Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45715 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fromm, Erich
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia , 1995
320.53 FRO m (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fromm, Erich
New York: Rinehart, 1991
320.5 FRO s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Hadi Nugroho
"Tesis ini membahas kaitan antara perkembangan kapitalisme kontemporer dengan krisis modernitas yang melanda peradaban Barat di Abad ke-20 menurut sudut pandang Erich Fromm. Maksud khusus dari tesis ini adalah memperkenalkan sekaligus mengintegrasikan pemikiran Fromm ke dalam diskursus disiplin sosiologi kontemporer. Peneliti sangat yakin bahwa pemikiran Fromm akan sangat bermanfaat bagi perkembangan ke depan disiplin sosiologi. Kebaharuan pemikiran Fromm bagi sosiologi adalah untuk memperluas cakupan dan kedalaman analisa masalah sosial sampai ke wilayah yang paling fundamental, yakni mental dan kesadaran manusia.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik studi pustaka. Teknik studi pustaka mengambil dua bentuk, pertama adalah dengan analisa-deskriptif dan kedua adalah dengan analisa-komparasi. Teknik analisadeskriptif dilakukan dengan membaca pemikiran Fromm di sejumlah buku maupun jurnal yang berkaitan dengan tema yang telah dipilih. Sumber primer penelitian ini adalah buku The Sane Society. Sementara, teknik analisa-komparasi dilakukan dengan membandingkan pemikiran Fromm dengan pemikir sosial lain yang relevan dalam membahas tema yang sama. Untuk menambah kedalaman pemahaman dan menghindari bias interpretasi, Peneliti juga menambahkan teknik hermeunitika.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa krisis modernitas yang melanda Dunia Barat di abad ke-20 berkaitan erat dengan perkembangan kapitalisme kontemporer. Ironis bagi Fromm bahwa ketika peradaban Barat telah berhasil mencapai tingkat keberlimpahan kehidupan material yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah, justru di sana terjadi pemiskinan atau pemelaratan kehidupan batin. Manusia dikonversi layaknya benda. Meningkatnya angka kasus bunuh diri, pembunuhan, narkotika dan alkoholisme menjadi evidensi berkenaan dengan kekosongan kehidupan batin yang melanda manusia Barat. Fromm merekomendasikan usulan sebagai jalan pemecahan krisis, yang disebutnya sebagai "sosialisme komunitarian".

This thesis discusses the link between the development of contemporary capitalism with modernity crisis that hit Western civilization in the 20th century from the perspectives of Erich Fromm. The special purpose of this thesis is introduced at the same time integrating the discourse thought of Fromm into contemporary sociology discipline. The Researcher is very confident that Fromm thought would be very helpful for the future development of the discipline of sociology. The newest Fromm thought for sociology is to broaden the scope and depth of social issues analysis to the most fundamental areas, the mental and human consciousness.
This study is a qualitative study using the technique literature. Library research techniques take two forms, the first is the descriptive-analysis and the second is by comparison-analysis. Descriptive analysis techniques performed by reading Fromm thinking in a number of books and journals relating to the chosen theme. The primary source is the book The Sane Society. Meanwhile, technique comparison-analysis is done by comparing Fromm thoughts with other relevant social thinkers in discussing the same theme. To add to the depth of understanding and avoid interpretation bias, Researcher also added hermeunitika techniques.
This study concludes that the crisis of modernity that struck the Western World in the 20th century is closely related to the development of contemporary capitalism. Fromm ironic that when the Western civilization has managed to reach the level of abundance of material life that has never happened in the history, there actually occurs impoverishment or declineness inner life. Converted humans like objects. The increasing number of suicides, murders, drugs and alcoholism became void of evidence with respect to the inner life of human beings that hit the West. Fromm recommended proposals as a way of solving the crisis, which he called "communitarian-socialism".
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T43447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calvin Geraldo Sugiarto
"Masyarakat kontrol telah menggantikan masyarakat disiplin sebagai tatanan yang mengglobal.
Masyarakat kontrol tidak dapat terlepas dari teknologi yang hampir selalu berdampingan dalam
kehidupan. Sementara itu, kemajuan teknologi dengan rasionalitasnya cenderung hadir sebagai alat
pendukung bagaimana mendisiplinkan dan mengontrol individu atau masyarakat. Maka dari itu,
bentuk-bentuk pengontrolan pada masa modern dapat ditemukan di pabrik-pabrik industri besar yang
di dalamnya terdapat mesin-mesin dengan teknologi canggih. Itu yang mengakibatkan individu atau
masyarakat semakin sulit untuk melepaskan diri karena sifat-sifat produktif yang melekat pada
teknologi yang dimiliki oleh para kapitalis, di mana tempat individu bekerja dan hanya
ketidakbebasanlah yang akhirnya didapat. Zaman berganti secara historis dan kontemporer hadir
dengan bentuk pengontrolan baru yang lebih fleksibel dan terbuka. Kapitalisme pada era industri
digantikan dengan teknokapitalisme yang berfokus pada korporatismenya. Menurut saya,
pengontrolan dengan rasionalitas teknologi akan tetap terjadi dikarenakan adanya suatu usaha
pengejaran produktivitas dan pemuasan konsumsi dengan penggunaan efisiensi. Efisiensi hampir
selalu mengiringi penciptaan teknologi baru atau bentuk-bentuk organisasi teknis yang baru. Jadi,
pada artikel ini efisiensi menjadi penting sekaligus masih jarang dijadikan titik untuk melihat
bagaimana rasionalitas teknologi yang mengontrol dan dilakukan oleh teknokapitalisme, serta untuk
mengetahui alternatif apa yang dapat ditawarkan atas masalah tersebut.

The control society has replaced the discipline society as a globalized order. Control society cannot
be separated from technology that almost always coexists in life. Meanwhile, technological progress
with its rationality tends to be present as a supporting tool for how to discipline and control
individuals or society. Therefore, forms of control in modern times can be found in large industrial
factories in which there are machines with advanced technology. That is what makes it more difficult
for individuals or communities to escape because of the productive traits inherent in the technology
possessed by the capitalists, where the individual works and only freedom is ultimately obtained.
Times change historically and contemporary comes with a new form of control that is more flexible
and open. Capitalism in the industrial era was replaced by technocapitalism which focused on
corporatism. According to the authors, the control of technological rationality will still occur because
of an effort to pursue productivity and satisfaction of consumption with the use of efficiency.
Efficiency almost always accompanies the creation of new technology or new forms of technical
organization. So, in this article efficiency is important and at the same time it is rarely used as a point
to see how the rationality of technology that controls and is carried out by technocapitalism and to
find out what alternatives can be offered to the problem."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Erdi Rujikartawi
"Pemikiran mengenai cara pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat telah banyak dikemukakan, sehingga konsep pembangunan memiliki kekhasannya tersendiri dan masing-masing memiliki kelemahan serta kelebihan.
Amartya sen mengungkapkan pemikiran kebebasan untuk mensiasati pembangunan yang dilakukan oleh negara. Kebebasan ini dapat digunakan sebagai tujuan pembangunan (Constitutive Freedom) dan sekaligus sebagai cara pembangunan (Instrumental Freedom). Sebagai tujuan pembangunan kebebasan ini dapat berakibat langsung terhadap pengangkatan hak-hak azasi manusia sehingga terhindarnya masyarakat dari berbagai ketertindasan akibat pembangunan. Sedangkan kebebasan sebagai cara dapat digunakan sebagai penunjang dan mempercepat keberhasilan pembangunan. Terdapat lima cara, pertama kebebasan politik (political freedom), kedua fasilitas ekonomi (economic facilities), ketiga peluang- peluang sosial (social opportunities), keempat jaminan keterbukaan (transparency guarantes), dan kelima perlindungan keamanan (protective security).
Kedua kebebasan ini dapat berakibat langsung bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat dapat berpartisipasi atau berperan aktif serta kreatif dalam alam pembangunan. Aktif serta kreatifnya masyarakat dalam kehidupannya disebabkan adanya kebebasan yang diciptakan oleh pemerintah melalui kebijakan pembangunan. Kebijakan pembangunan yang berdasarkan kebebasan akan berdampak masyarakat mampu mengembangkan dirinya serta dapat memberikan sumbangsih langsung bagi pembangunan. Sehingga pembangunan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja akan tetapi melibatkan peran serta masyarakat. Karena pada akhirnya pembangunan ditujukan guna mengangkat nilai serta kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat yang bebas adalah masyarakat yang mampu menentukan segala yang menjadi pilihannya, pilihan yang dilakukannya untuk kepentingan pemenuhan hidupnya. Adanya kebebasan ini menjadikan masyarakat terhindar dari berbagai kekurangan dan bencana yang berakibat lebih fatal. Dengan adanya kebebasan ini pula menjadikan masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhan hidup serta memiliki peluang yang lebih besar untuk menentukan segala yang menjadi pilihannya. Dengan demikian kebebasan ini pada akhirnya dapat menjadikan masyarakat lebih peduli terhadap pembangunan dan dapat menjadikan masyarakat lebih mampu untuk menjalankan hidupnya lebih baik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawan Prasetyo
"Lanskap adalah assemblage dari komunitas-komunitas berbeda yang membentuknya. Komunitas-komunitas itu terbangun dari manusia maupun selain-dari-manusia. Studi ini melihat bagaimana komunitas-komunitas itu saling berinteraksi dalam relasi-relasi multispesies dan bagaimana mereka membentuk lanskapnya. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan penelusuran pada sejarah komodifikasi di pesisir Sawai, studi ini mencoba untuk melacak jejak-jejak itu. Skripsi ini mengkritik pendekatan-pendekatan yang melihat antroposen dan kapitalisme sebagai fenomena singular dan linier. Dalam skripsi ini, Saya berargumen bahwa kapitalisme sebagai pengaturan ekonomi tidak bisa dipisahkan dari transformasi lanskap. Sebabnya, kategori-kategori sosial dan biologis berada dalam kelindan-kelindan dan assemblage yang saling bertumpuk dan mewujud dalam lanskap. Lanskap dengan itu tersusun dari bentuk-bentuk praktik sosial yang terdiri dari berbagai dunia yang berbeda; kapitalisme yang plural, modernitas yang plural, dan sejarah lanskap yang plural. Praktik penerjemahan dan mediasi atas pluralitas itu yang kemudian menghasilkan komoditas dan kekerasan kapitalis dan kekerasan lingkungan.

Landscape is an assemblage of plural communities. These communities consist of both human and more-than-human. This study sees how those communities interact within multispecies relations and how they form their landscape. Using participant observation, in-depth interview, and historical tracing of commodification in Sawai, this study aims to trace landscape formation. This study argues against the singular and linear anthropocene and capitalism. In this thesis I propose that capitalism as economic system cannot be separated from landscape transformation since both nature and culture consists of mutual entanglement within overlapping assemblages that are observable in landscape formation. Landscape then, consists of worlds: plural capitalism, plural modernity, plural histories of landscape. Capitalist commodity and both capitalist and environmental violence then, are the results of translation and mediation of those plural practices. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giddens, Anthony
Yogyakarta: IRCisoD, 2003
330.122 GID bt (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Machan, Tibor R.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006
323.44 MAC lt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"It is wisely advised that Indonesians need to think of sane and insanity society while they enjoy growing development. As a developing country, Indonesia is known to be located between two oceans and two big continents and inevitably is an open “conflicting” area for several parties. The parties are conflicting for ideological reasons, economical reasons, technological reasons and other reasons which may influence a society's behavior. Alienation and insanity might inevitably come as consequences for Indonesia. The Indonesia development, however, is designed for so-called “a whole Indonesian,“ and the development basis is the Pancasila. It is now questioned if the Pancasila a perfect basis for prosperous healthy society and if it is a right basis for mentally health personality development. In order to answer these questions, the writer tried to trace the problems in Indonesian society development and Erich Fromm's ideas on sane society. It is found that there were complimentary themes between Indonesians need and Fromm's Ideas"
PSJUILP 1:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dagun, Save M.
Jakarta: Rineka Cipta, 1992
306.3 DAG s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>