Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45289 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pola makan, khususnya asupan asam lemak dapat merupakan informasi yang sangat berarti dalam memberikan pengertian atau penjelasan mengenai peranan hubungan diet dengan penyakit-penyakit kronis, khususnya pennyakit jantung koroner (PJK). Desain penelitian ini adalah “cross sectional”. Informasi dikumpulkan untuk dapat menggambarkan asupan nutrien khususnya asupan asam lemak pada 4 (empat) kelompok etnik yaitu: etnik Minangkabau, Sunda, Jawa dan Bugis. Persentase asam lemak jenuh terhadap total energi sekitar 20% pada keempak kelompok etnik ini.Persentase asam lemak tidak jenuh majemuk terhadap total energi berkisar diantara 4.4% sampai 4.6% pada kelompok etnik Sunda dan Jawa.Sedangkan pada kedua etnik lainnya, persentase asam lemak tidak jenuh majemuk terhadap total energi lebih rendah, 2.6% pada suku Minangkabau dan 2.8% pada suku Bugis. Persentase asam lemak tidak jenuh tunggal terhadap total energi lebih tinggi pada etnik Sunda dan Jawa (6.1% vs 5.5%) Sedangkan persentase asam lemak tidak jenuh tunggal terhadap total energi pada kedua etnik lainnya Minangkabau dan Bugis lebih rendah (2.6% vs 2.8). Berdasarkan ratio dari asam lemak tidak jenuh majemuk dengan asam lemak tidak jenuh tungal dan dengan asam lemak jenuh, dapat disimpulkan bahwa suku Minangkabau dan Bugis memiliki kualitas pola diet asupan lemak yang kurang baik. Selain kurang baiknya pola diet asuapan lemak, suku Minangkabau juga mengkomsumsi total asupan lemak yang cukup tinggi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suku Minangkabau mempunyai risiko tinggi terhadap dislipidemia dibandingkan dengan ketiga kelompok etnik lainnya. (Med J Indones 2005; 14:242-8)

The use of dietary pattern specifically fatty acids intake should prove to be an informative and powerful means to augment our understanding of the role of diet in chronic disease particularly CHD. Cross sectional study was implemented to describe the nutrients intake specifically fatty acids intake of 4 (four) ethnic groups in Indonesia, such as Minangkabau, Sundanese, Javanese and Buginese. The percentage of saturated fatty acid (SAFA) to total energy intakes were around 20%. The percentage of polyunsaturated fatty acid (PUFA) to the total energy were about 4.4% to 4.6% among the Sundanese and the Javanese.While among the other two ethnic groups, the percentage of PUFA to total energy were less, 2.6 % among the Minangkabau and 2.8% among the Buginese ethnic. The percentage of mono unsaturated fatty acid (MUFA) to total energy intake were higher among the two ethnic groups, Sundanese and Javanese (6.1% vs. 5.5%). While the percentages of MUFA between the other two ethnic groups Minangkabau and Buginese ethnic were lower (2.6% vs. 2.8%). Based on the ratio of PUFA: MUFA: SAFA, we could consider that Minangkabau and Buginese ethnic groups both had poor quality of dietary fat pattern. Having the poor quality of dietary fat pattern and higher fat intake, we might take into consideration that the Minangkabau ethnic groups, had higher risk toward dyslipidemia compared to the other three ethnic groups. (Med J Indones 2005; 14:242-8)"
Medical Journal Of Indonesia, 14 (4) October December 2005: 242-248, 2005
MJIN-14-4-OctDec2005-242
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mirghani, Z.
"Tujuan: Untuk menganalisis dan mengidentifikasi asam lemak yang ditemukan dalam ?Ghee? buatan sendiri dan
dalam minyak zaitun dan membandingkan dengan asam lemak yang ditemukan dalam bilasan bronkus pada anak
dengan pneumonia lipoid.
Metode: Asam lemak yang ditemukan dalam lemak ?Ghee? dan minyak zaitun dianalisis dengan kromatografi gas. Derivat
metil ester untuk analisis GC disiapkan langsung dari minyak zaitun atau dari Ghee menggunakan metanol-HCl anhidrat.
Bronkoskopi dan lavage bronkoalevolar dilakukan pada delapan anak usia antara 2 dan 4 tahun, semua dengan riwayat
menggunakan Ghee buatan sendiri atau minyak zaitun pada posisi terlentang.
Hasil: Analisis asam lemak dalam Ghee dan minyak zaitun menunjukkan pola kromatografi gas yang sama seperti
pada lavage bronkoalevolar.
Kesimpulan: Ketiga asam lemak terdeteksi bertanggung jawab atas terjadinya pneumonia lipoid. Pneumonia lipoid harus menjadi
salah satu diagnosis banding pada anak-anak yang mengalami gangguan pernapasan.

Abstract
Aim: To analyze and identify the fatty acids found in homemade ghee and in olive oil and compare those to fatty acids
found in bronchoalevolar lavage of children with lipoid pneumonia.
Methods: The fatty acids found in homemade fat ?Ghee? and olive oil were analyzed by gas chromatography.
Methyl ester derivatives suitable for GC analysis were prepared directly from olive oil or from Ghee using anhydrous
methanolic-HCl. Bronchoscopy and bronchoalevolar lavage was performed in eight children aged between 2 and 4
years, all with history of using homemade ghee and/or olive oil in the recumbent position.
Results: The analysis of fatty acids in Ghee and olive oil show similar gas chromatographic pattern as those of
bronchoalevolar lavage.
Conclusion: The three fatty acids responsible for the deleterious effects of lipoid pneumonia were identifi ed. Lipoid
pneumonia should be one of the differentials diagnosis in children presenting with respiratory distress."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zairida Rafidah Noor
"Asam lemak omega-3 merupakan komponen penting pada pembentukan sel saraf, retina dan membran sel. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa asam lemak omega-3 berkaitan dengan pertumbuhan janin. Ibu hamil dengan asupan asam lemak omega-3 yang tidak tercukupi memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Di Indonesia, angka BBLR masih tergolong tinggi. Oleh karena itu, kecukupan asam lemak omega-3 sangat penting untuk diperhatikan pada ibu hamil sejak awal kandungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecukupan asam lemak omega-3 ibu hamil di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang. Subjek penelitian merupakan ibu hamil sehat dengan usia gestasi hingga 20 minggu. Kecukupan dinilai melalui pendataan asupan asam lemak omega-3, omega-6 beserta rasionya dan pemeriksaan kadar asam lemak omega-3 membran eritrosit. Data penelitian kemudian dianalisis dengan uji korelasi Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan asam lemak omega-3 total subjek penelitian masih kurang akibat rendahnya rerata asupan ALA subjek, meskipun rerata asupan EPA dan DHAnya telah terpenuhi. Asupan asam lemak omega-6 total subjek telah terpenuhi, begitu pula dengan asupan LAnya, tetapi asupan AA subjek masih belum terpenuhi. Rasio asupan asam lemak omega-6/omega-3 sebagian besar subjek masih kurang baik. Dari uji korelasi ditemukan adanya korelasi positif bermakna antara asupan EPA dengan kadar DHA (r=0,34) dan kadar EPA+DHA (r=0,38), asupan DHA dengan kadar DHA (r=0,31), asupan EPA+DHA dengan kadar DHA (r=0,34) dan kadar EPA+DHA (r=0,35). Rasio asupan asam lemak omega-6/omega-3 ditemukan memiliki korelasi negatif bermakna dengan kadar EPA (r= ?0,34).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa asam lemak omega-3 ibu hamil belum tercukupi sehingga diperlukan edukasi dan screening kecukupan asupan asam lemak omega-3 bagi ibu hamil sejak awal kandungan.

Omega-3 fatty acids are important components of neural, retinal and cell membranes. Latest findings show that omega-3 fatty acids play a role in fetal growth. Pregnant women with low intakes of omega-3 fatty acids were found to have higher risk of low birth weight (LBW). In Indonesia, LBW prevalence is still high. Thus omega-3 fatty acids sufficiency is of great importance starting early in pregnancy.
The aim of this study is to determine omega-3 fatty acids status of pregnant women in Indonesia. The design of the study is cross-sectional. Subjects are healthy pregnant women with gestational age up to 20 weeks pregnancy. Omega-3 fatty acids status obtained from interview on intakes of omega-3 fatty acids and level of omega-3 fatty acids in erythrocyte membrane. The data?s then analyzed using Spearman correlation test.
The study results show that total omega-3 fatty acids intakes are insufficient, due to low ALA intake, even though EPA and DHA intakes are sufficient. Intakes of total omega-6 fatty acids and LA are sufficient but AA intake is very low. The ratio of omega-6/omega-3 fatty acids intake is found to be higher than expected. Spearman correlation test shows significant positive correlations between intake of EPA and DHA level (r=0.34), intake of EPA and EPA+DHA level (r=0.38), intake of DHA and its level (r=0.31), intake of EPA+DHA and DHA level (r=0.35), intake of EPA+DHA and its level (r=0.34). Ratio of omega-6/omega-3 fatty acids intake is found to be significantly correlated with EPA level (r=?0.34).
In conclusion, omega-3 fatty acids intake of pregnant women in Indonesia is still insufficient. Therefore, education to increase omega-3 fatty acids intake during pregnancy and screening of omega-3 fatty acids intake need to be perform early in pregnancy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ramadhan Salehoddin
"Sampai saat ini sumber utama asam lemak tak jenuh terutama omega-3 masih berasal dari minyak ikan. Pada penelitian ini akan digunakan mikroorganisme fungi kapang jenis Rhizopus oligosporus. Penelitian ini menggunakan metode fermentasi terendam dengan strategi temperature shift yang dimana bertujuan untuk mempelajari pengaruh strategi temperature shift terhadap produksi asam lemak tak jenuh dari R.oligosporus. Pertama, R.oligosporus ditumbuhkan di beberapa variasi suhu yaitu 22, 26, 32, dan 37°C untuk menentukan suhu optimum untuk pertumbuhan R.oligosporus dan pembentukan PUFA.
Hasil penelitian menunjukan bahwa R.oligosporus memiliki suhu optimum yang berbeda untuk pertumbuhan biomassa dan pembentukan PUFA (polyunsaturated fatty acids) yaitu 26°C dan 22°C. Berdasarkan hasil ini R.oligosporus difermentasikan dengan strategi temperature shift. Dimana selama lima hari pertama R.oligosporus ditumbuhkan dalam kondisi 26°C, memasuki hari keenam dan ketujuh suhu inkubasi diganti menjadi 22°C untuk akumulasi PUFA yang lebih tinggi. Dengan mengaplikasikan strategi temperature shift biomassa kering mengalami penurunan dari 0,6 g menjadi 0,47 g sementara itu kandungan PUFA mengalami peningkatan dari 19,8 menjadi 21,97.

Today the main source of unsaturated fatty acids especially omega-3 is still from marine fish oil. In this research, Rhizopus oligosporus will be used to produce PUFA (polyunsaturated fatty acids). This research used submerged fermentation method and temperature shift strategy to optimize the production of PUFA. In this result, batch culture of R.oligosporus for PUFA production at various temperature (22, 26, 32, and 37°C).
Result showed that R.oligosporus has different optimum temperature for growth and PUFA production, 26°C and 22°C respectively. Based on the result temperature-shift strategy was applied, in which the culture temperature was controlled at 26°C at the first 5 days, and then switched to 22°C for two days. By applying such a temperature-shift strategy, the dry cell weight decreased from 0,6 g to 0,47 g and the concentration of PUFA increased from 19,8 to 21,97.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Ayu Dewi Sartika
"Masalah gizi di Indonesia menunjukkan adanya transisi epidemiologis, dimana penyakit pembunuh yang dulu hanya didominasi oleh penyakit infeksi, kini meningkat disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah yang merupakan ciri penyakit modem. Penyebabnya antara lain gaya hidup sebagian anggota masyarakat yang cenderung lebih bersifat sedentary life style dengan pola makan salah. Salah satu jenis asupan asam lemak selain asam lemak jenuh yang menjadi sorotan akhir-akhir ini adalah asam lemak trans yang dapat meningkatkan kolesterol LDL (K-LDL), rasio kolesterol total/K-HDL, rasio K-LDL/K-HDL dan menurunkan kolesterol HDL (K-HDL). Asam lemak trans secara alami terdapat pada ruminansia dan hasil proses menggoreng (deep frying) Serta margarin/produk makanan jadi yang menggunakan minyak terhidrognasi.

Nutrition related problems in Indonesia has showed the epidemiological transition, from the domination of infectious diseases to blood vessel clotting related diseases which is typical to be a modern disease. One of the reasons is that the life style of some society tends to become so called a sedentary life style, with an improper eating pattern. Another type of the intake of fatty acid from saturated fatty acid, namely trans fatty acid has recently come into consideration as it can elevating such LDL cholesterol (LDL-C), ratio of total co|esterol/HDL-C, ratio of LDL- CIHDL-C, and decreasing the HDL cholesterol (HDL-C). By nature, the trans fatty has found in the ruminant and the products of deep frying processes, as well as margarine food that processed with hydrogenated vegetable oil."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
D730
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zafira Shafar
"Ester beberapa asam lemak dengan asam risinoleat epoksida telah berhasil disintesis pada penelitian ini. Proses epoksidasi asam risinoleat dilakukan dengan asam format dan hidrogen peroksida yang membentuk asam performat secara in situ, menghasilkan penurunan angka iodium sebesar 6,47 mg/g. Proses esterifikasi dilakukan pada beberapa asam lemak yaitu asam laurat atau asam dekanoat dengan asam risinoleat epoksida menggunakan katalis ZnCl2. Rasio molar asam risinoleat epoksida dan asam lemak yang digunakan adalah 3:1. Identifikasi dengan KLT menunjukkan nilai Rf untuk ester asam laurat dengan asam risinoleat epoksida sebesar 0,64. Sedangkan nilai Rf untuk ester asam dekanoat dengan asam risinoleat epoksida sebesar 0,62. Karakterisasi dengan FTIR menunjukkan adanya pita serapan pada vibrasi ulur OH, C=O ester, dan C-O ester. Uji emulsifier menunjukkan kestabilan emulsi yang cukup baik pada pengamatan hingga 24 jam, dengan tipe emulsi water in oil (w/o). Selain itu, dilakukan analisis potensi produk ester beberapa asam lemak dengan asam risinoleat epoksida sebagai senyawa antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.

In this research, some esters of fatty acids with epoxide ricinoleic acid have been successfully synthesized. The epoxidation process of ricinoleic acid is carried out with formic acid and hydrogen peroxide which produces the in situ performic acid, resulting a decrease in iodine number of 6.47 mg/g. The esterification process was carried out on several fatty acids namely lauric acid and decanoic acid with epoxide ricinoleic acid using ZnCl2 as catalyst. The molar ratio of epoxide ricinoleic acid and fatty acid used is 3: 1. Identification with TLC shows the Rf value for lauric acid esters with epoxide ricinoleic acid of 0.64. While the Rf value for decanoic acid esters with epoxide ricinoleic acid is 0.62. Characterization with FTIR showed the presence of absorption bands on stretching OH, C=O ester, and C-O ester vibrations. Emulsifier test shows the stability of the emulsion is quite good at observations up to 24 hours, with the type of water in oil emulsion (w/o). In addition, an analysis of the antibacterial potential of several fatty acid ester products with epoxide ricinoleic acid against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis was carried out."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jason Emerald Iskandar
"Deep Eutectic Solvent (DES) merupakan solven yang dapat dijadikan sebagai pelarut ekstraksi untuk deasidifikasi asam lemak bebas dari minyak inti sawit. Pelarut tersebut memiliki toksisitas rendah dan tidak mereduksi kandungan senyawa anti-oksidan di PKO/CPKO. Penelitian ekstraksi asam lemak bebas menggunakan DES berbasis kolin klorida dan polialkohol telah dibuktikan untuk mengekstraksi asam palmitat pada minyak sawit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggunakan DES berbasis kolin klorida dengan HBD 1,2-hexandiol dengan berbagai rasio molar terhadap kolin klorida untuk meninjau kelarutannya terhadap asam laurat pada PKO. Selain itu, melakukan ekstraksi asam laurat pada PKO untuk mendapatkan jumlah tahapan ekstraksi untuk mencapai mutu PKO asam lemak bebas dibawah 0.3%. Kemudian, perbedaan kelarutan asam lemak bebas yang berbeda pada minyak dalam DES pun ditinjau. Hasil penapisan menunjukan DES terbaik dengan HBA kolin klorida dan HBD 1,2 heksandiol dengan rasio molar 1:8 yang dapat memisahkan asam lemak bebas dari model minyak inti sawit dengan efisiensi ekstraksi maksimum 61.0%. Selain itu, dibutuhkan 4 jumlah tahapan ekstraksi agar kandungan asam lemak bebas pada model minyak inti sawit di bawah 0.3% mutu SNI 2012. Hasil dari penelitian menunjukan perbedaan efisiensi DES dalam mengekstraksi asam lemak bebas yang berbeda dalam minyak inti sawit, dimana bertambahnya 2 jumlah atom karbon pada asam dapat menyebabkan penurunan yield ekstraksi DES sebesar 11%.

Deep Eutectic Solvent (DES) is a solvent that can be used for the extraction of free fatty acids from palm kernel oil. This solvent has low toxicity and does not reduce the content of antioxidant compounds in PKO/CPKO. Research on the extraction of free fatty acids using DES based on choline chloride and polyalcohol has been proven effective in extracting palmitic acid from palm oil. The objective of this study is to use choline chloride-based DES with 1,2-hexanediol as the hydrogen bond donor (HBD) at various molar ratios to examine its solubility towards lauric acid in PKO. Additionally, the extraction of lauric acid from PKO is performed to determine the number of extraction stages required to achieve a free fatty acid content in PKO below 0.3%. Furthermore, the interaction between DES and different fatty acid contents in the oil is investigated. The screening results identified the best DES with choline chloride as the hydrogen bond acceptor (HBA) and 1,2-hexanediol as the HBD, at a molar ratio of 1:8, which effectively separated free fatty acids from a palm kernel oil model with a maximum extraction efficiency of 61.0%. Moreover, it was found that four extraction stages were required to reduce the free fatty acid content in the palm kernel oil model below the 0.3% threshold specified by the SNI 2012 quality standard. Different interactions of DES in extracting different free fatty acids from palm kernel oil were observed, where an increase of two carbon atoms in the fatty acid led to an 11% decrease in the extraction yield of DES."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Abdiel Sophian Nehemia
"Ester asam lemak-karbohidrat dapat dibuat dari reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak minyak sawit. Reaksi esterifikasi dilakukan secara enzimatis menggunakan lipase Candida rugosa bebas maupun terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4?Kitosan. Hasil sintesis nanopartikel Fe3O4?Kitosan dikarakterisasi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Selanjutnya, lipase diimobilisasi dan diuji persen loading serta aktivitas katalitiknya. Didapatkan persen loading imobilisasi sebesar 31,46%, aktivitas hidrolisis 7,08 U/mL, dan aktivitas spesifik 2,02 U/mg, dengan efisiensi imobilisasi sebesar 4,49%, dan penurunan aktivitas sebesar 95,32%. Pada reaksi esterifikasi menggunakan enzim terimobilisasi dalam pelarut n-heksana dan t-butanol, didapatkan persen konversi ester tertinggi pada rasio sukrosa : asam lemak 1:90 dengan persen konversi masing-masing sebesar 1,23% dan 4,08%.

Carbohydrate-fatty acid ester can be synthesized by esterification reaction between sucrose and palm oil fatty acid. The esterification reaction was carried out enzymatically using free and immobilized Candida rugosa lipase on Fe3O4?Chitosan nanoparticles. The synthesized Fe3O4?Chitosan nanoparticles were characterized by FTIR (Fourier Transform Infra Red). The lipase was immobilized and then the loading percentage and the catalytic activity were determined. The loading percentage of the immobilized enzyme was 31.46% with hydrolytic activity of 7,08 U/mL, the specific activity of 2,02 U/mg, the immobilization efficiency was 4.49%, and the enzyme activity was decreased by 95.32%. In the esterification reaction using immobilized enzyme in n-hexane and t-butanol, the highest ester conversion percentage were obtained by using the ratio of sucrose : fatty acid 1:90 with the conversion percentage of 1,23% and 4,08% respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Widya Rahardja
"Tujuan penelitian cross sectional ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan asam lemak omega-3 dengan kadar hs-CRP pada pasien Psoriasis vulgaris. Penelitian dilakukan di Yayasan Peduli Psoriasis Indonesia, mulai November 2014 sampai April 2015. Sejumlah 52 pasien yang memenuhi kriteria penelitian dipilih menjadi subjek penelitian. Subjek diwawancara, menjalani pemeriksaan antropometri dan kadar hs-CRP. Data asupan asam lemak omega-3, EPA dan DHA diperoleh dengan metode food frequency questionnaire, dan food recall 3 x 24 jam.
Nilai rerata usia subjek adalah 41,9 ± 9,21 tahun. Jumlah subjek laki-laki 57,7% dan wanita, 42,3%. Sebanyak 38,5% subjek status gizinya normal dan 61,5% berat badan lebih. Asupan energi cukup terdapat pada 82,7% subjek, sedangkan 17,3% subjek asupan energinya kurang. Subjek dengan asupan asam lemak omega-3 cukup ada 65,4%, sedangkan 34,6% subjek asupannya kurang. Sebanyak 86,5% subjek asupan EPA dan DHAnya cukup dan 13,5% kurang.
Hasil kadar hs-CRP serum yaitu 9,6% subjek kadarnya >10 mg/L, 57,7% subjek kadarnya 1-10 mg/L dan 32,7% subjek kadarnya <1 mg/L. Hasil uji korelasi rank Spearman antara asupan asam lemak omega-3 dengan kadar hs-CRP memperlihatkan korelasi negatif lemah bermakna (r = - 0,394 dan p = 0,004). Korelasi asupan EPA dan DHA dengan kadar hs-CRP adalah negatif sedang bermakna (r = - 0,499 dan p = 0,000). Asupan asam lemak omega-3 terutama dalam bentuk EPA dan DHA dapat menurunkan kadar hs-CRP pada pasien Psoriasis.

The aim of this cross sectional study is to find out the relationship between dietary intake of omega-3 fatty acids and hs-CRP level in patient with Psoriasis vulgaris. This study was conducted from November 2014 to April 2015, at Yayasan Peduli Psoriasis Indonesia. As all the criterias were succeeded, 52 patients were recruited. Data were collected by interview, anthropometric's measurement, and laboratory examination. Dietary intake data of omega-3 fatty acids, EPA and DHA were determined by using food frequencies questionnaire, and food recall 3 x 24 hours method.
Mean value of subjects' age was 41.9 ± 9.21 years. The subjects consisted of 57.7% men and of 42.3% women. Nutritional status of 38.5% subjects was normal and of 61.5% was overweight. An adequate amount of energy intake was found in 82.7% subjects whereas 17.3% was inadequate. Dietary intake of omega- 3 fatty acids was adequate in 65.4% subjects whereas in 34.6% was inadequate. Dietary intake of EPA and DHA in 86.5% subjects was adequate, while in 13.5% subjects, inadequate.
The result of hs-CRP >10 mg/L was found in 9.6% subjects, 1-10 mg/L in 57.7% and <1 mg/L in 32.7% subjects. Rank Spearman correlation test of dietary intake of omega-3 fatty acids and hs-CRP level showed weak negative significant result (r = - 0.394 and p = 0.004). The result of EPA and DHA with hs-CRP level was fair negative significant (r = - 0.499 and p = 0.000). Thus, it can be concluded that dietary omega-3 fatty acids in the form of EPA and DHA might lessen hs-CRP level in Psoriasis patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miza Agria Yudisti
"ABSTRAK
Asam lemak tak jenuh rantai panjang diakui sebagai zat gizi kunci dalam pertumbuhan dan perkembangan mental. Plasma darah dianggap sebagai biomarker yang baik untuk mengkonfirmasi asam lemak yang diasup. Namun, factor individu sangant mepengaruhi hubungan antar keduanya, khususnya polimorfisme gen. Studi ini bertujuan untuk mengetahui peran polimorfisme gen FADS dalam hubungan antar asupan makan dan kadarnya dalam plasma. 115 anak berusia 12-16 bulan dihitung asupan makannya dengan Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) dan diidentifikasi genotypenya.kadar asam lemak dalam plasma dianalisa dengan metode gas chromatography. Hasil studi ini menunjukkan bahwa asupan asam lemak rantai panjang tidak adekuat (EPA=22%, DHA=25%, N-6-LC PUFA=58%, and N-3-LC PUFA=37%). Dengan asupan yang sebanding, anak yang memiliki allele A cenderung memiliki plasma yang lebih tinggi dari anak yang tidak memiliki allele A (p<0.05 untuk total LC PUFAs dan N6-LC PUFA). Allele A menunjukkan adanya kemungkinan metabolism asam lemak yang efisien.

ABSTRAK
Long Chain Polyunsaturated Fatty Acids (LC PUFAs) are known as key nutrient for brain development and cognitive function which intermediated by plasma level. Plasma level in blood was mentioned as a good biomarker of related dietary fatty acids intake. However, role of individual factors particularly gene polymorphism also plays role on their relationship. This study was aimed to assess LC PUFAs intake, its plasma level, and the moderation effect of Single Nucleotide Polymorphism (SNP) in FADS gene on their relationship. A total of 115 children aged 12-16 month were assessed their usual intake using Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) and were genotyped for rs174468 (G>A). Plasma LC PUFAs were measured by gas chromatography. The result of usual intake of LC PUFAs were lower than recommendation (EPA=22%, DHA=25%, N-6-LC PUFA=58%, and N-3-LC PUFA=37%). Despite comparable intake of LC PUFAs, children who have allele A have much higher plasma level (p<0.05 for total LC PUFAs and N6-LC PUFA). Allele A on this SNP might be related to a good response for dietary intake or efficient metabolism of LCPUFAs"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>