Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosanna Agnes Dameria
"Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang ?Penunjukkan Badan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah?, menentukan bahwa Bank-Bank yang didirikan oleh Pemerintah diperkenankan mempunyai asset berupa tanah dengan status Hak Milik. Semula Bank-Bank milik Pemerintah yang terdiri dari BDN, BBD, Exim dan Bapindo mempunyai asset berupa tanah dengan status Hak Milik. Dengan adanya proses merger antara empat Bank Pemerintah tersebut dengan PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang dilakukan tanpa didahului dengan proses likuidasi, maka seluruh asset tanah yang dipunyai keempat bank tersebut dengan status Hak Milik beralih demi hukum kepada PT . Bank Mandiri (Persero) Tbk . Dengan adanya restrukturisasi dan privatisasi terhadap PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk. ternyata telah menimbulkan masalah terhadap status tanah Hak Milik PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang terletak di Kabupaten Bangka. Sehubungan dengan hal tersebut tesis ini bertujuan untuk meneliti apakah pada saat ini PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk. masih merupakan Bank Pemerintah yang berhak menguasai tanah dengan status Hak Milik mengingat PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk. Pada saat ini telah menjadi perseroan terbuka dimana sebagian saham milik Pemerintah telah beralih kepada pihak swasta asing maupun domestik. Dalam tesis ini Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan dari penelitian yang Penulis lakukan ternyata PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk. masih berhak mempunyai tanah dengan status Hak Milik."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T16267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Wahyu Arjaya
"Teknologi Informasi saat ini dipandang sebagai salah satu pilar yang penting untuk memperoleh keunggulan kompetitif perusahaan. Investasi di bidang teknologi informasi ini diharapkan akan mampu untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui efisiensi dari current business line dan membuka peluang bisnis yang baru di masa mendatang.
lnvestasi di bidang teknologi informasi seperti Cash Forecasting System diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk menekan biaya operational dari idle cash di ATM dengan mempelajari pattern cash withdrawal. Namun walaupun value yang dihasilkan terasa sangat nyata biaya yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan solusi tersebut pada umumnya cukup tinggi. Oleh karena itu evaluasi yang mendalam untuk mengetahui berapa besar investasi yang diperlukan dan benefit yang dihasilkan dari implementasi solusi tersebut sangat diperlukan.
Terdapat banyak metode yang ada untuk mengevaluasi kelayakan sebuah proyek teknologi informasi, misalnya dengan menggunakan analisis Return On investment (ROI) dan Payback Period Namun kedua pendekatan tersebut hanya mengevaluasi project dari sisi financial (tangible) sementara banyak project teknologi informasi yang Iebih banyak memberikan manfaat intangible dibandingkan yang bersitat tangible.
Metode information Economics yang diperkenalkan oleh Marylin M. Parker, memberikan guidance tentang bagaimana cara kita mengevaluasi sebuah proyek teknologi informasi dengan memperhatikan tangible dan intangible benefit yang dihasilkan. Pengukuran benefit dalam information Economics ini didasarkan atas lima aspek yaitu : Financial Values, Strategic values, Stakeholder values, Competitive Strategy Risk dan Organizational Strategy Risk & Uncertainty. Diharapkan evaluasi yang menyeluruh terhadap tangible dan intangible benefit dari proyek teknologi informasi ini dapat menjadi salah satu metode dalam menilai kelayakan investasi di bidang teknologi inforrnasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amran Reza
"Salah satu produk perbankan syariah di bidang penyaluran dana adalah dengan fasilitas line facility sebagai bentuk komitmen (wa'd) penyediaan plafon pembiayaan secara bergulir dalam jangka waktu tertentu. Komitmen tersebut dilaksanakan dalam berbagai prinsip, rukun dan syarat instrumen pembiayaan syariah sesuai kebutuhan nasabah yang satu sama lain memungkinkan timbulnya masalah hukum. Persoalan-persoalan tersebut diteliti dalam tipologi problem identification dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode kepustakaan dan lapangan. Dalam kerangka pembiayaan line facility oleh bank syariah, konsep hak milik menjadi hal yang penting karena akan menentukan jenis akad-akad pembiayaan yang akan dilaksanakan dari pembiayaan line facility sebagai bagian dari struktur pembiayaan dan pada akhirnya juga menentukan jenis lembaga jaminan yang perlu dilakukan sebagai bentuk pengelolaan resiko oleh bank.
Hasil studi kepustakaan dan lapangan menunjukkan bahwa praktek pemberian fasilitas pembiayaan line facilty dalam jenis qardh, hawalah wal murabahah di bank syariah dari beberapa sisi telah menyalahi konsep sesuai syariat, terutama mengenai struktur pembiayaan, prinsip perikatan, rukun dan syarat akad dan konsep hak milik. Pelanggaran tersebut mengakibatkan konsep wa'd line facility seolah-olah tidak dilaksanakan secara menyeluruh. Line facility tidak difungsikan sebagai wa'd yang mengikat secara moral tetapi menjadi akad pokok yang telah menimbulkan hubungan utang piutang antara para pihak yang pelunasannya telah dijamin dengan lembaga jaminan fidusia dan hak tanggungan. Untuk itu perlu adanya pengaturan setingkat undang-undang bagi perbankan syariah dan produk-produknya agar konsep muamalah Islam dapat benar-benar dilaksanakan sesuai syariat. Itikad dan ketaatan para pihak atas rukun dan syarat yang telah digariskan menjadi hal yang penting selain terus dilakukannya usaha sosialiasi atas mekanisme pembiayaan perbankan syariah.

One of the sharia banking systems in the realm of financing is the so-called line facility, considered as the manifestation of commitment (wa'd) of the provision of financing plafond conducted sequently in a certain period of time. The commitment is conducted in various principles, laws and requirements of the sharia financing instrument in accordance with the customers' needs, which could occur a legal problem. Such problems are scruitnized in the problem identification typology with a qualitative approach, using the library as well as field study. In the line facility financing framework provided by a sharia bank, the concept of ownership becomes an important issue, since it will determine the types of financing agreement (akad) that will be implemented from the line facility financing as the part of the financing structure, which will eventuallly also determine the type of guarantee institution applied as the risk management for the bank.
The study, both library and field, shows that the implementation of the line facility financing provision under the type of qardh, hawalah wal murabahah in the sharia bank has violated the sharia concept itself in several aspects, particularly on the financing structure, binding principles, procedures and requirements of the akad, as well as concept of ownership, which causes the wa'd line facility seem to be implemented in a mere partial way. Line facility doesn't function anymore as a wa'd that binds morally, but instead as a main akad which cause a debt-credit relation between the concerned parties, the payment of which is guaranteed by the fiduciary guarantee institution as well as security right. Therefore, there is a need to create a law-level regulation for sharia banking and its products in order to ensure that the Islamic muamalah concept can be really applied according to the sharia. Furthermore, the good will and conformity of the parties involved on the pillars and requirements determined would be important in ensuring the sustainability of this matter, besides by socializing the mechanism of sharia banking financing.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
T19555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yana Soeprianan
"lndustri perbankan dengan 2 sifat yang khusus yaitu sebagai jantung dan motor penggerak perekonomian suatu negara, serta sebagai suatu industri yang sangat bertumpu pada "kepercayaan" masyarakat, senantiasa merupakan suatu topik yang menarik untuk ditelaah baik dari sisi regulasi maupun pelaksanaan atas regulasinya. Pola operasional perbankan di Indonesia yang masih bercorak tradisional sebagaimana tercermin dari besamya pendapatan yang bersumber dari bunga dari kredit yang disalurkan, mengakibatkan pengembangan kredit menjadi sentra usaha perbankan. Dalam praktek pembeaan kredit, perbankan senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko baik bisnis maupun non bisnis yang berkaitan erat dengan penyalurannya. Meskipun penerapan prinsip prudential banking sebagaimana diamanatkan dalam beberapa ketentuan bidang perbankan telah dilaksanakan, namun sesuai sifat kredit yang mengandung risiko, dimana risiko tersebut tidak bisa dihilangkan dan hanya dapat dimitigasi, maka disaat risiko kredit tersebut terjadi akan berujung pada timbulnya kredit bermasalahlmacet Dalam hal kredit terlanjur menjadi kredit macet, maka bank pada umumnya akan melakukan berbagai upaya penanganan ataupun penyelamatan yang lebih umum dikenal dengan restrukturisasi kredit dengan berbagai cara dan metode. Khusus untuk bank BUMN apabila upaya tersebut tidak berhasil maka kredit tersebut wajib diserahkan kepada DJPLN.
Dan sisi pembukuan bank sejalan dengan tidak berhasilnya upaya tersebut maka dari sisi pembukuan akan dilakukan penghapusbukuan kredit yang dikenal sebagai Write Off dan diikuti dengan dilaksanakannya penghapustagihan kredit, dengan mengacu kepada praktek dibidang perbankan serta ketentuan perundangan yang berlaku. Pelaksanaan hapustagih bagi Bank BO MN daiam pelaksanaannya tunduk pada beberapa ketentuan, mulai dari Undang-undang, Surat Keputusan Menteri Keuangan maupun Anggaran Dasar Perseroan Bank, akan tetapi dalam pelaksanaannya serta dampak kepastian hukum atas tindakan ini dirasakan masih belum jelas.
Tesis ini akan menyoroti effektifitas berlakunya peraturan terkait dengan pelaksanaan penghapusbukuan dan hapustagih khususnya yang berasal dari Bank BUMN yang merupakan piutang Negara. Analisis dilakukan dengan memakai pendekatan analisis efektifitas suatu peraturan, yang mengacu kepada 3 komponen yang meliputi ; struktur/institusi yang dicerminkan dengan adanya pengelola bank yang profesional, peran pengawasan bank yang effektif serta aparat penegak hukum yang kompeten, substansi berupa peraturan yang jelas, serta budaya hukum, yang dicerminkan dengan adanya pemahaman serta peningkatan law enforcement dan peningkatan sosialisasi pemahaman prinsip-prinsip perbankan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T14542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junjun Sukmadiansyah
"Pasar keuangan dunia yang terintegrasi telah mempertegas visi industri perbankan Indonesia yang dituangkan pada Arsitektur Perbankan Indonasia (API). API merupakan visi industri perbankan Indonesia yang dikeluarkan Bank Indonaia (BI) untuk mempersiapkan sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong perlumbuhan ekonomi nasional. Guna menunjang visi API maka ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai melalui Pilar API yang diantaranya menciptakan sistem pengawasan bank yang mengacu pada standard internasional dan menciptakan industri perbankan yang kuat serta memiliki ketahanan menghadapi risiko. Mengacu pada visi ini maka Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan Peraturan BI No. 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum yang salah satu pasalnya mewajibkan Bank untuk mengendalikan dan mengelola risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank.
Pertimbangan utama dalam mengendalikan dan mengelola risiko adalah karena bank merupakan institusi keuangan yang mengelola dana masyarakat sehingga harus dikelola secara prudent. Salah satu indikator dalam menentukan pengelolaan secara prudent adalah penilaian kesehatan melalui Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Konsep KPMM yang diterapkan di Indonesia pada saat ini adalah konsep Capital Accord 1988 dimana metode perhitungan risiko dalam menghitung KPMM berdasarkan risiko kredit (compliance) sedangkan pendekatan yang dilakukan perbankan internasional adalah Risk Based Approach (pendekatan risiko). Pendekatan risiko pasar sebagai salah satu komponen risiko mulai diimplementasikan oleh perbankan internasional setelah amandemen Capital Accord 1996 yang berisi tentang perhitungan KPMM risiko pasar.
Metode yang digunakan dalam menghitung KPMM risiko pasar adalah melode standar dan direkomendasikan oleh Basic Committee on Banking Supervision (BCBS) dari Bank for Internasional Settlement (BIS). Bl telah mengeluarkan kebijakan kewajiban menghitung KPMM risiko pasar bagi Bank Umum dengan kategori systematic important bank atau bank yang memiliki asset diatas Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar Rupiah) dan transaksi derivatif suku bunga dalam trading book. Jenis risiko pasar yang akan dihitung dalam KPMM adalah risiko suku bunga, ekuitas, komoditas, nilai tukar dan perubahan harga option yang tercatat pada posisi bank."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaela Bahar
"Krisis ekonomi yang telah melanda hampir di seluruh dunia tahun 1997 mengakibatkan kerugian yang berkepanjangan bagi dunia perbankan di Indonesia maupun perbankan internasional. Bank BNI mempunyai bisnis perbankan internasional sejak tahun 1955 dengan membuka cabang di negara-negara strategis. Cabang-cabang Luar Negeri yang sekarang masih eksis adalah Singapore, Hongkong, Tokyo, New York dan London dibawah kelolaan SBU lnternasional, menerima imbas yang sangat kuat sehingga menyebabkan kerugian besar akibat naiknya Non Perfoming Loan (NPL), kesulitan likuiditas dan terjadi negative spread yang lebar karena jumlah kredit bermasalah yang membengkak. Rating Bank BNI mencapai titik D (default) menyebabkan kehilangannya kepercayaan bank-bank koresponden untuk memberikan credit line dan borrowing kepada Bank BNI cabang Iuar negeri.
Kondisi yang sangat buruk tersebut menyebabkan Bank BNI harus melakukan suatu strategi yang bertujuan untuk menyelamatkan assets dan bisnisnya di Iuar negeri, yang disebut survival strategy melalui program down sizing assets, SDM, dan melakukan efficiency cost disegala bidang. Survival strategy tersebut diambil sebagai strategi jangka pendek (short term strategy) dengan terlebih dahulu melakukan konsolidasi asset-asset dan bisnis luar negeri, restrukturisasi finansial dan operasional, serta melakukan pemulihan dari sisi assets dan liabilities dengan tujuan mengembalikan SBU internasional kepada posisinya sebagai BU yang berorientasi kepada profit center. Survival strategy dilanjutkan dengan melakukan reorientasi bisnis cabang luar negeri dan selalu melakukan review atas kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan strategi bisnis cabang Iuar negeri. Pemulihan bisnis dan portofolio tersebut kemudian menjadi sebuah transformasi dan diaplikasikan dalam bentuk diversifikasi portofolio, yaitu penataan kembali portofolio usaha cabang luar negeri dengan mengalihkan produk-produk treasuri dan securities untuk memperoleh yield tinggi dengan risiko yang masih acceptable. Transformasi tersebut, juga diarahkan untuk mengatur cabang luar negeri agar fokus pada segmen pasarnya dan fokus kepada prime product sesuai dengan karakteristik dan Iingkungan masing-masing negara.
Penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif ini menganalisis kinerja SBU Intemasional khususnya cabang luar negeri dan menganalisis strategi yang diterapkan oleh manajemen Bank BNI saat ini dalam memperbaiki kinerja SBU lnternasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan SBU Internasional setelah dilakukan strategi transformasi pada tahun 2002 mengalami perbaikan dari sisi assets dan liabitities-nya kemampuan cabang-cabang dalam memperoleh income dan menekan expenses menghasilkan pendapatan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Disisi lain, aspek pembelajaran dan pertumbuhan perlu selalu ditingkatkan karena hal tersebut merupakan kapabilitas perusahaan menyangkut kepada aspek product, people dan delivery service, dimana ketiganya mempunyai korelasi kuat dalam meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T14072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasril
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja antara bank swasta dengan bank pemerintah periode 2009 - 2013. Sampel penelitian ini adalah 4 bank swasta dengan 4 bank pemerintah yang memiliki aset terbesar di Indonesia menurut kriteria Bank Indonesia.. Kinerja perbankan di ukur dengan LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Net Performing Loan), ROA (Return on Assets), ROE (Return on Assets), BOPO (Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional), NIM (Net Interest Margin), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan PDN (Posisi Devisa Netto). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja antara bank pemerintah dengan bank swasta berdasarkan variabel LDR, NPL, ROA, BOPO, NIM, CAR, dan PDN. Sementara itu terdapat perbedaan kinerja antara bank pemerintah dan bank swasta pada variabel ROE.

Comparative Analysis of Private Banks and State Banks Performance Period of 2009 - 2013

This study is aimed at analyzing the difference in performance between private banks and state banks within the period of 2009 to 2013. The sample used is 4 private banks and 4 state banks selected based on their size within the industry. The performance is measured by relevant financial ratios, namely loan to deposit ratio (LDR), non performing loan (NPL), return on assets (ROA), return on equity (ROE), operating expenses against operating income, net interest margin (NIM ), capital adequacy ratio (CAR) and net open position. The results show that there is no difference in performance between the state banks and private banks based on LDR, NPL, ROA, Operating expense against operating income , NIM, CAR, and net open position. The only variable shows performance difference between the state and private banks is ROE . "

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmina Dewi Lestari
"ABSTRAK

Servicescape merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap niat konsumen untuk mengunjungi bank. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh servicescape terhadap pleasure-feeling konsumen, pengaruh pleasure-feeling terhadap revisit intention, pengaruh servicescape terhadap perceived service quality, pengaruh perceived service quality terhadap revisit intention, dan pengaruh perceived service quality terhadap pleasure-feeling. Data dalam penelitian ini berasal dari data primer melalui penyebaran kuesioner menggunakan sampel sebanyak 171 responden dan kuesioner menggunakan skala Likert 1-7. Hasil penelitian ini menunjukkan servicescape berpengaruh signifikan terhadap pleasure-feeling, pleasure-feeling berpengaruh signifikan terhadap revisit intention. Servicescape berpengaruh signifikan terhadap perceived service quality. Perceived service quality tidak berpengaruh terhadap revisit Intention. Untuk berpengaruh signifikan terhadap revisit intention, servicescape harus dimediasi oleh pleasure-feeling dan perceived service quality. Perceived service quality berpengaruh signifikan terhadap pleasure-feeling. Penelitian di dalam jurnal terdahulu meneliti hubungan di antara variabel tersebut dan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan di antara variabel tersebut. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel moderasi, namun hasil penelitian terdahulu memiliki kesamaan dengan hasil penelitian ini.


ABSTRACT

Servicescape is one aspect which influences of consumer’s intention to visit the bank. The purpose of this study is to analyze the influence of servicescape to consumer’s pleasure-feeling, influence of pleasure-feeling to revisit intention, influence of servicescape to perceived service quality, influence of perceived service quality to revisit intention, and influence of perceived service quality to pleasure-feeling. Data in this study has been generated from primary source through the questionnaire which has been distributed to 171 respondent and the questionnaire has been using Likert Scale 1-7. The results show that servicescape influences pleasure-feeling significantly, pleasure-feeling influences revisit intention significantly. Servicescape influences perceived service quality significantly. Perceived service quality does not influence revisit intention. To be able influences revisit intention significantly, servicescape should be mediated significantly by pleasure-feeling and perceived service quality. Perceived service quality influences pleasure-feeling significantly. Previous journal study has examined the relationship between these variables and expressed significant relationship between them. Previous study have been using moderated variable, but the results of previous study have no differences with the current study.

"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ie Tjie Sing
"PT XYZ, tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, dimana perusahaan dituntut oleh permerintah untuk menjalankan fungsi intermediasi. Salah satu fungsi intermediasi adalah memberikan kredit kepada pihak yang membutuhkan dana. Pemberian kredit tersebut diharapkan dapat menunjang kegiatan perekonomian Indonesia. Disamping ikut mensukseskan program pemerintah, Bank juga akan memperoleh keuntungan atas spread bunga dari pelepasan kredit tersebut.
Disamping workflow, perusahaan mempertimbangkan standarisasi pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cara membuat alat bantu analisa yaitu scoring system. Scoring system adalah suatu system pengambilan keputusan yang menggunakan data-data masa lalu untuk memprediksikan performance pembayaran angsuran pemohon dimasa yang akan datang. Data-data pemohon dikuantitatifkan menjadi angka-angka sehingga diperoleh suatu score. Score tersebut sebagai indikasi untuk memutuskan kredit. Semakin besar kredit score yang diperoleh, semakin bagus kondisi debitur. Semakin rendah score yang diperoleh semakin jelek performance debitur.
Penulis mencoba memberikan saran kepada PT XYZ, tbk yaitu melakukan pencatatan terhadap keputusan manual dan keputusan model. Pencatatan tersebut ditujukan untuk perbaikan model. Disamping pencatatan hasil scoring, PT XYZ, tbk sebaiknya memonitoring besarnya kredit bermasalah, apabila kredit bermasalah semakin meningkat, PT XYZ, tbk memperketat kepulusan dengan cara menetapkan tingkat cutoff score yang dipakai dalam keputusan kredit. Scoring system ini merupakan salah satu alat Bantu pengambilan keputusan sehingga PT XYZ, tbk harus melengkapi kebijakan-kebijakan yang belum diakomodasi dalam scoring ini. Saran terakhir dari penulis adalah melakukan review model yang diperoleh minimal setahun sekali."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Cahyaningrum
"Murabahah merupakan suatu bentuk pembiayaan dengan prinsip jual beli, yaitu bank membeli inventaris dari pemasok kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga yang menutup biaya bank ditambah dengan keuntungan. Pembiayaan dengan akad murabahah merupakan kegiatan usaha yang paling banyak dipraktikan dalam perbankan syariah di Indonesia. Salah satu bentuk pembiayaan yang menggunakan akad murabahah adalah Pembiayaan Kepemilikan Emas (PKE), yaitu jual beli emas secara angsuran menggunakan akad murabahah. Produk PKE dipraktikan oleh Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan didasari oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 77/DSNMUI/ 2010 perihal Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/16/DPbS perihal Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan guna mengetahui pengaturan dalam pelaksanaan PKE serta kesesuaian peraturan tersebut dengan pelaksanaannya pada produk PKE Solusi Emas Murni iB di Unit Usaha Syariah Bank Danamon.

Murabaha is a form of financing with the principle of trading, where the banks bought the comodity from the suppliers and then sold it back to the customers at a price that covers the costs plus the profit margin. Financing based on murabaha contract is the most business activities practiced in Indonesian Islamic Banking. One form of financing based on murabaha contract is the Gold Ownership Financing (Pembiayaan Kepemilikan Emas), the gold sale and purchase transaction using murabaha contract with instalments. The Financing of Gold Owenership was applied by Islamic Banks and Islamic Business Units based on Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 77/DSN-MUI/2010 perihal Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Non-Cash Gold trading) and Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/16/DPbS perihal Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (Bank Indonesia Circular Letter Regarding Gold Ownership Financing Product for Islamic Banks and Islamic Business Units). Accordingly, this research was conducted to determine the rules in the implementation of the Gold Ownership Financing and the rules' compliance with the Solusi Emas Murni iB Financing Products of Danamon Sharia Business Unit."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S47806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>