Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116899 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ramel Yanuarta R.E.
"Dalam penelitian ini, penulis menguji kinerja return jangka panjang dari 39 perusahaan yang melakukan lnitiai Public Offering (IPO) dari tahun 1999-2001. Pengujian bettujuan untuk melihat apakah kinmja saham-saham IPO tersebut Iebih rendah dibandingkan dengan kinerja pasar (imderperform) seperti yang ditemukan peneliti lain di mancanegara scbagai "new issues puzzle". Penulis juga menguji konsistensi beberapa metode pengukuran kinerja terhadap hipotesa underperform, serta melihat teori mana yang dapat menjelaskan fenomena underperform tersebut diantara tiga teori ; the divergence of opinion, the impresario dan the windows of oppotunity hypothesis.
Pengujian dilakukan Secara event study dan cross section. Event study digunakan untuk melihat pergerakan harga saham-saham IPO dengan parameter abnormal rerun: secara kumulatif dan stratcgi buy-and-hold dengan pembobotan seimbang dan berdasarkan value. Sedangkan analisa cross section digunakan untuk melihat teori yang mempengaruhi return dengan strategi buy-and-hold.
Dalam analisa ini digunakan model regresi berganda dengan variabel bebas initial return hari pertama saham-saham IPO, size perusahaan dan return pasar enarn (6) bulan sebelum IPO juga dimasukan variabel variabel dummy selector keuangan. Secara keseluruhan diperoleh kesimpulan bahwa kinerja yang underperjorm hanya terjadi pada emiten non keuangan dalam penode satu, dua maupun tiga tahun.
Dari metode pengukuran yang digunakan, diperoleh hasil dan kekuatan pengujian yang berbeda Penulis juga menemukan dalam analisa cross section bahwa hanya variabel initial return hari pertama saham-saham IPO dan dummy sektor keuangan yang mempunyai pengaruh signifikan dengan I1 5-10% terhadap kinerja jangka panjang saham-saham IPO.
Hasil ini sesuai dengan teori The impressario hypothesis dari Shiller (1990) dan Debont &. Thaler (l985,I98'?) yang menjelaskan bahwa IPO merupakan subyek yang bisa diatur untuk menciptakan excess demand. Penulis melihat dipacunya perkembangan BEJ dengan pesat melalui proses IPO yang relatif mudah dan orientasi trading investor yang jangka pendek, membuka peluang pengaturan dalam IPO. Sehingga dalam jangka panjang kinerja return saham-saham IPO tersebut akan jelek. Namun hal ini sulit teljadi pada emiten-emiten hesar yang mempunyai fundamental yang kuat. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Barinda
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan pengaruh antara ketepatan ramalan labs dengan return saham, dalam hal ini initial return. Hal lain yang diteliti adalah pengaruh antara ramalan labs dengan faktor-faktor yang menentukan ketepatannya, yaitu periode interval listing hingga akhir tahun Initial Public Offering (IPG), umur perusahaan, besaran perusahaan, tingkat leverage, integritas auditor, integritas penjamin emisi, kepemilikan saham Iama dan perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (1HSG).
Distribusi forecast error sebagai ketidaktepatan ramalan laba pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama 1997 - 2002, menunjukkan kecenderungan memberikan informasi ramalan labs yang overestimated. Ketidaktepatan ramalan laba yang dinyatakan dengan Forecast Error (FE), Absohrte Forecast Error (AFE) dan Squared Forecast Error (SFE) menunjukkan nilai yang signifikan baik sampel penuh, perusahaan tergolong sektor keuangan dan perusahaan tergolong sektor non keuangan.
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan, besaran perusahaan dan perubahan IHSG mempengaruhi secara signifikan terhadap ketidaktepatan ramalan laba pada sektor keuangan. Arah koefisien yang diharapkan pada pengujian tersebut di atas masing-masing adalah negatif, negatif dan positif, sedangkan ditemukan variabel besaran perusahaan dan perubahan IHSG menunjukkan arah yang berlawanan. Hal ini terjadi dikarenakan perusahaan yang semakin besar, semakin sulit untuk membuat ramalan laba, sehingga ramalan laba menjadi kurang tepat, Sedangkan perubahan IHSG sebagai kondisi pasar juga dimasukkan dalam asumsi pembuatan ramalan laba, jika komponen ini diasumsikan terlalu besar menyebabkan perubahan IHSG yang kecil cenderung membuat ketidaktepatan ramalan laba.
Pengujian hipotesis pada sektor non keuangan, variabel periode interval listing hingga akhir tahun IPO dan kepemilikan saham lama mempengaruhi secara signifikan terhadap ketidaktepatan ramalan laba. Koefisien yang diharapkan dari masing-masing variabel ini masing-masing adalah positif dan negatif. Temyata kepemilikan saham lama memberikan arah yang negatif yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham lama sernakin besar cenderung meningkatkan ketidaktepatan ramalan laba. Hal ini dapat terjadi akibat adanya moral hazard bagi pemilik saham lama.
Pena jian hipotesis secara sampeI penuh, variabel periode waktu interval listing hingga akhir tahun IPO, umur perusahaan dan kepemilikan saham lama mempengaruhi secara signifikan terhadap ketidaktepatan ramalan laba. Arah masing-masing koefisien diharapkan masing-masing adalah positif, negatif dan negatif. Namun variabel kepemilikan saham lama memberikan koefisien yang positif.
Ketidaktepatan ramalan laba mempengaruhi secara signifikan terhadap initial return pada sektor non keuangan. Hal ini juga sama dengan yang terjadi pada sampel penuh. Dengan demikian, ketepatan ramalan laba benar mempengaruhi initial return pada penawaran umum perdana di BEJ."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Edhi Kusumaningtias
"ABSTRAK
Karya Akhir ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penerapan dan P/E
ratio dalam menilai harga dari suatu saham di bursa dan untuk melihat seberapa besar
pengaruh dan signifikansi dari variabel-variabel pembentuk nilai P/E ratio yaitu :
dividend payout ratio, earnings growth, serta standar deviasi dan tingkat pertumbuhan
rata-rata. Jumlah sampel diambil dari populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta terdiri dari 42 perusahaan dan dapat dikelompokkan berdasarkan
3 sub industri, yaitu : consumer goods industry, basic & chemical industry dan
miscellaneous industry. Periode pengambilan data dan tahun 1991 sampai tahun 1996
digunakan untuk membentuk persamaan regresi linier berganda P/E ratio tahun 1995.
Hasil penelitian dari ketiga kelompok industri secara umum menunjukkan
bahwa variabel bebas (dividend payout ratio, tingkat pertumbuhan EPS, dan standar
deviasi) dalam persamaan regresi berganda memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai P/E ratio. Ditemukan pula bahwa dari hasil persamaan regresi tanda
minus maupun plus dari masing-masing variabel bebas yang menunjukkan hubungan
linier antara variabel tersebut dengan nilai P/E ratio tidak sesuai dengan dugaan awal,
kecuali untuk miscellaneous industry.
Dengan menggunakan persamaan P/E ratio basil regresi dapat diketahui apakah
suatu saham dalam kondisi undervalued ataupun overvalued. Kemudian dilakukan
pembuktian melalui analisis return yaitu dengan membandingkan return tahun 1995
dengan return tahun 1996. Hasil yang diperoleh dan analisis di atas secara
keseluruhan menunjukkan bahwa return saham undervalue lebih besar dibandingkan
dengan return saham yang overvalue.
"
Lengkap +
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Ratnamurty
"Variabel penting di dalam melakukan analisis sekuritas adalah keuntungan yang diharapkan (expected return) dan identifikasi risiko atau sering disebut sebagal risk -return analisis. Beta dapat digunakan sebagai ukuran risiko yang sangat membantu investor dalam memprediksi return dan suatu saham yang dimilikinya. Bela menunjukkan sensitivitas tingcat pengembalian sural berharga saham terhadap tingkat pengembalìan berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti tingkat pengembalian pasar. Tingkat pengembalian pasar chtunjukkan oleh besamya pengembalian indeks barga saham gabungan ataupun indeks beberapa saham lertentu yang dianggap representatif Untuk indeks barga saham ini di Buma Efek Jakarta dikenal adanya IHSG dan LQ45.
Variance juga dapal digunakan sehagai alat ukur risiko suatu saham. Variance dibedakan menjadi unconditional variance dan conditional variance. Conditional variance sangat penting bagi para investor untuk melakukan analisis fmansial, misalkan untuk inengukur risiko yang akan terjadi dan memperhitungkan return dan investasinya sehingga risiko investasi dapat dikurangi dan return yang diharapkan dapat diperoleh. Conditional variance dapat diformulasikan dengan menggunakan model ARCH / GARCH Engle (1982) memperkenalkan model Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH). Model ini adalab model time-series untuk kondisi heteroscedasticity yang didasarkan pada conditional variance dimana variance adalah fungsi dan variance sebelumnya. Tim Bollerslev (1986) memperkenalkan model Generalized Autoregressive 2onditional Heteroscedasticity (G ARCH) yang merupakan pengernbangan dan model ARCH Model GARCH merupakan teknik pemodelan time-series yang menggunakan peramalan variance masa lalu untuk meramalkan variance masa depan.
Karya akhir ini bertujuan untuk mengetahui besarnya beta dan conditional variance sepuluh perusahaan sektor consumer goods yang memiliki total kapitalisasi pasar terbesar selama 1996-2001 dengan menggunakan model ARCH / GARCH. Adapun untuk pengolaban data digunakan alat bantu software EViews version 3.0, sedangkan untuk pembuatan grafik digunakan bantuan Microsoft Excel 2000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saham-saham consumer goods yang dipengaruhi oleb return 1148G dan return 1148S path vmumnya mempunyai pergerakan yang searah dengan pasar maupun sektoralnya karena sebagian besar basil estimasi menunjukkan nilai beta 1H50 dan beta mss yang positif, serta termasuk saham yang agresif terhadap pasar namun defensif terhadap ektoraJnya, berdasarkan hasil estimasi yang sebagian besar menunjukkan nilai beta IHSG> 1 dan beta IHSS < 1. Secara umum dari tahun 1996 hingga tahun 2001, return saham consumer goods juga dipengaruhi oleh return saham pada han-han sebelumnya namun tidak dipengaruhi oleb return IDR.
Berdasarkan model ARCH / cIARCH, dari hasil penelitian didapat bahwa pada Umurnnya volatilitas return saham consumer goods sebelum krisis ekonomi mel anda Indonesia fluktuasinya rendah. Volatìlitas meningkat tajam ketika luisis mulal terasa imbasnya path bulan Juli 1997. Fenomena ini mendukung teoni Steward (1989) bahwa krisis ekonomi akan menyebabkan meningkatnya volatilitas dan volatilitas akan turun ketika terjadi ekspansi ekonomi. Agar investor BEJ bisa mendapatkan keuntungan dan investasinya pada saham-saham consumer goods, maka apabila kondisi penerimaan pasar modal sedang membaik, hampir semua saham consumer goods dapat dijadikan pilihan investasi karena memiliki beta yang positif apalagi jika investor memilih saham consumer goods yang juga memiliki miai beta lebih besar dan satu, seperti misalnya saham INDF, KLBF, dan MYOR. Namun demikian, para investor juga harus mengantisipasi keadaan yang sebaliknya, yaitu jika kondisi pasar modal menjadi memburuk. investor justru bisa mengalami kerugian.
Berdasarkan data con!iiionuI variance, untuk investasi jangka panjang, investor BEJ sebaiknya memilib saham consumer goods yang tidak mengalami volatilitas dalam periode yang cukup panjang, seperti misalnya saham MYOR. Selain itu, investor juga disaraTikan agar tidak berinvestasi pada saham consumer goods pada periode yang memiliki volatilitas tinggi. Hal ini dimaksudkan agar investor dapat memperkecil risiko yang terjadi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T6153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Muthia Saptadji
"Initial Public Offerings (IPO) is a process of offering share for the first time to society. There are two interested parties in IPO, they are company, who requiring fund, and investor, who investing fund. Therefore, long-term performance of share and company is important things to known. There are several objectives of this study. First, this study empirically examines initial return of share (the initial return period covers one day, its defined as the offering price to the first closing price). Second, this study empirically examines whether standard deviation return, underwriter reputation, percentage of total equity capital issued in an IPO and performance of market index influence initial return. Third, this study examines performance of share after listed at Jakarta stock exchange. Fourth, this study examines operating performance of company after IPO. Fifth, this study examines correlation between initial return and longterm performance of share. Sixth, this study examines correlation between initial return and operating performance of company.
This study calculates initial returns and market-adjusted initial returns. The mean of initial return and market-adjusted initial return over the 62 sample is 47.70% and 46.16% respectively. The result of this study support uncertainty investor hypothesis as plausible explanation for underpriced anomaly in Indonesia capital market. Cumulative abnormal return (CAR) and Buy and Hold Return (BHR) method are used to evaluate long-term of IPO. The average of Indonesia IPO (in 2000-2004) displays underperformance when BHR method used. In addition, there is no relation between initial return and long term performance (if CAR method used). However, there is relation between initial return and buy and hold return in 480, 600, 720 period. This study find operating underperformance of company after listed at Jakarta stock exchange. A significant decline found at Operating Return on asset variable and Operating profit margin. This study didn?t found correlation between initial return of share and operating performance of company after listed at Jakarta stock exchange.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Hady
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh laba dan pengaruh nilai buku pada penilaian ekuitas terhadap harga saham dan mengetahui value relevance gabungan laba dan nilai buku pada penilian ekuitas terhadap harga saham pada perusahaan yang terctat pada Bursa Efek Jakarta, yang terklasifikasi dalam 9 sektor atau industri. Data dalam penelitian ini adalah kombinasi dari data runtut waktu dengan karat lintang atau disebut dengan data panel periode 1995 - 2004.
Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model dari penelitian Ohlson yaitu : Hit=ao+a1L+a2NB+eit
Hasil pengujian signifikansi untuk setiap sektor dari data panel pada penelitian ini terdapat tiga pendekatan yaitu Common Effect Model untuk sektor pertanian, Fixed Effect Model untuk sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor keuangan, dan gabungan semua industri. Sedangkan Random Effect Model digunakan untuk sektor pertambangan, sektor industri dasar dan kimia, sektor properti dan real estat, sektor infrastuktur, utilitas dan transportasi, sektor perdagangan dan jasa.
Hasil estimasi akhir menunjukkan bahwa pengaruh laba yang memberikan dampak positif dan signifikan terhadap harga saham, seperti yang diduga oleh penulis adalah gabungan semua sektor, sektor pertanian, sektor industri dasar dan kimia, sektor industri barang konsumsi, sektor infrakstuktur, utilitas dan transportasi, sektor property dan real estat. Sedangkan pengaruh nilai buku yang memberikan dampak positif dan signifikan terhadap harga saham, seperti diduga oleh penulis adalah gabungan semua sektor, sektor pertambangan, sektor aneka industri, sektor properti dan real estat, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan dan sektor perdagangan, jasa dan investasi.
Value relevance menunjukkan kemampuan variabel gabungan laba dan nilai buku untuk menjelaskan harga saham hanya pada untuk sektor pertanian, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor infrastuktur, utilitas dan transportasi dan sektor keuangan, karena nilai koefisien determinasi khususnya adjusted R2 sudah mencapai diatas 0.5 (50%). Gabungan semua sektor, sektor pertambangan, sektor properti dan real estat dan sektor perdagangan, jasa dan investasi mempunyai adjusted R2 yang tidak mencapai 0.5 sehingga variabel gabungan laba dan nilai buku pads sektor-sektor tersebut tidak mampu menjelaskan harga saham.
Hasil penelitian ini belum dapat memberikan petunjuk kepada analis dan investor di pasar modal untuk salah satu mengambil keputusan membeli atau menjual saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
This research is meant to know how earnings and book values in equity valuation influence to stock price. And to know the value relevance of earnings and book values in equity valuation to stock price of listed company in Jakarta Stock Exchange, which is classified in 9 sectors or industries. The research uses combined data, which consists of time series with cross section or known as panel date in 1995 - 2004 periods.
Ohlson Model is used in this research as follow: Hit=ao+a1L+a2NB+eit
Significant test result of each sector of panel data in this research consists of 3 approaches i.e. Common Effect Model for agriculture sector, Fixed Effect Model for variety industry sector, consumer goods industry sector, financial sector and total of all sectors. Meanwhile, Random Effect Model is used for mining sector, chemical industry sector, properly and real estate sector, infrastructure, utility and transportation sectors and trading, services and investment sector.
Final estimation result indicates that earnings influence stock price positively and significantly, as assumed by writer, at total of all sectors, agriculture sector, basic and chemical industrial sector, consumer goods sector, infrastructure, utility and transportation sector, property and real estate sector. Meanwhile, book value impact influences stock price positively and significantly at total of all sectors, mining sector, variety industry sector, property & real estate sector, infrastructure, utility and transportation sector, financial sector, and trading services & investment sector.
The results of value relevance show that earnings and book values jointly are strongly and significantly related to stock prices at agricultural sector, basic and chemical industrial sector, variety industry sector, consumer goods industry sector, infrastructure, utility and transportation sector and financial sector, since adjusted R2 achieved above 0.5 (50%). Meanwhile adjusted R2 for total of all sectors, mining sector, property and real estate sector, trading, services & investment sector didn't achieve 0.5.
The result of this research has not give analysts and investors in stock exchange market to decide whether to buy or sell their stocks. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Daniel
"Sejak diberlakukannya berbagai deregulasi dalam bidang moneter (Pakdes 1987. Pakto 1988 dan Pakdes 1988) aktivitas Bursa Efek Jakarta (BEJ) semakin meningkat, bahkan meningkat sangat cepat pada awal deregulasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari Index Harga Saham Gabungan (IHSG) yang meningkat dari 200 pada awal tahun 1988 menjadi 640 pada Juni 1989. Index ini kemudian terus menurun menjadi 408 pada akhir periode penelitian (dan menjadi 250 pada saat karya akhir Ini diselesaikan). Kondisi seperti ini adalah umum untuk pasar modal yang baru berkembang dan masih dalam proses belajar.
Pasar modal sendiri mempunyai 2 fungsi, yaitu sebagal sumber dalam mendapatkan dana bagi emiten dan sebagai sarana investasi untuk pemodal. Saham sebagai salah satu alternatif investasi di pasar modal inerupakan investasi yang mempunyai resiko paling besar dibandingkafl dengan investasi lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu proses penilalari oleh pemodal untuk sampai pada keputusan untuk membeli saham.
Analisa harga saham berdasarkan pendekatan dividen (dividend approach) memberikan hasil bahwa harga?harga saham yang berlaku di pasar adalah lebih tinggi dan nilai saham sesungguhnya (over valued). Ini terjadi terutama pada saham-saham yang tercatat di BEJ setelah deregulasi. Hasil ini menunjukkan bahwa harga saham di pasar perdana atau pun pasar sekunder telah terlalu tinggi jika dlbandingkan dengan besarnya dividen yang dibagikan oleh emiten.
Keawaman investor di pasar modal telah membentuk permintaan yang begitu tinggi sehingga harga saham cenderung semakin tinggi SeteIah dividen dibagikan dan investor menyadari bahwa dividen itu begitu kecilnya banyak investor melepas saham saham mereka, harga saham cenderung menurun, seperti yang dialami BEJ saat ini, dan penurunan akan terus terjadi sampai ke tingkat dimana dengan dividen yang dibagikan investasi dalam saham masih memberikan imbalan (return) yang baik. Penurunan harga ini merupakan saIah satu gejala dan koreksi pasar pada sebuah pasar modal. Bagaimanapun pendekatan dividen dalam analisa saham adalah pendekatan yang cukup konservative.
Dengan "Cross Sectional Regression Model", dari 20n saham industry manufaktur yang dianalisa didapat 6 saham dengan harga normal, 8 saham ?overvalued? dan 6 saham ?undervalued?. ?Coeficient of determination (R2 = 0,16) yang diperoleh adalah sangat rendah yang berarti bahwa tingkat significancy dari model ini rendah pula. Penyebab yang mungkin adalah terlalu sedikitnya ?sample? yang dipergunakan sehingga tidak mewakili industry manufaktur secara keseluruhan.
Dengan mempergunakan seluruh saham yang ada pada Industri farmasi model ini memberikan hasil yang signifikan (R2 = 0,99). Dan model ini, ternyata besarnya PER sebuah saham paling dominan ditentukan oleh "payout ratio" dan beta. Hubungan antara PER dengan kedua variabel tersebut adalah positip. Berarti semakin besar resiko sebuah saham, semakin besar PER saham tersebut, demikian pula jika dividen yang dibagikan semakin besar. Gejala ini memberikan indikasi bahwa harga saham yang terbentuk sangat sedikit didasarkan pada kondisi fundamental perusahaan yang sebenarnya dan lebih ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran sarta psikologi pasar.
Obligasi konversi sebagai suatu alternatif Investasi memiliki 2 karakteristik, yaitu dapat bersifat sebagai saham dan dapat juga bersifat sebagai obligasi. Dalam kondisi bursa efek yang lesu (bearish), obligasi ini lebih menyerupai obligasi blasa dengan tingkat bunga tertentu yang biasanya lebìh rendah dan bunga obligasj biasa. Sedangkan pada kondjsi bursa yang "bearish", obligasi konversi lebih menyerupaj saham dan membenikan kesempatan untuk mendapatkan "capital gain".
Pada saat ini baru satu perusahaan yang menerbitkan obligasi konversi di BEJ, yaitu PT. Astra Internasional. Obligasi Astra tersebut memberjkan bunga (kupon) sebesar 11% per tahun, dapat dilunasi pada tahun ketiga dengan memberikan "yield" sebesar 17 % per tahun. Setelah ulang tahun ketiga pemiliknya dapat juga mengkonverslkan ke saham (put option) dengan "conversion price" sebesar Rp. 25.000. Apabila harga saham melebihi Rp. 35.000 berturut?turut selama 20 han, maka Astra dapat melaksanakan "call option". Tingkat imbalan (return) yang dihasilkan bagi investor dengan harga konversi tersebut adalah sebesar 21,81 % per tahun. Tentu saja "return" ini dapat lebih tinggi bila harga saham jauh lebih tinggi dan harga konversi sebelum omiten dapat melaksanakan "call option".
Melihat sifatnya, penerbitan obligasi ini sangat baik pada kondisi pasar yang lagi lesu karena berbeda dengan saham obligasi ini memberikan ?downside protection? terhadap pemodal dan juga kesernpatan untuk mendapatkan "capital gain" pada waktu pasar membaik."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Surung Deodatus
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah membawa dampak yang sangat nyata dalam dunia investasi, terutama di Bursa Efek Jakarta. Setelah mengalami pertumbuhan yang pesat, baik dari segi jumlah emiten maupun nominal nilai saham yang diperdagangkan setiap harinya, Bursa Efek Jakarta tak dapat menghindari dampak krisis yang melanda Indonesia yang dimulal pertengahan tahun 1997. Pada situasi krisis, resiko berinvestasi di Bursa Efek Jakarta semakin tinggi, karena unsur ketidak pastian yang makin tinggi dan pergerakan saham yang sangat fluktuatif. Dalam penelitian ini diamati bagaimana profil resiko (voÌatilitis) yang terj adj di masing-masing sektor industri selama periode krisis berlangsung, mulai dan Agustus 1997 sampai dengan Desember 2001. Data yang digunakan adalah Indeks Harga Sahain Sektoral yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta.
Volatilitas Imbal Hasil Indeks Harga Saham Sektoral tersebut dimodelkan dengan ARCHJGARCH. Hampir semua sektor dapat dimodelkan dengan GARCH(1,1) kecuali Sektor Manufaktur dengan GARCH(3,2) dan Sektor Pertambangan dengan GARCH (1,2). Volatilitas yang dihasilkan masing-masing sektor memiliki kesamaan pola dimana pada awal terjadinya krisis mempunyai pola volatilitas yang tinggi dan kemudian diikuti dengan pola volatilitas yang makin rendah pada tahun 1999 sampal dengan Desember 2001. Pola ini ten adj pada semua sektor. Sektor Aneka Industri memiliki pola yang agak unik dimana volatilitasnya yang tertìnggi terjadi tepat awal-awal teijadinya krisis kemudian dilicuti oleh pergerakan yang relatif rendab dan datar pada masa selanjutnya. Hasil perhitungan unconditional variance menunjukkan bahwa sektor jpj meripakan yang paling rendah volatilitasnya kemudian diikuti oleh Sektor Perdagangan sedangkan Sektor Properti dan . Sektor Pertanian ¡nerupakan dua sektor yang paling tinggi volatilitasnya.
Korelasi yang paling kuat antara varian dengan imbal hasil teijadi path Sektor Industri J)asar (0.09837) kemudian Sektor Perdagangan (0.09675). Sedangkan yang paling lemah teijadi pada Sektor Aneka Industrj (-0.01416) yang diikuti Sektor Pertanian (0.0222 1). Korelasi conditional Variance yang paling kuat terjadi antara Sektor Manufaktur dengan Sektor Industri Barang Konsuinsj (0.88 102) yang diikuti antara Sektor Industri Barang Konsumsi dengan Sektor Pertanian (0.80600). Sedangkan korelasi yang paling lemah teijadi antara Sektor Pertanian dengan Sektor Properti (0.19103)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso
"Penelitian ini menguji pengaruh market timing terhadap manajemen laba dan konsekuensi yang dihadapi manajemen ketika tidak menjalankan strategi timing earning. Data yang digunakan adalah data perusahaan manufaktur terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 yang memenuhi kriteria saham aktif. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2011) dengan model estimasi manajemen laba berdasarkan model performance-matching (Kothari et al., 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa market timing tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Lebih lanjut, penelitian ini tidak menemukan pengaruh market timing yang signifikan terhadap manajemen laba ketika valuasi ataupun profitabilitas digunakan sebagai pemoderasi. Hasil penelitian juga tidak menemukan adanya indikasi bahwa perusahaan yang tidak menjalankan timing earning lebih berpeluang melakukan pergantian direktur utama secara paksa. Hasil penelitian bersifat robust ketika model estimasi manajemen laba diganti dengan model modified Jones (Dechow et al., 1995) ataupun Kasznik (Kasznik, 1999).

This study investigates the impact of market timing on earning management and timing earning consequences on CEOs who do not follow that strategy. This study uses the data of IDX listed manufaturing firms from 2007-2009 which qualify active criteria. This study refers to Chen et al. (2011) with the model to estimate earning management based on performance-matching model (Kothari et al., 2005). The result shows that market timing has no significant impact on earning management. Moreover, this study doesn?t find significant impact of market timing on earning management when either valuation or profitability is used to moderate the impact. The study also does not find any indication that the company which not following timing earning strategy will be more likely to have a forced CEO turnover. The result of this study is robust when earning management estimation model is replaced by modified Jones (Dechow et al., 1995) or Kasznik model (Kasznik, 1999)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Rauda Rachmawati
"Penelitian ini menguji dampak pengumuman private placement terhadap harga saham dan volume perdagangan saham dengan melihat perbedaan abnormal return dan abnormal volume antara sebelum dan sesudah pengumuman private placement. Penelitian ini menggunakan metode studi peristiwa dan menggunakan model pasar dalam menentukan abnormal return. Studi peristiwa dilakukan selama 15 hari sebelum dan 15 hari sesudah pengumuman. Penelitian menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2016 yang melakukan private placement sebanyak 37 perusahaan. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji t satu sampel dan uji t berpasangan. Penelitian ini menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman private placement; dan terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan sebelum dan sesudah pengumuman private placement.

This study examines the impact of the private placement announcement on stock price and stock trading volume by finding the difference of abnormal return and abnormal volume before and after the private placement announced. This study uses the event study method and using the market model in determining the abnormal return. The event study was conducted during 15 days before and 15 days after the announcement. The study used sample companies listed in Indonesia Stock Exchange 2010 2016 period that does private placement of 37 companies. The analysis was performed by using one sample t test and paired t test. The result indicates that there are no significant differences in abnormal returns before and after the private placement announcement and there are significant differences in trading volume before and after the private placement announcement. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>