Sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik, pada tahun 2016, pasca penerapan kebijakan kantong plastik berbayar, pemerintah merencanakan penerapan kebijakan cukai plastik. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan suatu kebijakan adalah persepsi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi masyarakat DKI Jakarta atas rencana penerapan kebijakan cukai plastik. Provinsi DKI jakarta dipilih sebagai lokus penelitian karena menjadi salah satu provinsi penghasil sampah terbesar di Indonesia. Volume sampah yang dihasilkan di provinsi ini juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, termasuk sampah plastik. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data melalui survei berupa kuesioner dan dilengkapi dengan wawancara mendalam serta studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat DKI Jakarta memiliki persepsi positif atas rencana penerapan kebijakan cukai plastik. Persepsi positif terbentuk dari sikap, motif, minat, pengalaman, dan harapan yang positif atas rencana penerapan kebijakan cukai plastik. Selain itu, persepsi positif juga terbentuk dari penilaian positif atas ketepatan waktu untuk penerapan kebijakan cukai plastik serta dukungan dari latar kerja dan latar sosial. Namun, terdapat pula masyarakat yang memiliki persepsi negatif atas rencana penerapan kebijakan cukai plastik. Persepsi negatif terbentuk karena rendahnya kesadaran atas isu lingkungan, kebiasaan dalam menggunakan kantong plastik, dan sudut pandang yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan sampah plastik. Untuk meningkatkan dukungan pada penerapan kebijakan cukai plastik, edukasi mengenai dampak negatif penggunaan kantong plastik bagi lingkungan serta sosialisasi mengenai rencana kebijakan cukai plastik perlu dilakukan. Selain itu, produk substitusi yang ramah lingkungan dengan harga terjangkau juga perlu disediakan.

---

As an effort to solve this problem, in 2016, after the implementation of the paid plastic bag policy, the government is planned to implement a plastic excise policy. One of the factors that needs to be considered when implementing a policy is public perception. This study aims to analyze the perception of DKI Jakarta society regarding the plan to implement a plastic excise policy. DKI Jakarta Province was chosen as the research locus because it is one of the largest waste-producing provinces in Indonesia. The volume of waste produced in this province also continues to increase every year, including plastic waste. The research approach used is quantitative approach with data collection through a survey in the form of a questionnaire and supplemented with in-depth interviews and literature studies. The results of this study indicate that the DKI Jakarta society has a positive perception of the plan to implement a plastic excise policy. Positive perceptions are formed from positive attitudes, motives, interests, experiences, and expectations regarding the plan to implement a plastic excise policy. Apart from that, positive perceptions are also formed from positive views on the timeliness of the implementation of the plastic excise policy as well as support from work settings and social settings. However, there are still people who have negative perceptions regarding the plan to implement the plastic excise policy. Negative perceptions are formed due to low awareness of environmental issues, habits in using plastic bags, and different points of view in solving the plastic waste problem. To increase support for the implementation of the plastic excise policy, it is necessary to conduct outreach regarding the negative impacts of using plastic bags on the environment and socialize the planned plastic excise policy. In addition, environmentally friendly substitute products at affordable prices also need to be provided.