Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1857 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Billings, Evelyn
Australia: Anne ODonovan , 1980
613.94 BIL b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini
"Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana. Sejak otonomi daerah program KB banyak mengalami perubahan/kendala yang mengakibatkan turunnya tingkat pemakaian alat kontrasepsi terutama penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang. Cakupan akseptor KB aktif di Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari yang terdiri dari 2 buah Puskesmas, yaitu Puskesmas Kemaraya dan Puskesmas Benu-Benua, baru mencapai 65%, masih di bawah target Nasional yaitu 75%.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi Dalam penelitian adalah seluruh pasangan usia subur yang berjumlah 7.617 orang dengan besar sampel 210 orang yang diambil secara cluster random sampling. Data dianalisa dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi lebih banyak pada mereka yang memiliki pengetahuan baik (p-value = 0,000), sikap yang positif (p-value = 0,000), kepercayaan baik terhadap alat kontrasepsi (p-value = 0,013), informasi yang cukup mengenai alat kontrasepsi (p-value = 0,002) serta dukungan yang baik dari suami (p-value = 0,001) sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut ada hubungan yang signifikan dengan penggunaan alat kontrasepsi.
Petugas kesehatan disarankan untuk memberikan KIE ( Komunikasi Informasi dan Edukasi) kepada setiap pasangan usia subur sehingga mereka memiliki pengetahuan yang baik, sikap positif dan meyakini dengan benar mengenai alat kontrasepsi yang digunakan

One of effort had been made by government to lower population growth rate are through family planning program. Since region autonomy, family planing program had many changes/problems which caused of decreasing amount of using contraception tools, especially long-term of using contraception tools. Range of active KB acceptor in Sub-district of West Kendari consists of 2 public health center, namely public health center Kemaraya and public health center Benu-Benua which reach 65%, still below of national target 75%.
This study is a descriptive study by cross sectional design. Population in this study are all of couples of child-bearing age amounted 7,617 people, with large of samples are 210 people taken as cluster random sampling. Data analyzed using chi square test on confidence level of 95%.
Study result shows that using of contraception tools carried by them who have good knowledge (p-value = 0.001), positive attitude (pvalue = 0.001), good trust for contraception tools (p-value = 0.013), adequate information about contraception tool (p-value = 0.002) and good support from husband (p-value = 0.001), for conclusion, there are significant relationship in these factors to using contraception tools.
Health provider was suggested to implement Information Communication and Education to every couples of childbearing age in order that they have good knowledge, positive attitude, and trust in using contraception tools.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nukman Helwi Moeloek
"ABSTRAK
Tersedianya berbagai macam kontrasepsi memungkinkan seseorang memakai kontrasepsi sesuai dengan keinginannya, sehingga semakin banyak macam kontrasepsi yang tersedia, semakin besar pula kemungkinan seorang akan memakai kontrasepsi.
Saat ini telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari kontrasepsi medikamentosa untuk pria yang efektif dan aman, namun sampai sekarang kontrasepsi tersebut belum diperoleh, hal ini disebabkan pengembangan cara pengendalian kesuburan pria lebih sulit daripada wanita. Seorang pria setiap hari dapat memproduksi jutaan spermatozoa, sedangkan seorang wanita hanya melepaskan sebuah sel telur setiap bulan. Selain itu pil atau suntikan KB untuk pria harus tidak boleh menimbulkan efek samping yang membahayakan. Kontrasepsi medikamentosa yang telah banyak diteliti dan bersifat aman serta mempunyai efek paling besar dalam menekan produksi sperma adalah kombinasi androgen dengan progestin. Kombinasi androgen dengan progestin yang telah diteliti yaitu Testosteron enantat (TE) dengan Depo Medroksiprogesteron asetat (DMPA) dan 19 Nortestosteron heksil oksifenilpropionat (19NT) dengan DMPA, namun kedua kombinasi obat tersebut belum dapat menimbulkan azoospermia sampai atau mendekati 100%. Sebenarnya kontrasepsi pria yang efektif tidak perlu mencapai azoospermia, tetapi dapat pula dengan cara menimbulkan suatu keadaan ejakulat yang infertil. Sebaliknya walaupun masih ada beberapa spermatozoa tetapi bila fungsinya masih baik, ejakulat tersebut masih fertil. Untuk mengetahui kemampuan fertilitas spermatozoa yang masih ada di dalam ejakulat dapat dilakukan uji fungsi sperma.
Salah satu cara untuk menguji fungsi sperma ialah dengan uji penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks. Getah serviks merupakan barier pertama yang dihadapi oleh spermatozoa di traktus reproduksi wanita. Penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks secara in vitro di dalam pipa kapiler dikatakan cukup bila mencapai 3 cm atau lebih. Telah dibuktikan pula bahwa getah serviks sapi dapat dipakai sebagai pengganti getah serviks manusia di dalam menguji fungsi spermatozoa, karena getah serviks sapi mempunyai sifat yang sama dengan getah serviks manusia. Bila dilihat integritas membran spermatozoa (diperiksa dengan uji HOS = hypoosmotic swelling), maka integritas membran spermatozoa dikatakan buruk bila uji HOS t 50%.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut ingin diketahui apakah penyuntikan kedua kombinasi obat TE + DMPA dan 19NT + DMPA pada pria fertil dapat mengakibatkan penetrasi spermatozoa mereka ke dalam getah serviks sapi secara in vitro tidak bisa mencapai jarak 3 cm atau lebih dalam. Penelitian ini juga ingin mengetahui apakah penyuntikan kedua kombinasi obat tersebut akan menurunkan integritas membran spermatozoa serta menurunkan konsentrasi spermatozoa, morfologi normal spermatozoa dan motilitas spermatozoa.
Tujuan utama penelitian ini ialah untuk menurunkan kesuburan pria agar di masa yang akan datang dapat diperoleh kontrasepsi pria yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu diteliti pengaruh penyuntikan kombinasi TE + DMPA dan 19NT + DMPA pada pria fertil terhadap :
1. penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks sapi serta perbandingan pengaruh kedua kombinasi obat tersebut terhadap penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks sapi, dan
2. integritas membran spermatozoa.
Pada penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah:
Hipotesis utama, yaitu:
Kombinasi TE + DMPA dan 19NT + DMPA pada 12 minggu masa penyuntikan terhadap pria fertil akan menyebabkan tidak adanya spermatozoa yang dapat melakukan penetrasi ke dalam getah serviks sapi secara in vitro lebih dalam daripada jarak 3 cm.
Hipotesis kerja, ialah hipotesis yang mendukung hipotesis utama, yaitu:
Penyuntikan TE + DMPA dan 19NT + DMPA pada pria fertil akan menurunkan :
1. konsentrasi spermatozoa,
2. morfologi normal spermatozoa,
3. motilitas spermatozoa, dan
4. integritas membran spermatozoa.
Usulan penelitian ini telah diajukan dan diperoleh persetujuannya dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Dekan FKUI. Pernyataan kesediaan dan persetujuan secara tertulis diperoleh dari setiap relawan. Empat puluh relawan pria sehat (umur antara 21-45 tahun) yang telah mempunyai anak sekurang-kurangnya satu orang dan telah diseleksi dengan pemeriksaan yang meliputi penilaian kesehatan umum, riwayat aktifitas seksual, analisis semen dan pemeriksaan darah normal (due Rail dalam interval 2 minggu) untuk diselidiki dalam penelitian ini. Penelitian ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1. Fase kontrol sebelum perlakuan
2. Fase perlakuan.
Pada fase kontrol sebelum perlakuan, dilakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik setiap relawan. Darah vena diambil untuk pemeriksaan hematologis dan kimia darah rutin. Kimia darah rutin meliputi pemeriksaan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase), SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase), Gamma-GT (Gamma glutamyl transpeptidase), fosfatase alkali, ureum dan kreatinin. Dua contoh semen dianalisis dengan jarak 2 minggu. Kemudian relawan dibagi dalam 2 kelompok secara acak yaitu kelompok yang akan diberi TE 200 mg dan kelompok yang akan diberi 19NT 200 mg.
Pada fase perlakuan, TE 200 mg atau 19NT 200 mg disuntikkan intramuskular tiap minggu mulai minggu ke 0 sampai dengan minggu ke 5. Sesudah itu dilanjutkan setiap 3 minggu sekali sampai dengan minggu ke 24. DMPA 250 mg disuntikkan intramuskular pada tiap relawan mulai minggu ke 0 dilanjutkan tiap 6 minggu sekali sampai dengan minggu ke 18. Pemeriksaan analisis semen dilakukan tiap 3 minggu sekali. Pemeriksaan darah dilakukan tiap 6 minggu sekali.
Pada fase kontrol sebelum perlakuan dan fase perlakuan dari setiap semen yang diperoleh, dilakukan juga uji penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks sapi dan uji HOS.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu perlakuan penyuntikan TE + DMPA dan 19NT + DMPA pada pria fertil menyebabkan
a. mulai minggu ke 12 perlakuan tidak ada spermatozoa yang dapat melakukan penetrasi ke dalam getah serviks sapi secara in vitro pada jarak 2 cm dan 3 cm atau lebih dalam. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka hipotesis utama dapat diterima.
b, penurunan konsentrasi spermatozoa, morfologi normal spermatozoa, motilitas spermatozoa dan integritas membran spermatozoa. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan, bahwa hipotesis kerja dapat diterima.

ABSTRACT
The availability of various methods of contraception makes it possible for a person to use any method desired, so that we may say that the more methods available the more likely a person will make use of contraception.
Many researches are had been done to find contraceptive medicaments, which are both effective and safe. However, the development of methods to control male fertility is more complex than for women because the male can produce millions of sperm every day, while a woman only releases one ovum each month.
In addition, the pill or injection for the male, should not give raise any side effect of serious or dangerous nature?
Contraceptive medicaments that have already been widely investigated are of various combinations of androgens and progestins. Specific combinations of androgen and progestin that have been investigated are Testosterone enanthate (TE) together with Depo Medroxyprogesterone acetate (DMPA), and 19 Nortestosterone hexyloxyphenylpropionate (19NT) together with DMPA. Although neither of these combinations is as yet able to produce azoospermia up to or near 100%, an effective male contraceptive need not necessarily reach azoospermia and may be effective by producing a condition where the ejaculation is infertile. Conversely, if some sperms are still functioning well, the ejaculation is fertile.
One of the methods of testing sperm function is by testing sperm ability to penetrate the cervical mucus. Penetration of the sperm through cervical mucus is considered sufficient if it reaches 3 cm or more. It has also already been proved that bovine cervical mucus can be used instead of human cervical mucus in this test of sperm function, because bovine cervical mucus possesses similar characteristics as human cervical mucus. In addition, the sperm membrane integrity can be tested by the use of HOS test (hypoosmotic swelling test), the sperm membrane integrity is considered poor if the HOS test is t 50 %.
Thus it is desirable to know whether the injection of both combinations of TE + DMPA and 19NT + DMPA in fertile men can prevent sperms penetrating bovine cervical mucus for 3 cm or more. This research was also designed to know whether the injection of both combinations will reduce the sperm membrane integrity and sperm concentration, sperm morphology, and motility.
The main purpose of the present research is to study the effect on male fertility of injections consisting of combinations of TE + DMPA and 19NT + DMPA in fertile men relating to: Sperm penetration of bovine cervical mucus and at the same time to compare the effects of both combinations relating to sperm penetration of cervical mucus.
Sperm membrane integrity.
In this research the hypothesis to be tested is the main hypothesis, i.e.:
That combinations of TE + DMPA and I9NT + DMPA during a 12-week period of injections of fertile men will cause the absence of sperms able to penetrate bovine cervical mucus in vitro for more than a distance of 3 cm.
The working hypothesis, i.e. the hypothesis that support the main hypothesis, is:
That injections of TE + DMPA and 19NT + DMPA in fertile men will reduce:
1. Sperm concentration
2. Sperm morphology
3. Sperm motility
Sperm membrane integrity.
This research has been approved by the approval of the Research Ethics Commission, Faculty of Medicine, University of Indonesia and the Dean of Faculty of Medicine, University of Indonesia.
A declaration of approval and readiness has been, obtained in writing from each volunteer. Forty healthy male volunteers, aged between 21-45 years and who have at least one child, have been selected for this investigation. An evaluation encompassing general health, history of sexual activity, semen analysis and blood examination (twice at intervals of 2 weeks) were investigated for this research.
This research is divided into 2 stages, i.e.
1. The control phase prior to treatment.
2. Treatment phase.
In the control phase prior to treatment, a complete history was taken and physical examination was made of each volunteer. In addition venous blood is taken for hematological examination and routine blood chemistry. Two semen samples are taken 2 weeks apart for analysis. The volunteers are then divided into 2 groups, i.e. those receiving TE 200 mg and those receiving 19NT 200 mg.
In the treatment phase, TE 200 mg or 19NT 200 mg is injected intramuscularly each week starting at week zero up to the sixth week. The treatment is continued every 3 weeks after the sixth week up to the twenty-fourth week. DMPA 250 mg is injected intramuscularly at week zero, and continued every 6 weeks up to the 18th week. Examination of semen is made once every three weeks. Blood examination is made once every 6 weeks.
In the control phase prior to treatment, and in the treatment phase, every semen sample collected tested for penetration of bovine cervical mucus and for sperm membrane integrity by the HOS test.
Results obtained in the present research show that after injection of TE + DMPA and 19NT + DMPA in fertile men: Starting at the 12th week of treatment there is an absence of sperm able to penetrate the bovine cervical mucus in vitro at distances of 2 cm and 3 cm or more. Based on the results, the main hypothesis is accepted.
There is a reduction in sperm concentration, morphology, motility and sperm membrane integrity. The results obtained in the research indicate that the working hypothesis is accepted.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
D215
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pincus, Gregory
New York: Academic Press, 1965
613.94 PIN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pincus, Gregory
New York: Academic, 1965
301.321 PIN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Febriana
"Pemahaman yang baik tentang peran pria dalam pembentukan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang ideal dapat berdampak baik dalam program keluarga berencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediktor penggunaan kontrasepsi modern dan preferensi fertilitas pada pria yang aktif secara seksual di Indonesia. Sumber data merupakan data gambaran nasional Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 pria kawin usia 15-54 tahun. Analisis dibatasi pada 9.277 pria yang dilaporkan aktif secara seksual dalam 12 bulan terakhir sebelum survei dilakukan, berstatus menikah, dan tinggal bersama istri. Penelitian ini menggunakan uji bivariat dan regresi logistik multinominal untuk mendapatkan prediktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi modern dan preferensi fertilitas pada pria yang aktif secara seksual. Signifikansi uji statistik dari analisis bivariat dan regresi logistik multinomial ditetapkan pada nilai p-value<0,05. Dari total 9.277 pria aktif seksual di Indonesia, 309 (3,3%) pria menggunakan metode kontrasepsi modern dan 8.970 (96,7%) tidak menggunakan kontrasepsi modern. Selain itu, dari jumlah sampel sebanyak 4.384 (47,2%) merupakan pria yang tidak menginginkan anak lagi dan 4.895 (52,8%) pria bimbang atau masih menginginkan anak lagi. Temuan dari regresi logistik bivariat dan multinominal menunjukkan bahwa tingkat pendidikan (OR=3,02; 95% CI: 1,72-5,31 ), tempat tinggal (OR=1,75; 95% CI: 1,18-2,58), indeks kekayaan (OR=3,57; 95% CI: 1,87- 9,50), status pekerjaan (OR=15,85; 95% CI: 1,83-96,76), jumlah anak hidup (OR=2,1; 95% CI: 1,35-3,24), istri menggunakan KB (OR=0,07; 95% CI: 0,05-0,11), keterpaparan melalui media (OR=1,83; 95% CI: 1,23-2,72), diskusi dengan petugas kesehatan (OR=0,47 ; 95% CI: 0,30-0,72), diskusi bersama istri (OR=2,71; 95% CI: 1,94-3,79), pengetahuan (OR=1,69; 95% CI: 1,23-2,32), dan preferensi fertilitas (OR=1,72; 95% CI: 1,22-2,43) berhubungan secara bermakna dengan penggunaan kontrasepsi modern pada pria yang aktif secara seksual. Hasil lain ditemukan bahwa usia (OR=4,55; 95% CI: 3,87- 5,34), tingkat pendidikan (OR=0,77; 95% CI: 0,67-0,89), tempat tinggal (OR=1,26; 95% CI: 1,10-1,45), jumlah anak hidup (OR=13,2; 95% CI: 10,45-16,68), istri menggunakan KB (OR=1,32; 95% CI: 1,15-1,51), keterpaparan melalui media (OR=0,83; 95% CI: 0,72- 0,96), diskusi bersama istri (OR=0,86; 95% CI: 0,75-0,98), dan pengetahuan (OR = 1,28; 95% CI: 1,11-1,48) secara signifikan berhubungan dengan preferensi fertilitas pada pria yang tidak menginginkan anak lagi. Studi ini menunjukkan bahwa kebijakan dan program masa depan harus fokus pada intervensi dan mempromosikan kontrasepsi pria di media, mengatasi kesenjangan wilayah dalam aksesibilitas dan ketersediaan kontrasepsi modern, dan intervensi keluarga berencana di tingkat pendidikan menengah.

A good understanding of the role of men in the formation of an ideal family and reproductive health planning can have a good impact in a family planning program. This study seeks to the predictors of modern contraceptive use and fertility preference among sexually active men in Indonesia. The data source is the nationally representative 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) of men aged 15-54 years. The analysis is restricted to 9,277 men who reported being sexually active in the past 12 months prior to the survey, have a married status, and living with his wife. This research use bivariate and multinominal logistic regression to access predictors that influence modern contraceptive use and fertility preference among sexually active men. Bivariate and multivariable multinomial logistic regression analysis was conducted and statistical significance was set at p-value<0.05. From a total of 9,277 sexually active men in Indonesia, 309 (3,3%) used male modern contraception methods and 8,968 (96,7%) didn't use modern contraception. Besides that, from the total sample, 4,383 (47,2%) is the fertility preference of male that didn't want another child and 4,894 (52,8%) men indecisive or still want another child. Findings from the bivariate and multinominal logistic regression indicate that education (OR=3,02; 95% CI: 1,72-5,31 ), residence (OR=1,75; 95% CI: 1,18-2,58), wealth index(OR=3,57; 95% CI: 1,87-9,50), currently working (OR=13,32; 95% CI: 1,83-96,76), living children (OR=2,1; 95% CI: 1,35-3,24), istri menggunakan KB (OR=0,07; 95% CI: 0,05-0,11), access to media (OR=1,83; 95% CI: 1,23-2,72), disscuss with health worker (OR=0,47 ; 95% CI: 0,30-0,72), disscuss with wife (OR=2,71; 95% CI: 1,94-3,79), knowledge (OR=1,69; 95% CI: 1,23-2,32), dan fertility preference (OR=1,72; 95% CI: 1,22-2,43) were all significantly associated with modern contraceptive use among sexually active men. Other result finding that age (OR=4,55; 95% CI: 3,87-5,34), education level (OR=0,77; 95% CI: 0,67-0,89), residence (OR=1,26; 95% CI: 1,10-1,45), living children (OR=13,2; 95% CI: 10,45- 16,68), wife using contraceptive (OR=1,32; 95% CI: 1,15-1,51), access to media (OR=0,83; 95% CI: 0,72-0,96), disscuss with wife (OR=0,86; 95% CI: 0,75-0,98), and knowledge (OR = 1,28; 95% CI: 1,11-1,48) were all significantly assosiated with fertility preference in a men who didn't want another child. These findings suggest that future policies and programs should focus on interventions and promoting men's contraception in media, addressing regional disparities in accessibility and availability of modern contraceptive, and interventions family planning in the middle of level education."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Damayanti
"

Perubahan yang terjadi pada endometrium akibat penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin hingga kini masih belum dieksplorasi lebih jauh, sehingga mekanisme perdarahan abnormal yang dialami para pemakainya masih belum jelas diketahui mekanismenya. Untuk itu telah dilakukan penelitian yang melihat ekspresi (intensitas pulasan dan kontinuitas) kolagen IV membran basal epitel permukaan endometrium pengguna Norplant® secara imunohistokimia. Tujuh belas jaringan endometrium pengguna Norplante hasil biopsi didapatkan dari Klinik Raden Saleh Jakarta, sedangkan 12 endometrium normal didapatkan dari Monash Medical Centre, Victoria, Australia. Penelitian difokuskan pada 3 kelompok subjek, yaitu kelompok normal, kelompok Light Bleeders dan kelompok Heavy Bleeders. Dikemukakan hipotesis bahwa terdapat perbedaan ekspresi kolagen IV membran basal epitel permukaan antara endometrium normal dengan pengguna Norplanto. Analisis statistik dengan uji Chi Kuadrat dan uji korelasi Spearman dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan ekspresi kolagen IV dan hubungan di antara kelompok-kelompok tersebut di atas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolagen IV membran basal epitel permukaan diekspresikan sepanjang siklus menstruasi endometrium normal. Intensitas pulasan kuat di sepanjang fase proliferasi awal hingga fase sekresi pertengahan dan menurun pada fase sekresi akhir dengan kontinuitas dipertahankan di sepanjang waktu tersebut. Tidak terdapat perbedaan intensitas pulasan kolagen IV antara endometrium normal dengan pengguna Norplant®, tetapi endometrium pengguna Norplant® tampak mengalami diskontinuitas (p=0,011) dengan kecenderungan diskontinuitas terjadi pada kelompok Norplant® yang mengalami perdarahan ringan (Light Bleeders) (p=0,059). Tidak terdapat hubungan antara lama pemakaian Norplant® dengan intensitas pulasan dan kontinuitas membran basal epitel permukaan endometrium.


The Expression of Collagen IV Of the Surface Epithelium Basement Membrane among Norplant® Users

The changes of endometrium morphology among progestin only contraception users have not been explored so far so that the mechanism responsible for progestogen-induced breakthrough bleeding remain unexplained. The aim of this study was to examine the expression of collagen IV as one of basement membrane components by im m unohistoche m istry In section of endometrium from women receiving the subdermal levonorgestrel implant (Norplant@) and normally cycling women. Twelve Control biopsies were obtained from normal subjects from Melbourne, Australia, and Norplant® biopsies were obtained from 17 women from Klinik Raden Saleh, Jakarta. It was hypothesized that in Norplant users, changes in basement membrane collagen IV expression were present.

Biopsies of Norplant® users showed that collagen IV immnostaining intensity were at least as intense as that found in the mid-late secretory phase of the normal cycle, but it exhibited discontinuity (p=0,011)_ The light bleeders though tends to exhibit discontinuity compared to the heavy bleeders (p=8,059). There was no correlation between the length of Norplant® exposure to the expression of collagen IV of basement membrane.

"
Lengkap +
2001
T1406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusro Hadi
"Program Keluarga Berencana merupakan suatu upaya dalam peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui; pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu metode KB yang terbaik untuk menjarangkan kelahiran anak dan merupakan alternatif pilihan kedua setelah Pil bagi pasangan muda yang ingin menunda kehamilannya, juga merupakan alternatif kedua setelah Kontap bagi pasangan tua yang ingin mengakhiri kehamilannya.
Pada kenyataannya di wilayah Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, persentase pemakaian AKDR relatif rendah (12,16%) bila dibandingkan dengan Nasional (20,04%), juga bila dilihat di Kabupaten Lampung Tengah (20,47%). Hal ini tentunya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR di wilayah tersebut, yang antara lain faktor-faktor peserta KB itu sendiri, faktor sarana prasarana dan faktor pemberi pelayanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor peserta KB dan hubungannya dengan pemakaian AKDR di Desa Purwodadi wilayah Kecamatan Trimurjo. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan responden 163 orang ibu-ibu peserta KB di desa Purwodadi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan uji univariat dan bivariat, dengan tehnik analisis Chi-Square dan Fisher Exact.
Hasil analisis Chi-Square menunjukkan dari 9 variabel, ada 2 variabel mempunyai hubungan, yaitu; Status bekerja istri dan keinginan menambah anak. Dalam rangka peningkatan pemakaian AKDR di wilayah Kecamatan Trimurjo,khususnya Desa Purwodadi perlu diupayakan beberapa hal yaitu; sasaran dalam memasyarakatkan pemakaian AKDR sebagai alat KB, khususnya bagi peserta KB Non AKDR , pada istri yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) dan bagi peserta KB yang masih mempunyai keinginan untuk menambah anak di kemudian hari.

Family Planning Program is one of the efforts to enhance awareness and participation of community by delaying the age of marriage, controlling birth spacing as well as increasing Family welfare. AKDR is one of the best method to regulate birth spacing and the second choice after Pill that most used by young couples who want to delay pregnancy and the old ones desire to end their fertility.
In fact, in Trimurjo Sub district, percentage of AKDR user is relatively low (12, 16%), compared to National figure (20, 04%), and Lampung Tengah regency (20,47%). I suppose that there should be many factors, which influence the low coverage of AKDR use in this Sub district. Those factors are Family Planning Participants, the means and also the providers.
This research is purposed to know the relation of Family Planning Participants factors, with the use of AKDR in Purwodadi Village, Trimurjo Sub district. The design of this research is Cross Sectional and analyzed by using Chi-Square and Fisher Exact.
The results of Chi-Square analysis indicate that of 9 variables there are 2 significant variables. The variables are the wife job status and the need of desired children. In order to increase the use of AKDR contraception especially in Purwodadi Village , I suggest that the target of AKDR should be directed to non AKDR user which the wife who have not job (house hold wife), as well as those who desired to have more children in the future.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsiah
"Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Dalam mewujudkan tujuan tersebut, program keluarga berencana nasional memakai beberapa metoda kontrasepsi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi fisik peserta KB itu sendiri. Menggunakan alat kontrasepsi merupakan salah satu metoda KB yang terbaik untuk mengatur kelahiran anak, AKDR merupakan alternatif pilihan bagi pasangan muda yang ingin menunda kehamilannya, juga merupakan alternatif kedua setelah kontap bagi pasangan tua yang ingin mengakhiri kehamilannya.
Di Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, persentase akseptor berdasarkan metode kontrasepsi adalah, suntik KB (47,58%), p11 (21,90%), implant (19,77%), AKDR (6,20%), khusus AKDR relatif rendah bila dibandingkan dengan nasional (13,6%), juga bila dilihat dari propinsi Sumatera Selatan (6,25%). Hal ini tentunya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR di wilayah tersebut salah satu diantara faktor tersebut adalah faktor sosial budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, dengan responden 102 orang akseptor KB. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Alasan responden memilih AKDI sebagian besar mengatakan aman (78,8%), sedangkan alasan tidak memakai AKDR mayoritas mengatakan takut efek samping (88,23%). Hasil analisis chi square menunjukkan adanya hubungan antara umur, pendidikan suami, jumlah anak hidup dan dukungan suami dalam memilih alat kontrasepsi. Analisis regresi logistik diperoleh faktor yang paling dominan adalah dukungan suami.
Dalam rangka meningkatkan pemakaian AKDR di wilayah khususnya Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung, perlu diberi KIE (komunikasi informasi dan edukasi) terutama ditujukan untuk PUS yang belum menggunakan alat kontrasepsi .

The Role of Husbans to Support to the Selection of Contraceptive Device on Family Planning Patient at Serasan Jaya Village, Soak Baru and Balai Agung Sub-Districts, Musi Banyuasin District, South Sumatera Province, 2002The National Family Planning Movement has double aims that are to increase mother and child welfare, and also to form prosperous and welfare of the small family norm (NIXBS). In parsing those goals, the National Family Planning Program used some contraceptive methods that adjusted to situation and condition of Family Planning physical patient herself The using of contraceptive device is one of the best Family Planning methods to arrange child birth, IUDs is the alternative selection for young couple who wants to postpone her pregnancy, it also second alternative after "kontap" for old couple who wants to ending her pregnancy.
In Sekayu Sub-District, Musi Banyuasin District, the percentage of acceptor based on contraceptive method are injectable (47,58%), pill (21,90%), implant (19,77%), IUDs (6,25%), especially for IUDs relative small if compared with national (13,6%), also when it seen at South Sumatera (6,25%). The factor that influences to lowering the use of IUDs on those areas, one of them is social-demographic.
The objective of this study is to know factors that were related in the selection of contraceptive device at Serasan Jaya, Soak Baru, and Balai Agung villages. The study design used cross-sectional, with the respondent is 102 acceptors of Family Planning. The data is collected by questionnaire, and then the data is analyzed by univariate, bivariate, and multivariate used technical analysis chi-square and regression logistic.
Reason of respondent selected IUDs the most of them are safety (78,8%), while the reason was not used IUDs, the majority of them afraid the side effects (88,23%). The result of chi-square analysis showed that there was relationship between age, husband's education, the number of live birth child, and husband's support in selecting the contraceptive device, Regression logistic analysis obtained that the most dominant factor is husband's support.
In order to improve the using of IUDs at the villages, especially at Serasan Jaya, Soak Baru and Balai Agung, it is need to provide Information, Education, and Communication) especially addressed to fertile-age couple.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Vanda Trigno
"Hubungan antara lama amenore dan jarak kehamilan telah dipelajari di banyak negara. Di Indonesia, lama amenore panjang, tapi banyak wanita menyusui yang menggunakan kontrasepsi pil pada saat yang bersamaan. Bila wanita postpartum mulai menggunakan pil, dia akan segera mendapatkan kembali siklus menstruasinya, dan menjadi fertil. Bila banyak diantara mereka berhenti menggunakan pil, maka kita akan kehilangan banyak masa amenore yang dapat menyebabkan jarak kehamilan yang lebih pendek. Agar dapat diperpanjang ada dua faktor penting yaitu laktasi (menjaga wanita tetap amenore) dan kontrasepsi.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari IFLS-2 yang diadakan pada tahun 1997-1998. Saat penggunaan piI berhubungan negatif dengan lama amenore. Tidak ada hubungan antara saat penggunaan pil dan jarak kehamilan, namun kehamilan dalam ≤ 18 bulan hanya terjadi pada ibu yang mulai menggunakan pil sejak amenore. Juga tidak ada hubungan antara lama amenore dan jarak kehamilan, tapi kemungkinan ibu yang lama amenore ≤ 8 bulan hamil dalam ≤ 18 bulan dua kali ibu yang lama amenorenya > 8 bulan. Untuk mendapat manfaat ASI sepenuhnya terhadap jarak kehamilan, sebaiknya penggunaan pil ditunda hingga amenore berakhir, dan sebaiknya ibu menggunakan metode amenore laktasi.

Analysis of Sociodemography Factors, Time to Start Pill Contraception, Duration of Amenorrhea, and Pregnancy Interval among Women in Childbearing Ages in Indonesia (A Secondary Data Analysis of IFLS-2 1997)The association between the amenorrhea period and birth intervals has been studied in many countries. In Indonesia, the mean duration of amenorrhea is long, but many lactating women using the pill at the same time. When postpartum women start using pill, she will soon get her menstrual cycle return, and become fertile. If many of these women stop taking the pill, then we will lose a lot of the amenorrhea period which will lead to a shorter birth interval. To extend the interval there are two important factors: lactation (keep women in amenorrhea state) and contraception.
This study presents a secondary data analysis from the IFLS-2 that was carried out in 1997-1998. The time to start pill has negative association with duration of amenorrhea. There is no association between time to start pill and pregnancy interval, but pregnancy within ≤ 18 months only occurs in women who start the pill while amenorrhea. There is also no association between duration of amenorrhea and pregnancy interval, but women with duration of amenorrhea ≤ 8 months are twice likely to have pregnancy interval ≤ 18 months then the women with > 8 months amenorrhea. To get the full advantages of lactation on the pregnancy interval, women should cancel using the pill until the amenorrhea has stop, and mother use the lactation amenorrhea method for best.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T9349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>