Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106614 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Canfield, Jack, 1944-
Jakarta: Grmedia,, 2004
242.33 CAN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Slijper, E.J.
Djakarta: Pembangunan, 1951
636 SLI mt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyu Susanto
"
Abstract
The aim of this study was to determine individual orangutan home ranges
and core areas and identify overlapping areas among individuals. The research
was conducted over 34 months, at Cabang Panti Research Station, Gunung Palung
National Park, West Kalimantan. Observations were conducted by focal animal
sampling, were taken 30 minutes points during focal follows. Data results show
that the average daily journey length of a female orangutan at Cabang Panti
was762 meters and the average length of a male was 748 meters. Based on
Kernel analysis, it was determined that a female orangutan home range area
occupies 33,6% of the research area on average, roughly quivalent to a male?s
home range, which occupies 36,9% of the research area. Meanwhile, the average
female orangutan core area was 36 ha and average male core area was 43 ha.
Among female orangutans, Beth was the adult female who had the largest overlap
area with the male ranges, wheareas Codet (a flanged male) and Zorro (an
unflanged male) had the largest overlap areas with the female ranges."
2012
T30919
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
128 CAN ct
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Poerweni Nooroel`ain Poespitasari
"Tidak ayal lagi bahwa pembangunan ekonomi akan selalu melibatkan alam karena di sanalah manusia membangun prasarana dan sarana fisik dan alam juga mempunyai potensi sumber daya yang harus digali. Seiring dengan pembangunan ekonomi, mulai muncul kesadaran bahwa kehidupan di muka bumi ini sangat bergantung kepada hutan-hutan yang berfungsi sebagai paru-paru bumi. Tetapi proses penghangusan alam berlangsung terus dan mengakibatkan pemusnahan berbagai species hewan dan tumbuhan.
Kebun Binatang sebagai salah satu bagian dari usaha yang memanfaatkan satwa saat ini dituntut untuk leblh banyak berperan dalam usaha perlindungan dan pelestarian alam daripada sekedar memperagakan koleksi satwa langkanya. Kebun Binatang Ragunan Jakarta sebagai salah satu pemain dalam usaha di atas menghadapi tuntutan yang serupa. Sebagai organisasi Badan Pengelola millik Pemda DKI Jakarta, maka KBR dituntut untuk lebih berperan dalam memasyarakatkan usaha perlindungan dan pelestarian alam.
Tujuan dari penulisan karya akhir ini adalah pada dasamya adalah untuk mengetahui strategi usaha yang telah dilakukan oleh KBR dalam menghadapi tuntutan tersebut. Demikian juga akan mempelajari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup KBR umumnya untuk mengungkapkan kekuatan, keterbatasan, kesempatan, dan ancaman yang mungkin dihadapi oleh KBR.
Melalui analisa Iingkungan internal, diperoleh gambaran bahwa KBR mempunyai kekuatan dalam hal pengalaman untuk mengelola usaha kebun binatang karena kehadiran KBR sudah ada sejak tahun 19M; memiliki sumber daya manusia yang cukup besar; didukung pembiayaan dari pemerintah, luas wilayah mencapai 135 Ha, dengan lebih dari 4000 specimen satwa dan 47.499 pohon.
Namun masih terdapat beberapa keterbatasan yang harus diperbaiki oleh KBR, seperti: rendahnya citra KBR sehingga orang enggan datang ke KBR, komposisi tingkat pendidikan dari sumber daya manusia yang tidak seimbang; anggaran yang terbatas dari pemerintah teknologi dan peralatan yang sudah usang sehingga dapat mengghambat pekerjaan dan minimnya sarana transportasi di dalam lokasi.
Sedangkan melalui analisa eksternal, KBR masih mempunyai prospek sebagai ruang publik yang terbuka hijau; adanya peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung usaha konservasi; tingkat pertumbuhan penduduk dan thigkat pendidikan yang semakin baik; serta perkembangan dari teknologi yang berkaitan dengan konservasi itu sendiri dan teknologi informasi.
Meskipun demikian ancaman yang harus dihadapi oleh KBR juga dinilai cukup besar karena: berkurangnya pengunjung karena krisis ekonomi dan faktor keamanan dari situasi poiltik yang tidak stabil; semakin banyaknya substitusi rekreasi; perkembangan kota yang pesai menyebabkan urbanisasi dan menjauhkan publik dan lingkungan dan KBR khususnya, sena menyebabkan wilayah Ragunan menjadi menarik untuk bisnis.
Berdasarkan kondisi lingkungan eksternal dan situasi internal yang dihadapi oleh KBR tersebut di atas maka untuk menyebarluaskan perhatian kepada konservasi adalah melalui pengunjung yang datang ke KBR dengan cara meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan 1siiitas Iayanan. Melaluì anailsa SLOT, KBR dapat menerapkan strateginya melalui: pengembangan satana pelayanan sebagai fasifitas sosial dan konservasi, melakukan pendidikan konservasi bekeijasama dengan sekolah-sekolah dan ìnstansi-instansi sebagai permulaan untuk mengenalkan upaya konservasi.
Anggaran yang terbatas dapat diatasi KBR dengan melakukan kerjasarna dengan pihak ketiga untuk memperbaiki dan meningkatkan fasilitas layanan dan konservasL Pelatlhan SDM sangat diperlukan untuk mengikuti perubahan-perubahan ini. KBR juga harus aktif dan teratur untuk melakukan promosi dan public relation tentang apa yang menjadi tugas, fiìngsi, dan sasaran yang ingin dicapai KBR., dan memberikan fakta-fakta tentang pentingnya konservasi kepada masyarakat luas. Agar program-program itu dapat tercapai maka perlu juga dikembangkan suatu sistem inforrnasi yang terintegrasi.
Sedangkan untuk mengatasi ancaman yang timbul dan keterbatasan perusahaan maka perlu ditinjau lagi struktur organlsasi KBR. Dan untuk lebih mengingatkan masyarakat tentang adanya KBR perlu dibuat suatu sirnbol, lambang, atan logo yang berhubungan dengan KBR."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asdi S. Dipodjojo
Djakarta: Gunung Agung, 1966
398.21 ASD s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
White, Elwyn Brooks
Jakarta : Dolphin, 2012
813 WHI l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, 1989
R 597.903 ENS
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Djamhuriyah S. Said
"Penelitian ini mendeskripsikan variasi kromosom dan karyotipe 5 spesies ikan pelangi Irian, yaitu Glossolepis incisus, Melanotaenia boesemani, M. lacustris, M. maccuilochi, dan M. praecox. Sel metafase diperoleh menggunakan teknik jaringan padat. Larva ikan direndam dalam kolkisin dosis 0,07--0,09% selama 7,5 -- 9,0 jam dan dianalisis setelah diwarnai dengan Giemsa.
Glossolepis incisus, M. boesemani, M.macculfochi, dan M. praecox masing-masing memiliki 48 kromosom diploid, sedangkan M. lacustris memiliki 46 kromosom diploid. Karyotipe G. incisusterdiri dari 7 pasang kromosom berbentuk subtelosentrik (ST), dan 17 pasang Iainnya berbentuk telosentrik ().
Karyotipe M. boesemani terdiri dari 4 pasang kromosom berbentuk ST dan 20 T, M maccullochi terdiri dari 4 pasang ST dan 20 T, dan M. praecox terdiri dari 1 ST dan 23 pasang Iainnya berbentuk T. Karyotipe M. lacustris terdiri dari 9 pasang submetasentrik (SM), 3 ST, dan 10 T. Selain itu pada M. lacustris juga diperoleh sepasang kromosom yang tidak identik yang diduga sebagai kromosom seks. Karyotipe Melanotaeniidae cenderung didominasi oleh bentuk T. Terdapat spesifikasi perlakuan kolkisin dalam memperoleh sel metafase dengan sebaran kromosom terbaik, dan terdapat keanekaragaman karyotipe pada 5 spesies ikan pelangi Irian. Perkerabatan antara G. incises dengan M. lacustris diduga relatif tidak dekat dibandingkan antara G. incisus dengan spesies lainnya.

Karyotipe and Hybridization of Irian's Rainbowfish, (Melanotaeniidae)Rainbowfish (Melanotaeniidae family) have several species (i.e. Melanotaenia, Glossolepis) that are endemic in Irian Jaya. Attractive color and shape of this fish have an economical value (especially the male fish) as the ornamental fish, that caused the exploitation of this fish so intensified. The problem of this fish are poor biological (genetics) information, and in rearing are low survival rate, growth rate, and male percentage. Therefore, a genetic research (such as cytogenetic) and genetic manipulation (i.e. hybridization) of this fish are needed.
Cytogenetic study of this fish was focussed on the karyotype to identify characteristics of chromosomes_ This research was conducted from March 2000 at Laboratory of Genetic and Fish Reproduction, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University, Darmaga Bogor. And further the hybridization is carried out to get a good performance of hybrid in case of growth rate, survival rate, and male percentage. This research was conducted from October 1999 at R & D Center for Limnology-LIPI, Cibinong-Bogor.
Fish samples (G. incisuslGi, M. boesemani/Mb, M. IacustrislMl, M. maccullochilMm, and M. praecox/Mp) were collected from R & D Center for Limnology-LIPI, Cibinong. Chromosome plates were prepared by solid tissue technique from 10-30 days old larvae and were analyzed after staining with Giemsa. Some larvae were exposed to 0.07-0.09 % colchicine for 7.5-9 hours, then to 0.075M KCI hypotonic solution for 90-100 minutes,and finally were fixed with Carnoy's solution. The intergenus hybridization (reciprocal) among these species by pairing a couple of broodstock of each species. Observation were conducted in three replicates on fertilization rate (FR), length of incubation period of hatching (LIP), hatching rate (HR), survival rate (SR), growth rate, and male percentage.
Diploid chromosomes number of these fish are 46-48. Karyotyping of G. incisus showed that 48 chromosomes consist of 7 subtelocentrics (ST) and 17 telocentrics (T). Karyotyping of M. boesemani showed 48 chromosomes consist of 4 ST and 20 T. Karyotyping of M. lacustris showed 46 chromosomes consist of 9 submetacentrics (SM), 3 ST, and 10 T with 1 ST and I T on the no.23. This result indicates that M. lacustris has a sex chromosome. Karyotyping of M. maccullochi showed 48 chromosomes consist of 4 ST and 20 T and karyotyping of M. praecox showed 48 chromosomes consist of 1 ST and 23 T. There were differences in chromosomes numbers and 13 chromosomes pairs between G. incisus and M. lacustris according to the morphological analysis. Based on these evidences, it is suggested that 2 species is not closely related compared to the others. The highest hatching rate was demonsrated from crossing between a G.incisus x M. lacustris, whereas crossing of a M.lacustris x G.incisus resulted a total mortality of embryos three days after spawning, and the crossing between 31 G.incisus x 9 M. praecox were failed to spawn. Among those hybrids, were found that c M.praecox x 9 G.incisus showing the highest growth rate, whereas the highest survival rate (SR) was shown by the d G.incisus x 9M.boesemani crossing. Crossing of cG.incisus x 9M. lacustris and oM_ maccullochi x9 G.incisus resulted 100% male (monosex hybrids), while the other combinations increased the male percentage.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>