Pada masa Hindu-Buddha, Lasem telah menjadi daerah penting sebagai vasal Majapahit yang dipimpin oleh ratu dengan gelar Bhre Lasem. Meskipun menjadi vasal Majapahit, kondisi tinggalan era Hindu-Buddha Lasem tidak banyak karena tinggalan bangunan suci berupa candi telah dihancurkan oleh VOC melalui perintah Bupati Suroadimenggolo pascaPerang Lasem. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data inventarisasi situs-situs masa Hindu-Buddha di Lasem sekaligus memperoleh gambaran mengenai fungsi bangunanbangunan suci masa Hindu-Buddha di Lasem. Metode yang digunakan adalah analisis filoarkeologi dengan mengkomparasikan data dari teks Babad Lasêm, Rapporten Oudheidkundigen Diens(ROD), dan survei lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembagian peruntukan bangunan suci di Lasem sesuai dengan uraian dalam Nāgarak[tāgama, yaitu untuk saiwa, sogata, dan rsi. Kemudian penempatan bangunan suci masa Hindu-Buddha di Lasem ternyata juga disesuaikan dengan konsep caturāśrama dan penerapan konsep triloka, yaitu dengan adanya bangunan suci pemujaan, bangunan suci pertapaan, dan bangunan suci pendharmaan. Penerapan bangunan suci berupa candi di Lasem dapat dilihat sebagai penerapan alam keserasian makrokosmos dan mikrokosmos yang tidak bersifat sendiri, akan tetapi sebagai sebuah relasi antar bangunan suci sehingga memunculkan penerapan konsep triloka di dunia.