Fenomena tawuran di wilayah DKI Jakarta semakin meningkat yang disebabkan oleh faktor lingkungan, ekonomi, dan kepadatan jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertanyaan pada penelitian ini mengenai 1) Bagaimana peran Patroli Perintis Presisi dalam mencegah terjadinya tawuran di wilayah hukum Polda Metro Jaya?; 2) Upaya preventif apa yang dapat dilakukan oleh Tim Patroli Perintis Presisi Polda Metro Jaya dalam mencegah terjadinya tindakan kriminalitas tawuran?; 3) Bagaimana rumusan model kebijakan pemolisian masyarakat dalam meningkatkan pelaksanaan Patroli Perintis Presisi untuk mencegah terjadinya tawuran di wilayah hukum Polda Metro Jaya?. Penelitian ini menggunakan teori dan konsep yaitu pencegahan kejahatan situasional, teori gunung es, teori konflik sosial, teori peran, teori identitas remaja, konsep pemolisian Masyarakat, konsep pemolisian Masyarakat, dan konsep patroli perintis presisi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Patroli Perintis Presisi Polda Metro Jaya berperan dalam mencegah tawuran melalui patroli rutin di area rawan, pendekatan sosial dengan kegiatan positif, dan koordinasi dengan sekolah serta masyarakat untuk mencegah konflik; 2) Upaya pencegahan tawuran melibatkan pendekatan pre-emtif dengan patroli dua kali sehari, preventif dengan pembentukan Tim Patroli 3P (Kota, Monitoring, K-9), serta represif melalui investigasi di area rawan; 3) Kebijakan pemolisian masyarakat mendukung pencegahan dengan pemolisian proaktif, berbasis masyarakat, berbasis masalah, berbasis data, dan situasional yang memanfaatkan teknologi seperti CCTV. Saran dari penulisan thesis ini antara lain peningkatan patroli malam di Model wilayah predictive policing pada zona merah dan kuning, pemanfaatan teknologi GPS, CCTV, maupun aplikasi pelaporan untuk respons cepat, integrasi pemantauan dengan patroli fisik serta kerja sama dengan unit K-9, konsistensi latihan rutin untuk anjing pelacak, analisis big data untuk memprediksi pola tawuran berdasarkan data historis.
The phenomenon of brawls in the DKI Jakarta area has been increasing due to environmental, economic, and population density factors in the region. This research aims to address the following questions: 1) What is the role of the Patroli Perintis Presisi (Precision Pioneer Patrol) in preventing brawls within the jurisdiction of Polda Metro Jaya?; 2) What preventive efforts can the Precision Pioneer Patrol Team of Polda Metro Jaya undertake to prevent brawl-related criminal acts?; 3) How can a policy model for community policing be formulated to enhance the implementation of the Precision Pioneer Patrol in preventing brawls within the jurisdiction of Polda Metro Jaya?. This research employs theories and concepts such as situational crime prevention, the iceberg theory, social conflict theory, role theory, adolescent identity theory, community policing concepts, and the Precision Pioneer Patrol concept. A qualitative method was used, with data collected through interviews and document analysis. The findings indicate that: 1) The Precision Pioneer Patrol of Polda Metro Jaya plays a role in preventing brawls by conducting routine patrols in vulnerable areas, engaging in social approaches through positive activities, and coordinating with schools and communities to prevent conflicts; 2) Preventive efforts involve a preemptive approach with twice- daily patrols, a preventive approach through the formation of the 3P Patrol Team (Urban, Monitoring, K-9), and a repressive approach via investigations in vulnerable areas; 3) Community policing policies support prevention through proactive, community-based, problem-oriented, data-driven, and situational policing approaches utilizing technologies such as CCTV. Recommendations from this thesis include increasing nighttime patrols in predictive policing model areas within red and yellow zones, leveraging GPS, CCTV, and reporting applications for rapid response, integrating monitoring with physical patrols and collaboration with K-9 units, ensuring consistent training for tracking dogs, and using big data analysis to predict brawl patterns based on historical data.