Penelitian ini membahas makna penyajian mi dalam berbagai acara khusus masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia. Dengan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap sepuluh informan yang terbagi dalam tiga kelompok usia: (1) 17-37 tahun, (2) 38-58 tahun, dan (3) di atas 58 tahun. Mayoritas informan menyajikan mi goreng pada berbagai acara seperti Tahun Baru Imlek, ulang tahun, pernikahan, dan sembahyang leluhur. Selanjutnya, hasil wawancara dianalisis menggunakan teori segitiga semantik Ogden dan Richards. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyajian mi dalam acara Tahun Baru Imlek dimaknai sebagai rezeki dan berkah yang mengalir terus; pada perayaan ulang tahun, penyajian mi bermakna umur panjang dan kesehatan prima; di acara pernikahan, mi bermakna hubungan yang langgeng; pada ritual sembahyang leluhur, mi bermakna kehidupan leluhur terus sejahtera di alam baka.

---

This study examines the significance of serving noodles at various special events of the Chinese community in Indonesia. Using a qualitative approach, data were collected through interviews with ten informants divided into three age groups: (1) 17-37 years, (2) 38-58 years, and (3) above 58 years. Most informants serve fried noodles at various events, such as Chinese New Year, birthdays, weddings, and ancestral worship ceremonies. Subsequently, the interview results were analyzed using the semantic triangle theory by Ogden and Richards. The study reveals that serving noodles during Chinese New Year symbolizes continuous prosperity and blessings; during birthday celebrations, noodles signify longevity and excellent health; at weddings, noodles represent lasting relationships; and in ancestral worship rituals, noodles symbolize the continued well-being of ancestors in the afterlife.