Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) merupakan program yang dilaksanakan pemerintah untuk meningkatkan akses warga terhadap air minum layak serta mendorong perubahan perilaku hidup bersih dan sehat dengan melibatkan peran masyarakat. Akan tetapi, peristiwa yang timbul akibat perubahan iklim berpotensi mengancam keberlanjutan PAMSIMAS. Untuk mewujudkan sistem penyediaan air yang resilien menghadapi perubahan iklim, penilaian menjadi salah satu upaya yang memegang peran penting. Adanya perbedaan karakteristik dari berbagai alat penilaian resiliensi iklim yang tersedia menjadi hal yang perlu dipertimbangkan sebelum penilaian dilakukan. Untuk itu, dilakukan perbandingan alat penilaian berdasarkan kriteria yang dipublikasikan oleh Miola et al. (2015) mengenai indikator penilaian resiliensi iklim. Perbandingan penilaian resiliensi dilakukan untuk dua alat, yakni How Tough is WASH? (HTIW) dan Rural Water System Monitoring Assessment Tools (RWS-MAT). Perbandingan menunjukkan bahwa HTIW memiliki skor 16 dari 21 dan RWS-MAT dengan skor 18 dari 21. Kedua alat penilaian memenuhi 16 kriteria yang sama, di antaranya adalah kriteria diperiksa kualitasnya, transparan, dan mudah dipahami, dan tidak memenuhi tiga kriteria, yakni kriteria presisi, jujur, dan tersedia. Perbedaan utama kedua alat terdapat pada kriteria periodik dan jangka panjang yang dipenuhi RWS-MAT, tetapi tidak dipenuhi HTIW. Selain itu, penelitian juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran PAMSIMAS dalam spektrum kesadaran gender. Hal ini karena pengelolaan air yang merepresentasikan komunitasnya merupakan pengelolaan air yang adaptif sehingga dapat bersifat resilien terhadap perubahan iklim. Penilaian posisi PAMSIMAS dalam spektrum kesadaran gender dilakukan berdasarkan alat penilaian Water for Women untuk mengidentifikasi posisi 16 PAMSIMAS di Cianjur, Dumai, dan Bengkalis. PAMSIMAS yang diteliti masuk ke dalam kategori yang berbeda-beda, yakni 4 PAMSIMAS dalam kategori aware dan 12 PAMSIMAS dalam kategori unaware dengan perbedaan yang paling signifikan ditunjukkan dengan tingkat keterlibatan pengurus perempuan dalam pengelolaan PAMSIMAS. Penelitian merekomendasikan pengembangan PAMSIMAS yang inklusif dan resilien melalui beberapa langkah, termasuk pendanaan iklim yang responsif gender, penerapan monitoring dan evaluasi periodik, pemeriksaan kualitas air, dan pelibatan PKK dalam tata kelola PAMSIMAS.
The Community-Based Drinking Water and Sanitation Program (PAMSIMAS) is a government initiative aimed at increasing public access to safe drinking water and promoting clean and healthy living behaviors by involving community participation. However, climate change events have the potential to threaten the sustainability of PAMSIMAS. To create a water supply system that is resilient to climate change, assessments play a crucial role. The differing characteristics of various climate resilience assessment tools must be considered before conducting assessments. For this purpose, a comparison of assessment tools was conducted based on criteria published by Miola et al. (2015) regarding climate resilience assessment indicators. The resilience assessment comparison was conducted for two tools, namely How Tough is WASH? (HTIW) and Rural Water System Monitoring Assessment Tools (RWS-MAT). The comparison showed that HTIW scored 16 out of 21, while RWS-MAT scored 18 out of 21. Both assessment tools met 16 identical criteria, such as being quality-checked, transparent, and easy to understand, but failed to meet three criteria, precision, honesty, and availability. The main difference between the two tools lies in the periodic and long-term criteria, which were met by RWS-MAT but not by HTIW. Additionally, research was conducted to determine the level of PAMSIMAS' awareness within the spectrum of gender awareness. This is because water management that represents its community is adaptive management that can be resilient to climate change. The assessment of PAMSIMAS' position on the gender awareness spectrum was carried out using the assessment tool published by Water for Women to identify the positions of 16 PAMSIMAS in Cianjur, Dumai, and Bengkalis. The studied PAMSIMAS fell into different categories: 4 PAMSIMAS in the "gender aware" category and 12 in the "gender unaware" category, with the most significant difference shown in the level of female involvement in PAMSIMAS management. The study recommends the development of inclusive and resilient PAMSIMAS through several steps, including gender-responsive climate funding, periodic monitoring and evaluation, water quality checks, and the involvement of women’s organizations (PKK) in PAMSIMAS governance.