Objective : To describe the pattern of enuresis diagnosis and management at primary level by General Practitioners (GPs) In Indonesia.
Methods: This study is a cross-sectional study conducted using an online survey distributed from March 2021 until September 2021. The inclusion criteria in this study are general practitioners registered in the Indonesian Doctor Association. The survey contains several questions describing the general practitioners' general experience in treating pediatric patients and treating enuresis. The data was then compiled and presented as descriptive data.
Results: Out of 584 GPs contacted, 183 responses were analyzed. The majority (70.49%) had less than five years of experience. Most GPs (95.08%) treated pediatric patients, with 44.26% having experience treating enuresis. Diagnosis primarily involved history taking and physical examination (70.37%). Only a minority used special questionnaires or bladder diaries. Treatment often involved lifestyle changes (42.05%), alarm therapy (23.86%), or referrals to specialists (50.82%).
Conclusion: There are gaps in the diagnosis and management of enuresis among Indonesian GPs. Enhanced training and adherence to standardized guidelines could improve care for children with enuresis in Indonesia.
Keywords: Nocturnal enu
Objektif: Mendeskripsikan pola diagnosis dan penatalaksanaan enuresis pada tingkat pelayanan primer oleh dokter umum di Indonesia.Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan menggunakan survei daring yang didistribusikan dari Maret 2021 hingga September 2021. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah dokter umum yang terdaftar di Ikatan Dokter Indonesia. Survei tersebut mencakup beberapa pertanyaan yang menggambarkan pengalaman umum dokter umum dalam menangani pasien anak serta menangani enuresis. Data yang diperoleh kemudian dikompilasi dan disajikan dalam bentuk data deskriptif.Hasil: Dari 584 dokter umum yang dihubungi, 183 respons dianalisis. Mayoritas responden (70,49%) memiliki pengalaman kerja kurang dari lima tahun. Sebagian besar dokter umum (95,08%) menangani pasien anak, dengan 44,26% memiliki pengalaman menangani enuresis. Diagnosis terutama dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik (70,37%). Hanya sebagian kecil yang menggunakan kuesioner khusus atau buku harian kandung kemih. Penanganan sering kali melibatkan perubahan gaya hidup (42,05%), terapi alarm (23,86%), atau rujukan ke spesialis (50,82%).Kesimpulan: Terdapat kesenjangan dalam diagnosis dan penatalaksanaan enuresis di kalangan dokter umum di Indonesia. Pelatihan yang lebih baik dan kepatuhan terhadap pedoman standar dapat meningkatkan kualitas perawatan bagi anak-anak dengan enuresis di Indonesia.