emas dunia, perkembangan harga minyak dunia, dan pembelian bersih investor asing di BEJ. Kemampuan menjelaskan faktor-faktor yang diidentifikasi (R2) sebesar 35,5%, sehingga 64,5% dari variasi tingkat imbal hasil rata-rata saham di BEJ disebabkan oleh faktor-faktor lain yang belum diidentifikasi.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pengujian APT pada penelitian ini sangat tergantung pada sejauh mana variabel-variabel ekonomi yang digunakan mampu menjelaskan variasi tingkat imbal hasil rata-rata saham di BEJ. Dengan semakin banyaknya saham yang diamati (268 saham), dan semakin panjangnya periode waktu pengamatan maka akan semakin banyak variabel yang harus di dipertimbangkan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyanda
"Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan bursa luar negeri adalah alternatif untuk memperluas kepemilikan saham oleh investor dalam dan luar negeri dan dalam rangka mendekatkan diri dengan para investor yang belum mengenal perusahaan tersebut sebelumnya. Di antaranya adalah PT Indosat dan PT Telkom yang dual listing di BEJ dan New York Stock Exchange (NYSE).
Tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan berikut : pertama, apakah terdapat korelasi negatif antara imbal hasil (return) saham PT Indosat di BEJ dan di NYSE, dan antara imbal hasil saham PT Telkom di BEJ dan di NYSE ? Apabila terdapat korelasi negatif, maka dapat dibentuk suatu portofolio optimum. Kedua, adakah keuntungan arbitrase atas investasi saham-saham yang melakukan dual listing di BEJ dan NYSE akibat adanya perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika ? Ketiga, faktor-faktor apa yang menentukan imbal hasil (return) saham-saham yang dual listing di BEJ dan NYSE ?
Hubungan antara imbal hasil saham yang dual listing seperti saham PT Indosat dan PT Telkom di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan New York Stock Exchange (NYSE) dapat diamati melalui koefisien korelasi. Untuk menghitung koefisien korelasi digunakan rumus : pjj = a^ I (cjj x aj).
Imbal hasil saham atau return yang diharapkan sangatlah bervariasi tergantung dengan risiko pasar dan faktor-faktor lain di luar pasar. Hubungan antara imbal hasil sekuritas dengan risiko dapat diamati melalui analisis terhadap koefisien beta sekuritas dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan pendekatan Security Market Line (SML). Koefisien beta (P) dapat dihitung dengan persamaan : (3j = <7j pjm / om = °~im / O m.
Sehubungan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika, maka perdagangan saham perusahaan yang dual listing sangatlah rentan terhadap kemungkinan transaksi arbitrase. Kemungkinan terjadinya transaksi arbitrase atas saham-saham yang dual listing tersebut, dapat diamati dengan menggunakan International Fisher Effect, yaitu : (l+rH)/(l+rF) =e,/e0.
Selain ditentukan oleh risiko pasar, imbal hasil saham juga ditentukan oleh faktor-faktor di luar pasar. Metode pendekatan ini adalah Arbitrage Pricing Theory (APT). Melalui model dengan 3 faktor, yaitu Faktor T-Bills, Faktor Certificate of Deposit dan Faktor Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, diamati signifikansinya dalam menentukan imbal hasil suatu sekuritas. Model APT dengan 3 faktor dirumuskan sebagai berikut: E(r) = a + Pi-Bills F(T-Bills) + PuS-CD F(US-CD) + PRp-sF(Rp-S)-
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari PT Indosat, PT Telkom, Bursa Efek Jakarta, Bursa NYSE, Bank Indonesia dan Federal Reserve Amerika Serikat. Data yang diamati merupakan data historis yang dikumpulkan dari tahun 1997 sampai 2001. Data pengamatan merupakan data bulanan, yaitu data periode awal dan akhir bulan serta data pada bulan yang bersangkutan.
Hasil penelitian memberikan gambaran, pertama, tidak adanya korelasi negatif antara imbal hasil saham yang listing di BEJ dan yang listing di NYSE. Kedua, dimungkinkan terjadinya keuntungan arbitrase atas investasi saham-saham yang dual listing di BEJ dan NYSE akibat adanya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Ketiga, faktor-faktor T-Bills, Certificate of Deposit (CD) dan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika sangat menentukan imbal hasil saham yang dual listing baik di BEJ maupun di NYSE dalam Model APT dengan 3 faktor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pudjo Irianto
"Informasi Laporan keuangan perusahaan relatif sangat penting karena merupakan kunci yang mencatat aktivitas perusahaan dan sebagai kartu angka untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Dalam aktivitas di pasar modal laporan keuangan perusahaan yang telah go public merupakan salah satu informasi yang tersedia bagi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham perusahaan. Informasi laba akuntansi (biasanya diukur dengan earning per share atau EPS) merupakan informasi yang bisa diperoleh dari laporan keuangan.
Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ball dan Brown (1968), Foster et all (1984) serta Bernard & Thomas (1990) diketemukan bahwa setelah laba akuntansi diumumkan harga saham cenderung terus meningkat harganya untuk saham yang mengalami kenaikan laba dan harga saham cenderung turun untuk saham yang mengalami penurunan laba. Selanjutnya Biddle dart Scow (1991), Collins dan Kothari (1989) serta Easton dan Zmijewski (1989) menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kaitan antara laba akuntansi dengan harga saham adalah tingkat resiko (n), ukuran perusahaan, persisten laba, keuntungan bebas resiko (rt.).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengumuman laba akuntansi mempunyai pengaruh terhadap perkembangan harga saham (reaksi pasar) setelah pengumuman laba akuntansi dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi kaitan antara pengumuman laba akuntansi dengan perkembangan harga sahamnya (Earnings Response Coefficient).
Periode penelitian dimulai tahun 1993 sampai dengan 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go public yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Dalam penelitian ini dilakukan langkah :
1. Menghitung kaitan antara pengumuman laba akuntansi dengan perkembangan harga saham. Laba akuntansi dikelompokkan dalam: a) Kelompok emiten dengan berita baik yaitu emiten yang laba akuntansinya lebih besar dari laba akuntansi tahun sebelumnya. b) Kelompok emiten dengan berita buruk yaitu emiten yang laba akuntansinya lebih kecil dari laba akuntansi tahun sebelumnya.
2. Memasukkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hubungan antara pengumuman laba akuntansi dengan harga saham (ERC). Juga dilakukan uji terhadap asumsi dasar klasik untuk mendapatkan best liner unbiased estimator (BLUE) yaitu uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji homokedastisitas.
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, pengumuman laba akuntansi mempunyai hubungan dengan perkembangan harga saham signifikan. Dimana kelompok kelompok saham yang laba akuntansinya lebih besar dari laba akuntansi tahun sebelumnya cenderung mengalami kenaikan harga sahamnya satu minggu setelah pengumuman dan pada kelompok saham yang laba akuntansinya lebih kecil dari laba akuntansi tahun sebelumnya cenderung mengalami penurunan harga sahamnya satu minggu setelah pengumuman. Sehingga pengumuman laba akuntansi mempunyai kandungan informasi (relatif kecil) yang relevan mempengaruhi perkembangan harga sahamnya dan menyebabkan investor memperoleh abnormal return. Selanjutnya diketemukan pula bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kaitan antara pengumuman laba akuntansi dengan harga sahamnya (ERC) adalah tingkat resiko U3) yaitu berbanding terbalik, ukuran perusahaan (FS), kepemilikan investor asing (FIO) berbanding."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmansyah
"Aktivitas Bursa Efek Jakarta (BEJ) mengalami periode "booming? pada tahun 1989 dan 1990 setelah Pemerintah mengeluarkan serangkaian paket kebijaksanaan. Bursa Efek Jakarta menunjukkan gejala kelesuan pada tahun 1991 dan 1992, keadaan ini ditandai dengan turunnya Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) dan Volume Perdagangan Sahara, meskipun jumlah perusahaan yang go-public bertambah banyak. Dan pada tahun 1993, 1994 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai naik secara perlahan,ini berpengaruh pada pendapatan saham secara keseluruhan di Pasar, hal ini tentunya juga mempunyai pengaruh terhadap resiko investasi saham di Bursa Efek Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perusahaan Asuransi General di BEJ dilihat secara makro yaitu variabel-variabel pertumbuhan Ekonomi, tingkat bunga deposito, inflasi, Nilai tukar kurs US $ terhadap rupiah secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap resiko sistimatis. Sedangkan secara partial pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga deposito, inflasi dan nilai tukar kurs US$ terhadap rupiah mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap resiko sistimatis. Secara mikro yaitu variabel-variabel struktur modal, operating leverage, ukuran perusahaan, tingkat likuiditas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap resiko tidak sistimatis. Secara partial struktur modal, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap resiko tidak sistimatis, sedangkan operating leverage tidak mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap resiko tidak sistimatis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan
"Aktivitas pasar modal sebagai salah satu potensi perekonomian nasional semakin menampakkan peranannya dalam penumbuhkembangkan perekonomian nasional. Dukungan sektor swasta di pasar modal merupakan kekuatan nasional yang berperan sebagai dinamisator aktivitas perekonomian nasional. Harga saham-saham di bursa selalu berfluktuasi, dapat bergerak naik atau turun, tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar menawar. Bursa saham menggolongkan perubahan harga saham dalam dua kategori yaitu persentase perubahan harga saham tertinggi tergolong dalam kategori perusahaan top gainer dan persentase perubahan harga saham terendah tergolong dalam kategori top looser. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Dalam penelitian ini, membahas tingkat profitabilitas, debt to assets ratio, debt to equity ratio, kepemilikan saham asing, segmen usaha, dan umur perusahaan mempengaruhi terhadap perubahan harga saham pada perusahaan kategori top gainer dan top looser.
Hasil penelitian dengan menggunakan Multiple Regression menunjukan bahwa profitabilitas, debt to assets ratio, debt to equity ratio, kepemilikan saham asing, segmen usaha, dan umur tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan kategori top loose. Berbeda pada kategori top gainer dimana kepemilikan saham asing memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham sementara profitabilitas, debt to assets ratio, debt to equity ratio segmen usaha, dan umur kepemilikan saham asing tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham.
Berdasarkan hasil pengujian rata-rata dengan menggunakan independent t test menunjukan bahwa rata-rata DAR, segmen usaha, dan umur perusahaan kategori top gainer lebih besar dibandingkan top looser. Sedangkan rata-rata profitabilitas, DER, dan kepemilikan saham perusahaan kategori top gainer lebih rendah dibandingkan top looser, dengan hasil statistik yang menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas rata-rata profitabilitas, DAR, DER, kepemilikan saham dan segmen antara perusahaan top gainer dan top looser. Sedangkan terdapat perbedaan pada rata-rata umur antara perusahaan top gainer dan top loose."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S9332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>