Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987
307 SAR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soetomo, 1946-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013
361.8 SOE m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zarqa Khalifa Hurin
"Enjo kosai adalah sebuah fenomena sosial yang berkembang di Jepang pada era 90-an. Enjo kosai merupakan praktik yang dilakukan oleh laki-laki yang lebih tua memberikan uang atau barang-barang mahal kepada remaja perempuan sebagai imbalan dari pertemanan mereka atau bahkan berhubungan seksual. Fenomena ini sangat populer di Jepang, kerap enjo kosai dijadikan sebagai tema dalam berbagai media seperti film, komik, bahkan karya sastra. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini akan membahas tentang fenomena enjo kosai di Jepang digambarkan dalam sebuah media film berjudul Bounce Ko Gals (1997) karya Masato Harada. Peneliti menggunakan teori representasi milik Stuart Hall dan mise en scene untuk menganalisa film Bounce Ko Gals (1997), dan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kepustakaan. Melalui kedua pendekatan tersebut didapatkan hasil penelitian bahwa dalam film Bounce Ko Gals (1997) terdapat tanda-tanda yang menggambarkan ciri dari fenomena enjo kosai.

Enjo kosai is a social phenomenon which evolves in Japan in the era of 90s. The definition enjo kosai is a practice carried out by older men giving money or expensive items to young girl as a reward of their relationship or they can even move to sexual intercourse. This phenomenon is very popular in Japan, that they often made a theme on various media such as films, comics and even literature work. Based on these cases, this study will discuss how the phenomenon of enjo kosai in Japan portrayed on the film entitled Bounce Ko Gals (1997) by Masato Harada. The researcher used Stuart Halls representation theory and mise en scene to analyze the film Bounce Ko Gals (1997), and this research is a qualitative study using library research. Through these two approaches, the result of the study shows that in the film Bounce Ko Gals (1997) there are signs that describe the characteristics of the enjo kosai phenomenon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aceh: Center for community development & education,
362 POTRET
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmizal
"Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pelaksanaan Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif (MPA) dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di desa Pulau Medang dan desa Limbung, Kecamatan Senayang dan Lingga. Penelitian ini penting mengingat semakin terpuruknya kondisi masyarakat nelayan di kawasan tersebut yang merupakan dampak dari kerusakan ekosistem terumbu karang di kawasan tersebut. Penelitian ini di fokuskan pada desa Pulau Medang di Kecamatan Senayang dan desa Limbung di Kecamatan Lingga berkaitan dengan program Coremap yang dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut. Namun demikian, proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan program Coremap melalui program Pengembangan MPA, apakah dalam prosesnya sudah benar-benar mampu membawa perubahan di dalam masyarakat nelayan bagi peningkatan pendapatan mereka. Untuk itu, perlu dilakukan suatu penelitian yang menganalisis proses pemberdayaan melalui program Pengembangan MPA tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskripif yang diperoleh melalui proses studi kepustakaan, wawancara dengan informan, dan observasi lapangan. Selama dilakukan penelitian, pemilihan informan dilakukan dengan snowball sampling, dimana informan yang ditemui pertama akan memberikan informasi kepada peneliti menyangkut informan yang dapat ditemui berikutnya yang tentunya dianggap memiliki informasi yang di butuhkan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan program pengembangan MPA, kehadiran dan manfaatnya dirasakan masyarakat. Namun demikian, masih juga terdapat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak pengelola ataupun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengelolaannya. Bahkan terdapat kecenderungan LSM sebagai pelaksana kontrak PBM di lapangan lebih mengedepankan kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan masyarakat sasaran.
Oleh karena itu, pihak pengelola harus tetap berpegang pada tujuan awal program yang lebih memprioritaskan keberpihakan kepada masyarakat, sehingga upaya peningkatan pendapatan nelayan dapat berjalan dengan baik. Selain itu, peran community worker harus dapat lebih dioptimalkan, khususnya peran mereka dalam melakukan animasi sosial dan menyampaikan informasi yang benar dan efektif kepada masyarakat, maka partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan yang dikembangkan bagi peningkatan pendapat mereka akan meningkat. Disamping itu, LSM harus mampu bekerja secara profesional dan independent, dan tidak semata-mata mementingkan kepentingan mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinita Susanti
"Hubungan seks sebelum menikah, hamil di luar nikah dan pembunuhan bayi merupakan penyimpangan norma (deviant behavior). Perbuatan ini berkaitan satu dengan yang lainnya. Semua tindakan ini melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat, dan pelakunya mendapat ?cap? negatif. Yang paling serius dan membahayakan adalah pembunuhan bayi. Penulis tertarik dengan masalah ini, karena melihat ketidak adilan dialami oleh pelaku pembunuhan bayi (ibu si bayi). Perempuan sering menjadi ?korban? pada masyarakat patriarkhi.
Penelitian ini membahas reaksi masyarakat terhadap hubungan seks sebelum menikah, hamil di luar nikah dan pembunuhan bayi. Lebih mendalam lagi, membahas juga tingkat seriusitas dan bahayanya dari perilaku menyimpang seksual tersebut.
Dalam menganalisa, kerangka berfikir yang digunakan dengan menghubungkan variabel independen (VI) dan variabel dependen (VD). Ascribed Status dan Achieved Status dalam masyarakat sebagai variabel yang mempengaruhi (VI). Dan variabel yang dipengaruhi (VD) adalah reaksi sosial. Yang termasuk variabel independen adalah kelompok agama, kelompok suku dan kelompok SSE. Semua mempengaruhi reaksi.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskripsi-analitis. Selain mendeskripsikan data-data, juga menganalisanya. Pendekatan yang dipakai adalah kualitatif, dengan sampelnya berjumlah 19 orang, yang terdiri dari 7 Informan dari kelompok Agama, 3 Informan dari kelompok Suku dan 9 Informan dari kelompok SSE. Untuk mempermudah pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah Wawancara Mendalam pada masing-masing Informan. Ditambah dengan studi pustaka dan dokumen, untuk melengkapi informasi dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini yang paling mendalam adalah adanya pelabelan dari masyarakat terhadap perempuan pelaku tindakan menyimpang tertentu, khususnya pembunuhan bayi. Perempuan juga mengalami ketidak adilan, selain ia menjadi korban laki-laki (pasangannya), ia juga harus menerima hukuman dari masyarakat berupa label yang tidak menyenangkan dan hukum sipil yang harus dihadapi sendiri tanpa pasangannya.
Hasil analisa data, hubungan seks sebelum menikah dipandang sebagai serius dan berbahaya. Kehamilan di luar nikah dipandang sebagai sangat serius dan sangat berbahaya dan begitu juga dengan Pembunuhan bayi dipandang sebagai yang sangat serius dan sangat berbahaya."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T 7942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Faridanto
"Munculnya media massa yang memuat unsur pornografi memicu sebagian masyarakat untuk bereaksi dengan mewujudkannya melalui sikap mereka yang pro (mendukung) maupun sikap mereka yang kontra (menolak), hal ini dikarenakan adanya perbedaan pola pandang dari tiap individu yang berbeda dalam mempersepsikan anti pornografi dan hal ini umumnya dipengaruhi oleh faktor agama, pendidikan, sosial budaya, seni, hukum ataupun kebiasaan masyarakat setempat.
Reaksi tersebut pada akhirnya berimbas pada tatanan kehidupan masyarakat itu sendiri dimana kejahatan seksual disertai dengan kekerasan seksual semakin hari semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah media massa.
Pornografi dalam media massa menurut beberapa ahli memiliki pengaruh terhadap maraknya tindak kejahatan dan kekerasan seperti perkosaan, pencabulan dan pelecehan seksual. Media massa pun turut membentuk realitas sosial yang ada dimasyarakat sehingga mampu menarik masyarakat untuk bersikap maupun bertindak atas segala pemuatan yang ada di dalamnya. Dengan dernikian diperlukan penyeimbang dalam kehidupan sosial masyarakat berupa pengendalian sosial yang nantinya mampu menjaga masyarakat itu sendiri baik dan dalam maupun dari luar diri individu sehingga keberadaan pornografi dapat disikapi sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik norma masyarakat maupun hukum negara.
Penelitian ini berangkat dan rasa keprihatinan penulis terhadap gencarnya serangan pornografi yang ditujukan langsung kepada masyarakat luas dan berbagai media, ditambah pula adanya keinginan untuk menggambarkan secara langsung sejauhmana reaksi masyarakat yang diwujudkan melalui sikap maupun tanggapan mereka terhadap maraknya pemuatan pornografi melalui media massa saat ini yang hasil akhirnya dituangkan kedalam bentuk prosentase jawaban para responden.
Metode penelitian yang dilakukan dalam meneliti gejala sosial yang ada di masyarakat (wilayah penelitian) menggunakan dua tehnik pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif serta pengukuran dilakukan dengan statistik non inferensial. Untuk memperkuat analisa data dari hasil jawaban responden penulis memanfaatkan tabel silang (jenis kelamin, pendidikan, agama dan pekerjaan responden) yang memungkinkan bagi para pembaca untuk turut dalam melengkapi kesimpulan penulis.
Temuan akhir penelitian ini menunjukkan bahwa reaksi para responden yang ditunjukkan melalui sikap maupun tanggapan mereka terhadap pemuatan pornografi diberbagai media massa cenderung menolak, tidak setuju dan menyatakan pornografi tidak sopan untuk dipublikasikan disebabkan dampak yang akan muncul lebih besar dibandingkan manfaatnya. Tetapi tidak sedikit pula responden yang menyatakan sikap mereka mendukung pemuatan pornografi di media massa dengan alasan keindahan, seni, maupun sebagai sarana memperoleh pengetahuan seputar seks."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12268
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Waluyo
"Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Karya "Pangudi Luhur" Bekasi, yang beralamat di Jalan H. Moeljadi Djojomartono No.19 Bekasi Jawa Barat, dengan tujuan untuk mengkaji proses pelaksanaan program rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis pada lembaga tersebut. Selanjutnya penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi masukan untuk perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Obyek penelitian adalah semua pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan program rehabilitasi sosial di PSBK Bekasi, antara lain kepala panti, petugas fungsional/petugas lapangan, gelandangan dan pengemis yang sedang dibina serta pihak lain yang terkait.
Gelandangan dan pengemis (gepeng) merupakan fenomena sosial di kota-kota besar, karena sulitnya kehidupan di pedesaan sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk dan tanah garapan yang makin berkurang, mereka terpaksa harus mencari pekerjaan di tempat lain, alternatifnya yaitu mengadu nasib ke daerah perkotaan. Namun oleh karena keterbatasan ketrampilan dan pendidikan, mengakibatkan mereka tidak mampu bersaing memperebutkan pekerjaan yang layak. Akhirnya mereka mau bekerja apapun dengan upah berapapun untuk mempertahankan kehidupannya.
Akibatnya mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup secara layak, tidak mempunyal pekerjaan layak, tidak memiliki tempat tinggal yang layak dan sebagainya. Keberadaan mereka yang terbatas ketrampilan, terbatas pendidikan, dan terbatas fasilitas, maka keberadaan mereka diperkotaan dianggap sebagai masalah sosial. Untuk penanganan masalah sosial gelandangan dan pengemis diperlukan pelayanan yang komprehensip, karena masalahnya sangat komplek tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi tetapi juga aspek mental dan budaya.
Program rehabilitasi sosial di PSBK terdiri dari beberapa tahapan proses sebagai berikut : Pertama adalah tahap rehabilitasi sosial yang terdiri dari : a) pendekatan awal, b)penerimaan dan c)bimbingan mental, sosial dan ketrampilan. Kedua adalah tahap resosialisasi yang terdiri dari ; a) bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat, b) bimbingan sosial masyarakat, c) bimbingan bantuan stimulus usaha produktif dan c) bimbingan usaha. Ketiga adalah tahap bimbingan lanjut yang terdiri dari : a) bantuan pengembangan usaha dan b) bimbingan pemantapan usaha/kerja.
Hasil penelitian yang diperoleh menggambarkan bahwa secara umum PSBK Bekasi telah dapat memberikan pelayanan program kepada kliennya sesuai prosedur yang ditetapkan, namun praktek pelayanan yang diberikan belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih ada kesenjangan antara teori atau konsep dengan praktek yang bisa dilakukan. Sehingga lembaga ini kurang berhasil mengemban misinya, yaitu mengentaskan gepeng dari masalahnya.
Hasil penelitian tahap awal, pada kegiatan orientasi dan motivasi untuk menjaring klien, PSBK lebih mengandalkan tehnik "getok tular", yaitu mengharapkan eks klien yang telah selesai mengikuti pembinaan di PSBK mengajak teman-temannya yang lain untuk masuk panti. Tehnik ini kurang efektif sehingga target sasaran yang setiap angkatan hanya 300 orang tidak terpenuhi, padahal gepeng di Jakarta jumlahnya sangat besar.
Bimbingan mental sebagai fokus utama program rehabilitasi di PSBK, metodanya juga masih perlu dikaji ulang. Tehnik bimbingan mental yang diterapkan lebih mengacu pada aspek transfer pengetahuan, bukan aspek penyadaran mental. Dimana semua klien dari berbagai tingkat pendidikan masuk dalam satu kelas dan diajarkan materi yang sama, sehingga situasinya lebih menyerupai sekolah formal. Bimbingan mental untuk membangun konsep diri yang positif, percaya diri, dan penghargaan diri diperlukan pendekatan individu, tehnik konseling yang efektif dan sebagainya. PSBK sampai saat ini belum mempunyai program khusus yang secara langsung diarahkan untuk penyadaran mental klien.
Program rehabilitasi gepeng harus dilaksanakan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu, sebagaimana pada konsep dan juklak. Namun PSBK sampai saat ini baru memiliki petugas lapangan dari profesi pekerjaan sosial, sedangkan profesi lain yang diperlukan untuk mendukung kelancaran program belum ada.
Dari hasil penelitian ditemukan, bahwa sebagian klien PSBK menggelandang lagi, banyak aspek sebagai penyebabnya, diantaranya PSBK tidak memiliki dana untuk mendukung usaha kerja gepeng, kesempatan bekerja disektor formal sangat sulit, ketrampilan kerja yang diajarkan sangat minim, umumnya dibawah standar pasaran kerja, dan metoda bimbingan mental dan sosial juga kurang tepat.
Selanjutnya penelitian ini merumuskan saran sebagai berikut, pertama PSBK perlu merumuskan program khusus untuk kegiatan bimbingan mental, kedua mengingat sulitnya mencari lapangan pekerjaan di sektor formal, maka program ketrampilan di PSBK sebaiknya lebih diarahkan untuk jenis ketrampilan wira usaha."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 9704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian , 2006
361.1 DIV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>