Latar Belakang Menurut data Riskesdas 2018, masih terdapat sekitar 64,4% anak dengan umur 10 – 14 yang aktivitas fisiknya belum memadai. Padahal, kurangnya aktivitas fisik pada anak dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai dampak negatif, seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, hingga gangguan mental. Perjalanan aktif ke sekolah, seperti berjalan kaki atau bersepeda, dipercaya dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas fisik anak di berbagai negara maju. Namun, studi yang serupa masih terbatas dilakukan di negara terbelakang dan berkembang sehingga perlu dinilai lebih lanjut apakah terdapat hubungan yang sama pada negara dengan sosioekonomi yang berbeda. Metode Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data penelitian ini adalah data sekunder dari penelitian pilot kerjasama Center for Sports and Exercise Studies dengan Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga FKUI yang menilai pemenuhan rekomendasi aktivitas fisik dan perjalanan aktif anak ke sekolah. Hasil Dari total 128 subjek, 64 anak melakukan perjalanan aktif ke sekolah, tetapi hanya 12 anak yang memenuhi rekomendasi aktivitas fisik. Analisis statistik menunjukkan bahwa anak-anak yang melakukan perjalanan aktif ke sekolah memiliki kemungkinan 5,741 kali lebih besar untuk memenuhi rekomendasi aktivitas fisik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak melakukan perjalanan aktif (p value = 0,03). Kesimpulan Terdapat hubungan positif antara perjalanan aktif ke sekolah dan pemenuhan rekomendasi aktivitas fisik pada anak di Kecamatan Pasar Minggu. Dukungan pelaksanaan program perjalanan aktif ke sekolah serta renovasi infrastruktur yang mendukung perjalanan aktif dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas fisik anak.

---

Introduction According to the 2018 Riskesdas data, around 64,4% of children aged 10 – 14 in Indonesia still need to meet adequate levels of physical activity. However, a lack of physical activity in children can increase the risk of negative outcomes, such as obesity, heart diseases, diabetes, even mental health disorders. Active commuting to school, such as walking or cycling, is believed to be a way to improve children's physical activity in many developed countries. However, similar studies were still limited in areas with lower socioeconomic status so further studies needed to determine whether there is a similar correlation in countries with different socioeconomic conditions. Method This study used a cross-sectional design. The research data were secondary data from a pilot study conducted by the Center for Sports and Exercise Studies and Sports Medicine Training Program at Faculty of Medicine Universitas Indonesia, which assessed the fulfillment of physical activity recommendations and active commuting to school among children. Results Of 128 subjects, 64 children actively commuted to school, but only 12 subjects met the physical activity recommendations. Statistical analysis proved that children who actively commuted to school were 5,741 times more likely to meet the physical activity recommendations than children who did not actively commute (p-value = 0.03). Conclusion There is positive association between active commuting to school and meeting physical activity recommendations among children in Pasar Minggu District. Supporting the implementation of active commuting programs to school and renovating infrastructure that will help facilitate active commuting can support children's physical activity.