Limbah elektronik merupakan limbah dengan peningkatan jumlah yang signifikan. Dari enam kategori limbah elektronik, televisi dan perangkat monitor merupakan limbah terbesar di DKI Jakarta. Pengelolaan limbah elektronik dengan tidak benar dapat menimbulkan bahaya untuk kesehatan manusia dan lingkungan. Namun, terdapat manfaat yang bisa diambil bila dikelola dengan baik. Penelitian ini bertujuan mencari usulan strategi yang dapat meningkatkan pengelolaan limbah elektronik televisi dan perangkat monitor di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta sebagai pengelola sektor formal. Dari potensi rantai pasok limbah elektronik sebesar 53.844 ton/tahun, tercatat baru 23.145,36 kg (0,04%) yang berhasil dikelola oleh DLH DKI Jakarta pada tahun 2020, dan televisi menempati posisi teratas dengan 12.103,29 kg. Penelitian ini menggunakan metode Decision-Making Evaluation and Laboratory (DEMATEL) Analytic Network Process (ANP) untuk mendapatkan kriteria dan subkriteria prioritas. Dari hasil Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal-External (IE) diperoleh faktor internal dan eksternal yang berpengaruh. Berdasarkan analisis Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT) didapatkan delapan alternatif strategi, selanjutnya dengan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) diperoleh peringkat strategi dari yang tertinggi hingga terendah.

---

Electronic waste is significant increase in amount. Of the six categories of electronic waste, television and monitors are the largest waste in DKI Jakarta. Improper management of e-waste can pose a hazard to human health and the environment. However, there are benefits that can be taken if managed properly. This study aims to find a proposed strategy that can improve the management of electronic waste television and monitoring equipment at the DKI Jakarta Environmental Agency (DLH) as a manager of the formal sector. From the potential of the electronic waste supply chain of 53,844 tons/year, only 23,145.36 kg (0.04%) were successfully managed by DLH DKI Jakarta in 2020, and television took the top position with 12,103.29 kg. This study uses the Decision-Making Evaluation and Laboratory (DEMATEL) and Analytic Network Process (ANP) method to obtain priority criteria and sub-criteria. From the results of Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal-External (IE), internal and external factors have an influence. With the analysis of Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT) obtained eight alternative strategies, then with the Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) obtained a ranking of strategies from the highest to the lowest.