"Tari langsir adalah salah satu tari tradisional etnik Haloban yang bermukim di Pulau Tuangku,
Kabupaten Aceh Singkil. Tari ini sempat hilang selama 20 tahun tetapi kemudian mulai ditarikan kembali beberapa tahun terakhir tanpa ada intervensi dari pemerintah. Fenomena ini mengarah pada asumsi bahwa tari tradisional tidak dipraktikkan sekedar untuk hiburan masyarakat semata, tetapi ada nilai lain yang terkandung di dalamnya. Untuk mengungkapnya, penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif tipe deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan tari langsir sebagaimana yang ditemukan di lapangan. Data primer dikumpulkan dengan teknik pengamatan serta wawancara mendalam. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan dokumentasi menggunakan foto
serta rekaman video. Tari langsir ternyata memiliki unsur yang unik dan tidak dimiliki oleh tari lain, seperti pola lantai yang estetik, 32 variasi gerak yang diinstruksikan oleh komandir, serta pola kombinasi gerak yang tersusun secara runtut dan kronologis. Meski tari ini sempat tidak dimainkan lagi selama lebih dari 20 tahun, pengetahuan tentang tari ini masih tetap hidup dalam memori kolektif masyarakat. Dengan demikian, ketersentuhan kembali generasi muda Haloban pada budayanya, kesenian ini dapat dihidupkan kembali oleh masyarakat bahkan tanpa ada program revitalisasi dari pemerintah sekalipun.
Langsir dance is one of the traditional dances of Haloban ethnic, which lives in Tuangku Island, Aceh Singkil Regency. This dance was lost for 20 years, yet it is brought back without any government intervention. This phenomenon leads to the assumption that the traditional dance is not only played for entertaining people, but it also contains more values. This research was conducted using a descriptive qualitative method, which aims to describe langsir dance as it is. Primary data were collected by using observation techniques and in-depth interviews. Meanwhile, secondary data were obtained from literature and documentation of photos and video recordings. Langsir dance turns out to have unique elements that are different from other local dances, such as aesthetic floor patterns, thirty two movement variations instructed by the instructor, as well as a combination patterns of coherent and chronological movement. Although this dance was not played for more than 20 years, the knowledge of this dance is still alive in the collective memory of the community. Therefore, when the young generation of Haloban are inspired to learn about their culture, this art is able to be revived even without any government’s revitalization program."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022