Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176183 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emma Kamelia
"Terhambatnya perkembangan otak dan saraf merupakan problem kesehatan, diperkirakan mencapai 17% dari seluruh populasi. Dampaknya dapat menurunkan fungsi kognitif/daya ingat. Dasar patologi penurunan fungsi kognitif antara lain disebabkan oleh berkurangnya sinaps, neuron, neurotransmitter dan jejaring saraf. Hal ini berkaitan dengan sinyal-sinyal penting seperti faktor neurotrofik, neurotransmitter dan hormon.
Pegagan (Centella asiatica) telah lama digunakan secara empiris untuk memperbaiki daya ingat. Hasil penelitian secara in vivo pemberian pegagan dapat meningkatkan level GABA(Gamma aminobutyric acid) di otak. Pengaruh pegagan pada BDNF(Brain derived neurotrophic factor) belum pemah diteliti, namun menurut Obrietan dkk stimulasi GABA dapat meningkatkan ekspresi BDNF melalui jalur MAPK-CREB (mirogen ocrivated prorein kinase-cyclic AMP response element binding protein).
Brain derived neurotrophic factor (BDNF) merupakani salah satu substansi dalam pengaturan neurogenesis. Penelitian ini merupakan studi eksperimental untuk meneliti kadar BDNF dan jumlah sel saraf pada kultur jaringan hipokampus tikus muda. Pengukuran kadar BDNF dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm dengan kit BDNF dari Chemicon. Data dianalisis dengan ANOVA (anabrsis of varions), dan sebelumnya diuji normalitas data dengan Lavene, serta post Hoc Test.
Dari penelitian ini diperoleh hasil (1) jumlah sel saraf lebih besar pada kultur sel jaringan hipokampus tikus muda yang diberi ekstrak pegagan 0,50 ug/ml dibandingkan 0,25 ug/ml dan kontrol sebagai pembanding (p<0,05). (2) Untuk kadar BDNF terlihat hasil kadar BDNF pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan perlakuan ekstrak pegagan 0,25 ug/ml dan 0,50 ug/ml (p>0,05)."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harsya Pradana Loeis
"Otak adalah sebuah organ yang sangat peka terhadap perubahan oksigenasi jaringan. Latihan fisik aerobik memiliki banyak manfaat, diantaranya meningkatkan cardiac output yang secara tidak langsung akan meningkatkan oksigenasi jaringan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan fisik aerobik dan detrain terhadap jumlah sel saraf normal pada gyrus dentatus tikus. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan mengamati persentase sel saraf normal pada setiap sediaan otak tikus yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kontrol, latihan fisik (training) dan detrain.
Hasil rata-rata persentase sel normal perkelompok sebagai berikut, kontrol 24,8%, training 41,1%, dan detrain 25,2% Hasil dari uji Post Hoc LSD menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol terhadap training (p<0,001) dan training terhadap detrain (p< 0,001) namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol terhadap detrain (p< 0,853). Hasil penelitian ini mendukung teori tentang peningkatan oksigenasi jaringan ke otak akan meningkatkan jumlah sel saraf yang normal pada daerah gyrus dentatus otak tikus.

Brain is an organ which is very sensitive to changes in tissue oxygenation. On the other hand, aerobic exercise has many benefits, including increased cardiac output which will indirectly increase tissue oxygenation. The purpose of this study was to determine the effect of aerobic exercise and detrain on the gyrus dentatus number of normal neuron. This study used experimental design to observe the percentage of normal nerve cells in each mouse brain. The mice were divided into three groups, control, physical exercise (training) and detrain.
Average percentage of normal cells per group as follows, controls 24.8%, 41.1% training and detrain 25.2% Results of Post Hoc test of LSD showed significant difference between the control group of the training (p <0.001 ) and training to detrain (p <0.001) but no significant difference between the control detrain (p <0.853). The results supported the theory of increased tissue oxygenation to the brain will increase the number of nerve cells in the area of ​​gyrus dentatus rat brain.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Taufiq Dardjat
"Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa menit, jam dan seterusnya. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian tersebut. Dari kepustakaan yang ada, saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tanda-tanda dan gejala setelah kematian sangat bervariasi. Hal ini karena tanda atau gejala yang ditunjukan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya, umur, kondisi fisik pasien, penyakit sebelumnya, keadaan lingkungan mayat, sebelumnya makanan maupun penyebab kematian itu sendiri. Dalam era ini dibutuhan penentuan saat kematian secara tepat.Untuk itu akan telah dilakukan suatu penelitian dasar untuk mendapat suatu indikator bebas. Indikator ini akan dipakai untuk dasar kerja sebuah slat banal yang mampu mendeteksi perubahan yang hanya objektif dan akurat setelah kematian terjadi. Otak sebagai organ yang relatif terlindung maksimal dengan batok kepala diperkirakan mengalami proses kimiawi yang relatif cepat dan tidak dipengaruhi lingkungan. Proses kimiawi akibat terhentinya suplai zat asam/oksigen mengakibatkan jaringan otak yang sangat sensitif terhadap kekurangan zat asam itu akan lebih cepat mengalami disintegrasi kimiawi, yang diamati melalui perubahan konduktivitas listrikyang terjadi.
Dengan penelitian ini diamati korelasi waktu dengan perubahan konduktivitas jaringan otak setelah kematian asfiksia dan perdarahan pada tikus. Telah didapatkan data bahwa konduktivitas berubah terhadap waktu dalam 24 jam pertama menurut fungsi quadratik dan atau kubik. Penurunan konduktivitas ini diperkirakan terjadi berhubungan dengan denaturasi protein atau asam aminino intra dan ekstraseluler. Mulai terjadinya pengrusakan atau perubahan semipermeabilitas dinding sel yang terdiri dari fosfo lipid yang terurai menjadi asam lemak dan protein yang bersifat elektrolit menunjukan meningkatnya larutan elektrolit secara umum sehingga akan meningkatkan konduktivitas aliran listrik tersebut. Secara sepintas tidak terdapat berbedaan yang bermakna antara cara kematian secara asfiksia atau perdarahan/potong. Konduktivitas mencapai minimum sekitar 12 - 15 jam kematian untuk kedua perlakuan. Dari data deskriptif ini perlu kiranya dilakukan analisis statistik lebih lanjut, untuk mendapatkan informasi sehingga bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. Untuk itu penelitian ini perlu dilajutkan secara terintegrasi dengan disiplin terkait untuk memantau baik secara biokimia atau histopatologis dan lainnya, untuk menjelaskan perubahan fisika listrik yang terjadi ini."
Lengkap +
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sidiarto Kusumoputro
"Perkenankan pula saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia, kepada Bapak Presiden serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberi kepercayaan kepada saya untuk bertugas sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Neurologi. Pada kesempatan ini saya memilrh judul pidato:
"Peranan Stimulasi yang Berdasarkan Konsep Spesialisasi Dua Belahan dan Plastisitas Otak pada Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia"
Pembangunan Jangka Panjang Tabap II berlandaskan pembangunan ekonomi dan bertumpu pada peningkatan kualitas hidup dan sumber daya manusia (SDM). Faktor-faktor peningkatan sumber daya manusia terletak antara lain pada aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan dan iptek. Peningkatan kesehatan dan pendidikan berarti pula peningkatan kemampuan otak, baik otak yang mengalami gangguan maupun otak yang sehat dan normal.
Dua prestasi manusia yang paling menonjol dalam abad ini adalah "Quantum Cosmology" (sains tentang semesta) dan "Neuroscience" (sains tentang otak). Yang pertama adalah studi tentang awal hidup manusia dan yang kedua tentang perjalanan nasib hidup manusia. Neurosains menjadi begitu pentingnya hingga mantan Presiden Bush dari Amerika Serikat mencanangkan tahun 1990-2000 sebagai "The Decade of the Brain".
Dalam era globalisasi ini -mau tidak mau- Indonesia harus menengok ke dunia luar, antara lain terhadap dekade otak tersebut. Betapa pentingnya otak dapat disimak dari banyaknya masalah yang dapat ditimbulkannya, yaitu sekitar 650 jenis masalah, mulai dari masalah yang berat dan fatal seperti stroke, trauma susunan saraf, dan sebagainya sampai pada masalah pembelajaran dan kesulitan belajar. Semua itu menyebabkan kerugian besar secara sosial dan, ekonomis.
Para pakar neurosains dari berbagai disiplin ilmu mempelajari otak dan masalahnya karena menyadari bahwa otak manusia merupakan struktur hidup yang paling kompleks dalam jagad raya ini. Bayangkan bahwa otak dikemas oleh milyaran sel neuron dan bahwa setiap sel neuron saling berkomunikasi rata-rata dengan 10.000 sel lainnya. Komunikasi itu dilakukan melalui sinyal biolistrik dan kimiawi, dan sampai sekarang telah ditemukan paling sedikit 40 jenis zat kimiawi yang disebut sebagai neurotransmiter (3).
Teknik dan pendekatan canggih yang memungkinkan adanya penelitian langsung tentang mekanisme otak telah membuka cakrawala baru tentang hubungan di antara perilaku (behavior) dan struktur serta fungsi otak manusia. Pengetahuan yang berawal pada tahun 1910 dan disebut sebagai "behaviorism" berkembang pesat dan kini disebut dengan berbagai istilah, seperti Behavioral Neurology, Clinical Neuropsychology, dan Higher Corti-cal Functions. Dalam pada itu Bagian Neurologi FKUI/RSCM menggunakan nama Fungsi Luhur (Fungsi Kortikal Luhur)(10,14,23,25). PeriIaku dalam konteks ini mencakup fungsi bahasa, memori, visuospasial, emosi, dan kognisi (6)."
Lengkap +
Jakarta: UI-Press, 1995
PGB 0101
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Soemarmo Markam
"Otak dan Fungsinya
Otak yang saya maksud ialah otak Homo Sapiens, manusia yang sekarang hidup menguasai permukaan sebuah planet dalam salah satu tata surya galaksi Bima Sakti yang disebut bumi. Menurut teori evolusi, di bumi ini sepuluh juta tahun yang lalu telah ada, makhluk golongan Antropoid yang kemudian berkembang bercabang dua, golongan Hominoid dan golongan kera. Kurang lebih satu juta tahun yang lalu, Hominoid terpecah lagi menjadi dua golongan yaitu. Hominid dan Pongid. Dari golongan Pongid berkembang kera-kera besar seperti gorilla, simpanse, orang utan, gibon. Golongan Hominid berkembang menjadi Homo dengan cabang-cabangnya Homo Makapan, Swartkrans, Java, Peking dan lain-lain. Kira-kira 100.000 tahun yang lalu berkembang cabang Neanderthal dan Cromagnon dan kemudian Homo Sapiens.
Pengetahuan mengenai makhluk-makhluk pra Homo Sapiens ini didapat dan penelitian sisa rangkanya yang ditemukan. Tengkorak kepala makhluk-makhluk purba ini berbeda bentuknya dari tengkorak '' Homo Sapiens. Makin purba makhluknya;. makin banyak kemiripannya dengan tengkorak golongan kera, antara lain bagian dahinya lebih rendah,. Volume tengkorak pada umumnya lebih kecil, Volume tengkorak Homo Java, Homo Erectus yang didapatkan di Trinil misalnya ialah 815 cm3. Volume tengkorak Horrid-Sapiens, 1300-1500 cm3: (18).
Tengkorak berisi otak yang rnerupakan jaringan yang terurai bila makhluknya mati. Bagaimana bentuk dan besar otak makhluk purba hanya dapat diperkirakan dengan membuat cetakan isi tengkorak. Studi perbandingan otak manusia dilakukam dengan menggunakan otak hewan yang terdapat saat ini."
Lengkap +
Jakarta: UI-Press, 1994
PGB 0128
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Monica
"Stroke merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia yang terutama disebabkan oleh hipoksia serebrum Meskipun nyawa sebagian pasien stroke dapat diselamatkan sekitar 70 kasus masih menderita gejala sisa akibat kerusakan neuron otak Oleh karena itu penelitian studi eksperimental ini ditujukan untuk mengetahui efek neuroterapi dari berbagai kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan pada tikus Sprague Dawley pasca hipoksia dibandingkan dengan efek neuroterapi pirasetam sebagai kontrol positif Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga kombinasi ekstrak tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna dengan pirasetam Dari ketiga kombinasi dosis tersebut dosis 200 mg akar kucing dan150 mg pegagan memberikan efek yang paling signifikan dan hampir sama dengan pirasetam terhadap pemulihan neuron hipokampus girus dentatus eksternus tikus pasca hipoksia sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi dosis ekstrak yang optimum adalah 200 mg akar kucing dan150 mg pegagan.

Stroke and other cerebrovascular diseases is the third cause of death in the world and is mainly caused by cerebral hypoxia Although some patients can be saved about 70 of cases still suffer from residual symptoms caused by damage of brain neurons Therefore this experimental study aimed to determine the neurotherapeutic effects of dose combination of Acalypha indica Linn and Centella asiatica extracts on hypoxic mice compared to piracetam The result shows that statistically all dose combination of extracts don rsquo t have any difference with piracetam However 200 mg Acalypha indica Linn 150 mg Centella asiatica has the most significant and similar result to pirasetam in healing process of post hypoxic mice rsquo s hippocampal external dentate gyrus neurons To conclude with the optimal dose of extracts combination is 200 mg Acalypha indica Linn 150 mg Centella asiatica."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Krishna Kumara Dewi
"Timbunan jaringan lemak pada obesitas menyebabkan inflamasi kronis lokal dan sistemik, memicu stres oksidatif berkepanjangan, menyebabkan senescence dan penyakit degeneratif di berbagai organ. Agen fitofarmaka natural dengan efek antioksidan, antiinflamasi, dan antilipidemik banyak diteliti sebagai modalitas terapi obesitas dan efeknya. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi efek ekstrak ethanol biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) sebagai neuroprotektan, dan efeknya pada keadaan stres oksidatif dan cellular senescence otak tikus obes diinduksi diet tinggi lemak. Sampel otak berasal dari tikus eksperimen yang diinduksi diet tinggi lemak dan diberi 100mg/kgBB/hari ekstrak ketumbar selama 12 minggu. Konsentrasi MDA, total gluthatione (GSH), aktivitas SA-β-Gal, konsentrasi p16INK4a, konsentrasi protein proBDNF, matureBDNF, rasio konsetrasi matur/proBDNF dan ekspresi relatif mRNA BDNF diperiksa untuk mengetahui efek ekstrak biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) pada keadaan stres oksidatif, dan cellular senescence otak akibat obesitas, dan efeknya meningkatkan kemampuan neuroprotektif otak. Ekstrak ethanol biji ketumbar menurunkan konsentrasi MDA (p < 0,001), menurunkan aktivitas SA-β-Gal (p ≤ 0,05), dan meningkatkan konsentrasi total GSH (p ≤ 0,05). Ekstrak biji ketumbar 100mg/kgBB/hari tidak menurunkan konsentrasi p16INK4a dan tidak meningkatkan ekspresi mRNA dan protein BDNF. Ekstrak ethanol biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) 100mg/kgBB/hari mampu memperbaiki keadaan stress oksidatif dan cellular senescence namun belum mampu menimbulkan efek neuroprotektif pada otak tikus obes

Obesity causes chronic inflammation, prolonged oxidative stress, cellular senescence, and degenerative diseases in various organs. Natural phytochemical agents with antioxidant, anti-inflammatory, and antilipidemic activities are extensively studied as therapeutic modalities for obesity and its various adverse effects. This study explores the ability of coriander seeds (Coriandrum sativum L.) ethanolic extract as a neuroprotectant agent and its effect on oxidative stress and cellular senescence in the brain of high-fat diet-induced obese rats. Brain samples from experimental HFD-induced obese rats were given 100 mg/kgBW/day of coriander extract for 12 weeks. MDA concentration, total glutathione (GSH), SA-β-Gal activity, p16INK4a concentration, the concentration of proBDNF, matureBDNF, mature/proBDNF ratio and relative mRNA expression of BDNF gene were examined to determine the effect of coriander seeds extract on oxidative stress, cellular senescence, and increasing brain’s neuroprotective ability. Coriander seeds ethanolic extract is shown to reduce MDA concentration (p < 0.001), decrease SA-β-Gal activity (p ≤ 0.05), and increase total GSH concentration (p ≤ 0.05). Coriander seed extract at 100 mg/kgBW/day did not decrease p16INK4a concentration or increase BDNF mRNA and protein expression. Daily intake of 100 mg/kgBW Coriandrum sativum seeds ethanolic extract improved the state of oxidative stress and cellular senescence but failed to assert a neuroprotective effect on the brains of obese rats."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Yuniarlina
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Usia lanjut berkaitan dengan peningkatan progresif risiko penyakit neurodegenerasi. 7% dari kelompok usia lanjut menunjukkan penurunan fungsi kognitif Dasar patologi penurunan fungsi kognitif antara lain disebabkan oleh berkurangnya sinap, neuron, neurotransmitter dan jejaring saraf. Proses regenerasi berkaitan dengan sinyal-sinyal penting seperti faktor neurotrofik, neurotransmitter dan barman. Proses neurodegenerasi dapat dihindari dengan memberikan rangsangan tertentu diantaranya estrogen sebagai hormon multiefek. Estrogen mempengaruhi jaringan saraf melalui mekanisme genom dan non genom diantaranya dengan menghasilkan BDNF (Brain derived neurotrophic factor). BDNF merupakan salah satu substansi dalam pengaturan neurogenesis. Penelitian ini merupakan studi ekperimental untuk meneliti kadar BDNF dan jumlah sel saraf pada kultur jaringan hipokampus tikus betina muda.Pengukuran kadar BDNF dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm dengan kit BDNF dan Chemikon. Jumlah sel saraf dihitung perlapang pandang besar. Data dianalisis dengan uji t dependent, uji korelasi pm-son, dan sebelumnya diuji normalitas data dengan uji Shapiro Wilk.
Hasil dan Kesimpulan: Dari penelitian ini diperoleh hasil (1) jumlah sel saraf lebih besar pada kultur jaringan hipokampus tikus betina muda yang diberi estrogen disbanding kontrol (p"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri
"ABSTRAK Bising merupakan dampak yang timbul mengikuti kemajuan industri yang dapat dirasakan termasuk oleh ibu hamil. Pajanan bising saat kehamilan diketahui dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Sebaliknya musik dapat memberikan efek positif dalam berbagai reaksi fisiologis, yaitu kognisi, emosi, dan imunitas. Akan tetapi, belum diketahui dampak gabungan pajanan keduanya saat prenatal, serta pengaruhnya terhadap fungsi otak, khususnya hippocampus yang berperan dalam kognisi dan memori spasial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pajanan suara gabungan (musik dan bising) dapat mengkompensasi dampak negatif bising pada perkembangan hippocampus. Penelitian dilakukan dengan membandingkan pengaruh pajanan suara musik, bising dan kombinasinya selama perkembangan prenatal terhadap fungsi hippocampus neonatus Gallus gallus domesticus. Telur yang telah difertilisasi diinkubasi dalam mesin tetas yang dilengkapi pengeras suara untuk tiga jenis suara, yaitu musik, bising dan gabungan, serta sebuah kelompok kontrol. Pajanan suara diberikan sejak embrio berusia 10 hari sampai menetas. Selanjutnya dilakukan penilaian memori spasial menggunakan labirin T, penimbangan berat otak, penghitungan jumlah neuron dengan pewarnaan Hematoxylin eosin, serta penilaian ekspresi protein BDNF pada hippocampus dengan pewarnaan imunohistokimia. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna berat otak pada masing-masing kelompok. Selain itu, pajanan musik dapat memfasilitasi pembentukkan memori spasial didukung dengan peningkatan jumlah neuron dan ekspresi protein BDNF pada hippocampus; sebaliknya pajanan bising menginhibisi konsolidasi memori spasial, menurunkan jumlah neuron dan ekspresi BDNF di hippocampus. Pajanan gabungan memberikan hasil yang tidak berbeda dengan kelompok kontrol pada tiap parameter. Disimpulkan bahwa pajanan gabungan dapat mengkompensasi

ABSTRACT
Noise has become a critical issue following industrial evolution, especially pregnant women. Noise exposure during prenatal period may disrupt fetal growth and development. Otherwise, music gives various positive physiological responses to the development of cognition, emotion, and immunity. However, the effect of combination of both sound during prenatal to brain, especially hippocampus that manage cognition and spatial memory has never been studied. This research aimed to know whether combination of music and noise exposures can compensate negative effect of noise in hippocampus development. Research conducted by comparing the effect of music, noise and combination of both exposures during prenatal development to the function of Gallus gallus domesticus neonate hippocampus. Fertilized eggs were incubated in hatchery machine equipped with a loud speaker for three exposures groups, i.e. music, noise and combination, and a control group; given from E10 until hatching. Data collected for evaluation were spatial memory assessment that was done using T-maze, brain weight, total hippocampus neuron number and BDNF expression in hippocampus. As result, there was no significant difference in brain weight among these groups. Furthermore, prenatal music stimulus enhanced spatial memory formation supported by the increasing number of total neuron and BDNF expression in hippocampus. Besides, prenatal noise stimulus elicited spatial memory inhibition, decreased of total neuron number and BDNF expression in hippocampus. Combination group showed no significant result compare to control group in each measurements. In conclusion, combination of both music and noise stimulus during prenatal period could compensate the negative effect of prenatal noise exposure.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trixie Putri Padita
"Tumor supresor gen p53 (TP53) merupakan salah satu marker yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya mutasi pada sel kanker. Sampel Formalin-Fixed Paraffin-Embedded (FFPE) merupakan metode penyimpanan sampel untuk jangka panjang. Sampel FFPE mengandung materi genetik dan protein. Namun, DNA yang terkandung pada sampel FFPE sering mengalami degradasi yang menyebabkan rendahnya konsentrasi DNA yang dapat diamplifikasi dengan metode PCR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimal PCR dalam amplifikasi gen target TP53 pada sampel FFPE yang telah tersimpan lebih dari satu tahun. Terdapat dua primer yang digunakan pada penelitian ini, yaitu primer referensi dari penelitian sebelumnya dan primer yang dirancang sendiri. Kemampuan deteksi dari primer referensi dievaluasi menggunakan satu kali PCR. Kemudian dilanjutkan dengan amplifikasi gen target TP53 menggunakan dua metode PCR yaitu nested PCR dan two round PCR. Selanjutnya dilakukan perbandingan ketebalan pita amplikon pada kedua metode tersebut. Evaluasi primer referensi menunjukkan bahwa primer dapat digunakan untuk mendeteksi ekson 2 hingga 11 dari gen TP53. Hasil visualisasi produk PCR dari metode nested PCR yang dibandingkan dengan metode two round PCR menunjukkan bahwa pita ekson gen TP53 lebih tebal apabila deteksi dilakukan dengan menggunakan metode two round PCR.

Tumor suppressor gene p53 (TP53) is one of the markers used to detect mutations in cancer cells. Formalin-Fixed Paraffin-Embedded (FFPE) samples are a method of storing samples for the long term. FFPE samples contain genetic material and protein. However, the DNA contained in FFPE samples is often degraded which causes a low concentration of DNA that can be amplified by the PCR method. This study was conducted to determine the optimal PCR conditions for the amplification of the TP53 target gene in FFPE samples that have been stored for more than one year. There were two primers used in this study, namely reference primers from previous studies and self-designed primers. The detectability of the reference primers was evaluated using one-time PCR. Then continued with the amplification of the TP53 target gene using two PCR methods, namely nested PCR and two round PCR. Furthermore, a comparison of the thickness of the amplicon tape in the two methods was carried out. Evaluation of the reference primers showed that the primers could be used to detect exons 2 through 11 of the TP53 gene. The results of visualization of PCR products from the nested PCR method compared with the two round PCR method showed that the exon band of the TP53 gene was thicker when the detection was carried out using the two round PCR method."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>