Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92497 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kokap.one of the subdistricts in Kulon Progo Regency is a malarious endemic area...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Sukamto
"Di Kabupaten Kulon Progo telah terjadi KLB malaria pada tahun 2012, sebagian besar kasus terjadi di wilayah Puskesmas Kokap 2 yaitu sebanyak 89 dan 20 kasus pada tahun 2012 dan 2013. Jarak terbang nyamuk anopheles merupakan salah satu faktor sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit malaria. Desain penelitian yang digunakan adalah case control. Subyek penelitian sebanyak 120 responden terdiri dari 60 kasus dan 60 kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan jarak terjauh yang mempunyai nilai kemaknaan secara statistik adalah kurang dari 400 meter yang mempunyai nilai OR= 2,500 (95% CI 1,052 - 5,940) dan nilai p= 0,035. Variabel lain yang berpotensi adalah kebiasaan keluar malam, pekerjaan dan tindakan pencegahan yang dilakukan. Perlu upaya yang menyeluruh dari semua lapisan masyarakat dalam upaya mengurangi tempat perindukan nyamuk anopheles di sekitar rumahnya dan mengurangi risiko tertular malaria.

In Kulon Progo Regency has been an outbreak of malaria in 2012, most cases occurred in the area of health center Kokap 2 is as much as 89 and 20 cases in 2012 and 2013. Anopheles mosquito flight range is one of the influential factors on the incidence of malaria. The design study is a case control. The study subjects consisted of 120 respondents from 60 cases and 60 controls.
The results showed that the farthest distance has a value of statistical significance is less than 400 meters which has a value of OR = 2.500 (95% CI 1.052 to 5.940) and the value of p = 0.035. Other variables that are potentially habit out at night, work and preventive measures undertaken. Need a complete effort from all levels of society in an effort to reduce the mosquito Anopheles breeding places around the house and reduce the risk of contracting malaria.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Yunianto
"Penyakit malaria merupakan penyakit "reemerging disease" yang perlu mendapatkan perhatian manajer kesehatan dari tingkat nasional hingga tingkat yang paling rendah. Penyakit ini dapat menyebabkan kemalian pada bayi, anak balita, dan ibu hamil, penyakit ini juga banyak menyerang usia produktif, sehingga banyak menyebabkan kerugian secara ekonomi. Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan di Provinsi Jawa Tengah, dan kejadian penyakit ini menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai masalah malaria. Puskemas Mayong merupakan salah satu Puskesmas endemis malaria. Desa Buaran merupakan salah satu desa endemis di wi layah kerja Puskesmas Mayong I. Hasil survei SLPV pada tahun 2000-2001 nyamuk Anopheles aconitus merupakan satu-satunya vektor potensial di daerah tersebut, dengan pola kasus sesuai dengan pola tanam padi. Hingga saat ini belum diketahui fluktuasi parameter entomologi, kejadian malaria, dan iklim selama satu musim tanam padi, serta hubungan antara variabel tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional, desain yang digunakan studi ekologi, pendekatan yang digunakan "time trend study". Variabel yang diamati adalah tanaman padi, parameter entomologi, kejadian malaria dan iklim. Pengukuran variabel dilakukan setiap dua minggu sekali, pengamatan variabel dilakukan sejak padi ditanam hingga satu bulan setelah padi dipanen. Penyajian data menggunakan grafik dua sumbu dan diagram tebar. Uji statitistik dengan bantuan perangkat lunak SPSS release 10, uji yang digunakan adalah : Kolmogorov-Smimov untuk uji normalitas, untuk uji korelasi menggunakan uji Korelasi Non Parametrik Spearman.
Berdasarkan hasil penelitain selama satu musim tanam padi dapat disimpulkan bahwa : kepadatan larva Anopheles aconitus berkisar antara 0,00-0,17 per ciduk, puncak kepadatannya terjadi pada saat dua minggu setelah padi dipanen, kepadatan terendahnya pada saat padi berumur 84 hari. Kepadatan nyamuk Anopheles aconitus menggigit di dalam rumah berkisar antara 0,17-5,38 per orang/jam. Kepadatan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan tinggi padi. Kepadatan tertinggi terjadi pada saat dua minggu setelah padi dipanen, kepadatan terendah pada saat padi berumur 14 hari. Kepadatan nyamuk Anopheles aconitus menggigit di luar rumah berkisar antara 0,46-7,75 per orang/jam. Kepadatan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan ketinggian padi. Kepadatan tertinggi terjadi pada saat padi berumur 84 hari, kepadatan terendah terjadi pada saat padi berumur 14 hari. Kepadatan nyamuk Anopheles aconitus istirahat di dinding berkisar antara 0,30-15,70 per orang/jam. Kepadatan tertinggi terjadi pada saat padi berumur 84 hari, kepadatan terendah pada saat padi berumur 14 hari, Kepadatan nyamuk Anopheles aconitus istirahat di kandang berkisar antara 7,70-75,50 per orang/jam. Kepadatan tertinggi terjadi pada scat padi berumur 84 hari, kepadatan terendah terjadi pada saat padi berumur 14 hari. Proporsi parous, peluang hidup tiap hari dan umur relatif nyamuk Anopheles aconilus, ketiganya mencapai puncaknya pada saat padi berumur 28 hari, dan terendah pada saat padi berumur 14 hari. Porporsi parous berkisar antara 25,53% - 57,75%. Peluang hidup tiap hari berkisar antara 63,43% - 87,75%, dan umur relatif nyamuk berkisar antara 2,20-7,65 hari. Kejadian malaria berkisar anlara 0-4 kejadian. Kejadian malaria terbanyak terjadi pada saat padi berumur padi berumur 28 hari, kejadian paling rendah terjadi pada saat padi berumur 14 hari. Fluktuasi suhu udara berkisar antara 24,400-26,08 ° C. Suhu udara tertinggi terjadi pada saat satu bulan setelah padi dipanen, suhu terendah terjadi pada saat padi berumur 70 hari. Kelembaban udara berkisar anlara 89,30% --- 95%. Kelembaban tertinggi terjadi pada saat padi berumur 56 hari, kelembaban terendah terjadi pada saat padi berumur 14 hari.
Hubungan antara tanaman padi dengan parameter entomologi yang bermakna secara statistik antara lain : umur padi dengan kepadatan nyamuk menggigit di dalam rumah (p = 0,005), umur padi dengan kepadatan menggigit di luar rumah (p = 0,005), umur padi dengan kepadatan istirahat di kandang (p = 0,001), ketinggian padi dengan kepadatan menggigit di dalam rumah (p = 0,001), ketinggian padi dengan kepadatan menggigit di luar rumah (p = 0,005), ketinggian padi dengan kepadatan istirahat di kandang (p = 0,001 ). Tak ada satupun hubungan yang bermakna secara statistik antara keberadaan air dengan parameter entomologi. Hubungan antara parameter entomologi dengan kejadian malaria juga tidak ada satupun yang bermakna secara statistik.
Hubungan antara iklim dengan parameter entomologi yang bermakna secara statistik antara lain : suhu udara dengan kepadatan nyamuk istirahat di dinding (p = 0,030), antara suhu dengan kepadatan istirahat di kandang (p = 0,050), kelembaban dengan kepadatan nyamuk istirahat di dinding (p = 0,001), kelembaban dengan kepadatan nyamuk istirahat di kandang (p = 0,015). Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penyuluhan kepada masyarakat, bahan untuk mengembangkan sistem kewaspadaan dini malaria, serta sebagai dasar upaya pengendalian vektor dan pemberantasan malaria. Bagi peneliti lain yang berminat pada bidang ini, agar dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

Malaria is one of reemerging diseases that should be has more attention from health manager, from national level to the lowest level. This disease could cause death of infant, under-five, and pregnant woman, this disease also infected productive age groups more frequent, that is make economically disadvantages. Malaria incidence in Central Java tends to increase every year. District of Jepara is one of districts which have malaria problem, and health center of Mayong is one of malaria endemic health center. Buaran village is one of endemic village in working area of health center of Mayong. From survey of SLPV 2000-2001 Anopheles aconitus is the only one potential vector in this area, this pattern of malaria occurrence is similar with the pattern of rice plantation period. Until now there is no data about fluctuation of entomology parameter, malaria occurrence, and climate, and also relation between these variables. This study is in order to gain this information.
This study is observational study with ecological study design, and use time trend study approach. Variables to observe are, rice plant, entomology parameter, malaria occurrence and climate. Variable measured every two weeks, variable observation from first planted to one month after harvest. Data presentation using two axis graphic and scatter plot diagram. Statistical test using Kolgomorov-Smirnov for normality test, and .using Spearman Non-parametric for correlation test.
Conclusion of this study is : Anopheles aconitus larva density is about 0,00-0,17 per deep, the peak of density is two weeks after harvest, and the lowest density is at 84 days of age. Density of Anopheles aconites that bite inside house is about 0,17-5,48 per person/hour. This density is increase as increasing the age and height of rice plant. The most density is at two weeks after harvest and the lowest density at rice age 14 days. Density of Anopheles aconitus that bite outside house is about 0,46-7,75 per person/hour. Density of Anopheles aconitus which resting at wall is about 0,30-I5,70 per person/hour, the most density at age 84 days and the lowest at age 14 days.
Density of Anopheles aconitus which resting at animal shed is about 7,70-75,50 per person/hour, the most density at age 84 days and the lowest at age 14 days. Parous proportion 25,53%-57.75%, life chance everyday 63,43%-87,75% and relative age in population was 2,20-7,65 days, these have peak at 28 days of age and the lowest at 14 days. Malaria occurred is about 0-4. The most frequent of malaria occurrence at 28 days of age, the lowest incidence at 14 days of age. Fluctuation of air temperature is about 24,40°C-26,08°C. The highest temperature of air is at one month after harvest, and the lowest temperature at 70 days of age. Relative humidity is about 89,30%-95%. The highest humidity at 56 days of age, and the lowest at 14 days of age. Relation between rice plants with entomology parameter which statistically significance are; age of rice plant with density of mosquito that bite inside house (p= 0,005), age of rice plant with density of mosquito that bite outside house (p=0,005) age of rice plant with density of mosquito that resting in animal shed (p=0,001), rice height with density of mosquito which bite inside the house (p=0,001), rice height with density of mosquito which bite outside the house (p=0,005), rice height with density of mosquito which resting at animal shed (p=0,001). There is no statistically significance relation between water in rice field with entomology parameter. Also there is no statistically significance relation between entomology parameter with malaria occurrence.' Relation which statistically significance between climate and entomology parameter are air temperature with density of mosquito which resting at wall (p=0,030), temperature with density of mosquito which resting in animal shelter, temperature with density of mosquito that resting at wall (p=0,001), humidity with density resting at wall (p=0,001), humidity with density in animal shed (p=0,015). Hopefully information from this study could be used as educating material to community, for developing early warning system, and as a basic information for evidence base controlling vector and malaria. For other researchers could use information of this study as basic material for other studies.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lepa S.
"ABSTRAK
Gamma aminobutyric acid (GABA) reseptor merupakan situs target
insektisida dieldrin dan endosulfan, kelompok insektisida siklodien. Mutasi pada
gen pengkode reseptor GABA menyebabkan resistansi terhadap dieldrin (Rdl).
Resistansi ditandai dengan perubahan asam amino pada kodon A302G/S saluran
ion reseptor GABA. Mutasi tersebut telah ditemukan terhadap beberapa jenis
serangga, termasuk nyamuk anopheline dan dikaitkan dengan resistansi terhadap
insektisida siklodien. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi keberadaan
mutan alel Rdl pada spesies Anopheles di Indonesia. Analisis molekuler dilakukan
pada sampel nyamuk Anopheles dari beberapa daerah di Indonesia (Aceh,
Sumatera Utara, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Maluku dan Maluku Utara) untuk
mendeteksi keberadaan alel Rdl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11% dari
154 total sampel Anopheles yang dianalisis mengalami mutasi. Mutasi A302S alel
Rdl ditemukan pada An. vagus (dari Jawa Tengah, Lampung dan Nusa Tenggara
Barat), An. aconitus (dari Jawa Tengah), An. barbirostris (dari Jawa Tengah dan
Lampung), An. sundaicus (dari Sumatera Utara dan Lampung), An. nigerrimus
(dari Sumatera Utara), sedangkan mutasi alel A302G hanya ditemukan pada An.
farauti dari Maluku. Uji Kerentanan dilakukan dengan menggunakan prosedur
standar dari WHO, CDC dan modifikasi dari penelitian sebelumnya. Uji tersebut
menggunakan endosulfan (merk dagang Akodan 35 EC) dengan konsentrasi 0-
0.4% (g/L), dua kali ulangan terhadap 20-30 sampel larva dari Kecamatan
Katibung dan Rajabasa, Provinsi Lampung. Setelah bioasay dilanjutkan analisis
molekuler pengkodean subunit GABA. Nilai LC50 larva adalah 0.00893 (0.00332-
xiv
0.01697) dan 0.00904 (0.00401-0.01586) dari Kecamatan Katibung dan Rajabasa.
Analisis molekuler menunjukkan bahwa seluruh larva membawa alel Rdl A302,
tipe normal. Adanya mutasi pada alel Rdl menunjukkan bahwa paparan
insektisida pada populasi Anopheles di daerah ini mungkin masih berlangsung
(meskipun tidak secara langsung terkait dengan program pengendalian malaria)
atau spesies yang membawa alel resistan dapat bersaing dengan spesies normal
pada populasi Anopheles sehingga bentuk mutan dari alel Rdl relatif stabil dalam
ketiadaan insektisida dieldrin yang sudah tidak digunakan lagi. Meskipun
demikian, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen hama terpadu
diperlukan pada daerah endemik malaria di mana insektisida juga digunakan
untuk keperluan lain seperti pertanian.

Abstract
The gamma-aminobutyric acid (GABA) receptor-chloride channel
complex is known to be the target site of dieldrin and endosulfan, a cyclodiene
insecticide. Mutation in the gene encoding the GABA-receptors, resistance to
dieldrin (Rdl), which renders amino acid substitutions at codon A302G/S in the
putative ion-channel lining region. The mutation has been found in a wide range
of insect including anopheline mosquitoes and confers resistance to cyclodiene
insecticide, such as dieldrin and picrotoxin. The present study aims to explore the
existence and frequency distribution of the Rdl mutant alleles among the
Anopheles species in Indonesia. Molecular analyses have been performed on
Anopheles mosquito samples collected from several areas across Indonesia (Aceh,
North Sumatra, Bangka Belitung, Lampung, Central Java, East Nusa Tenggara,
West Nusa Tenggara, West Sulawesi, Molucca and North Molucca) and the Rdl
gene was Polymerase-Chain Reaction (PCR) amplified and sequenced to detect
the existence of the Rdl mutant alleles. The results indicated that 11 % of the total
154 Anopheles samples examined carried the mutant Rdl alleles. The A302S allele
was observed in An. vagus (from Central Java, Lampung and West Nusa
Tenggara), An. aconitus (from Central Java), An. barbirostris (from Central Java
and Lampung), An. sundaicus (from North Sumatra and Lampung), An.
nigerrimus (from North Sumatra), whereas the A302G allele was only found in
An. farauti from Molucca. Susceptibility test were carried out using World Health
Organization (WHO), Centers Disease Control and Prevention (CDC) and
previously publish method with tight modification standard procedures. The test
using 0-0.4% (w/v) endosulfan concentrations (Akodan 35 EC trademark) with
two replicates and 20-30 larvae samples from the field of Katibung and Rajabasa
sub-district, Lampung Province and followed by molecular analyses of the gene
encoding the GABA subunit. The LC50 of the larvae were 0.00893 (0.00332-
0.01697) and 0.00904 (0.00401-0.01586) from Katibung and Rajabasa and all of
the larvae carried A302 Rdl allele. The existence of the Rdl mutant allele indicates
that, either insecticide pressure on the Anopheles population in these area might
still ongoing (though not directly associated with malaria control program) or that
the mutant form of the Rdl allele is relatively stable in the absence of insecticide.
Nonetheless, the finding suggests that integrated pest management is warranted in
malaria endemic areas where insecticides are widely used for other purposes."
2012
T31006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ema Hermawati
"Faktor iklim seperti temperatur, kelembaban, curah hujan dan angin setempat mempengaruhi kehidupan nyamuk Anopheles termasuk perilaku menggiggit. Kepadatan menggigit nyamuk Anopheles betina, yang diukur melalui Angka Man Biting Rate, (MBR) tentunya akan berpengaruh terhadap kejadian kasus malariabaru. Telah dilakukan studi untuk rnenganalisis hubungan antara kepadatan menggigit (MBR) Anopheles sundaicus dan fluktuasi iklim dengan jumlah kasus malaria di Desa Nongsa Pantai dan Teluk Mata Ikan, Kota Batam selama bulan Juli sampai Oktober 2004, Studi menggunakan rancangan ekologi-korelasi dengan data selcunder angka MBR dan data kasus berasal dari penelitian sebelumnya oleh Susanna (2005) bexjudul "Pala Penularan Malaria di Ekosistem Persawahan, Perbukitan, dan Pantai (Studi di Kabupaten Jepara, Purworejo dan Kota Batam)". Sedangkan data iklim diperoleh dari stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam.
Hubungan dianalisis melalui angka korelasi (r) pada p value = 0,05 dan pembacaan graik berdasarkan waktu Hasil uji statistik menunjukkan bahwa Suhu berkorelasi Sedang dan negatif (r = -0,491) dengan MBR., suhu maksimum 28°C terjadi di minggu ke-7 (Agustus) sementara MBR maksimum 13,5 terjadi di minggu ke-15 A (Oktober), Kelembaban berkorelasi kuat dan positif (r = 0,722) dengan MBR, maksimum teljadi di minggu ke-i5 (Oktober) yaitu 86% bersamaan dengan angka MBR maksimum, grafik memprediksikan kelembaban maksimum akan mempengaruhi angka MBR di mjnggu yang sama.
Curah hujan berkorelasi kuat dan negatif (r = -0,653) dengan MBR, curah hujan maksimum 49 mm teljadi di minggu ke-9 (September), graiik memprediksi saat curah hujn maksimum enam minggu kemudian mempengaruhi angka MBR. Kecepatan angin berkorelasi kuat dan negatif (r = -(1,646) dengan MBR, kecepatan angin maksimum 7 knot texjadi di minggu ke-7 (Agustus), graiik memprediksi saat kecepatan angin maksimum delapan minggu kemudian mernpengaruhi angka MBR.
Dari hasil prediksi, disarankan program surveilans vektor dilakukan segexa setelah kelembaban, curah hujan dan kecqpatan angiu mencapai nilai rnaksimum. Antara kasus malaria dan angka MBR tenjadi hubungan yang sedang dengan arah negatif (r = -0,453), angka MBR maksimmn ada di rninggu ke-15a(Oktober) sedangkan kasus tertinggi yaitu 25 kasus terjadi diminggu ke-8 (Agustus).
Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa suhu, kelembaban, curah hujan dan kecepatan angin berkorelasi sangat lemah dengan kasus malaria. Suhu berkorelasi negatif (r = -0,044), kelembaban berkorelasi negatif (r = -0,206), curah hujan berkorelasi positif (r = 0,l98), dan kecepatan angin berkorelasi positif (r = 0,l36) dengan kasus malaria. Prediksi tidak dilakukan pada hubungan yang sangat lemah."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T31591
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian vektor malaria telah dilakukan pada tahun 1995 di tiga desa yaitu Hilinifaoso, Lagundri, dan Hilisimaetano, kecamatan Teluk Dalam, pulau Nias. Penelitian dilakukan dengan penangkapan nyamuk sepanjang malam, dua minggu satu kali, untuk menentukan kepadatan spesies di setiap lokasi penelitian. Pemeriksaan sporozoit dilakukan terhadap nyamuk Anopheles parous, menggunakan tiga metode yaitu pembedahan kelenjar ludah, sediaan toraks, dan uji ELISA. Hasil penangkapan nyamuk menunjukkan bahwa tersangka vektor di tiga daerah penelitian adalah An.nigerrimus, An.sundaicus, An.kochi, An.barbirostris, An.sinensis, An.tessellatus. An.sinensis ditemukan dominan di antara nyamuk Anopheles penggigit manusia."
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aulung
"Mesocyclops sp tersebar luas terdapat dalam jumlah. yang berlimpah di danau air tawar, reservoar, parit, kolam lubang pohon, sumur dan lain-lain. Telah dilakukan penelitian Mesocyclops sp sebagai pengendalian hayati jentik nyamuk vektor di laboratorium. Penelitian dilakukan di laboratorium Entomologi Eagian Parasitologi Universitas Indo - nesia. Waktu penelitian mulai bulan Juni 1996 sampai dengan bulan Nopember 1996. Penelitian dilakukan menurut metode Brown et al (1991) yang telah dimodifikasi. Jentik nyamuk uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aedes aegypti, Culex quinquefasciatus dan Anopheles farauti, masing-masing jentik yang digunakan adalah instar I. Makanan dan media Mesocyclops diperoleh dari rendaman air jerami pada (damen) yang ditambah air comberan. Tujuan penelitian adalah mengetahui kemampuan Mesocyclops sp sebagai predator jentik nyamuk vektor penyakit di laboratorium agar dapat digunakan sebagai cara pengendalian hayati jentik nyamuk vektor guna menekan kasus penyakit yang ditularkan oleh nyamuk."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>