MASA DEPAN manusia dengan kehadiran kecerdasan buatan telah menimbulkan banyak pertanyaan kritis di bidang filsafat pendidikan pada abad ke-21 ini. “Mesin mungkin memiliki pengetahuan—meski tanpa keyakinan—dan mungkin juga dapat mewujudkan sejumlah nilai—meski dalam pengertian pragmatis dan fungsional. Namun, bagaimanapun, mesin tak akan pernah punya harapan sebab harapan adalah tentang sesuatu yang tidak ada—lebih tepatnya: belum ada,” demikian kata penulis. Lantas bagaimana kita melihat hubungan antara manusia dan mesin di bidang pendidikan? Paradigma perguruan tinggi macam apa yang perlu kita miliki? Lebih jauh lagi, bagaimana kita menyikapi isu-isu multikulturalisme dan etika? Mendidik Manusia bersama Mesin—yang diangkat dari pidato Pengukuhan Guru Besar Filsafat Pendidikan serta opini penulis di media massa—coba menjawab semua pertanyaan tersebut. Tersaji dalam lima tema, yakni filsafat, pendidikan, kehidupan, isu-isu kecerdasan buatan, dan paradigma perguruan tinggi di Indonesia, buku ini kiranya dapat menjadi rujukan awal pemikiran reflektif masa depan manusia vis a vis kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan.