Peningkatan kerusakan lingkungan akibat pelumas mendorong penggunaan pelumas berbasis bio sebagai alternatif untuk kebutuhan industri dan otomotif. Penggunaan minyak kelapa sawit segar dan kotor sebagai minyak nabati pangan, dan minyak kemiri sunan sebagai minyak nabati non-pangan dengan produktivitas tertinggi merupakan bahan baku yang potensial. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis emisi dan dampak lingkungan dari produksi bio pelumas, serta menentukan bahan baku yang paling ramah lingkungan. Metode yang digunakan adalah Life Cycle Assessment (LCA) menggunakan software OpenLCA dengan lingkup cradle-to-gate, yaitu dari penyediaan bahan baku hingga distribusi produk. Alternatif bahan baku yang digunakan adalah buah sawit dan buah kemiri sunan hasil perkebunan, minyak sawit dan minyak kemiri sunan dari pemasok minyak, serta minyak jelantah berbasis kelapa sawit. Analisis ditinjau dari aspek emisi, yaitu CO2, CH4, N2O, CO, NOx, SOx, dan NMVOCs, serta dampak yang dihasilkan dari produksi bio pelumas dengan kelima alternatif bahan baku. Hasil yang diperoleh menyatakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku yang paling ramah lingkungan, dimana CO2 (2309.06 kg) dan NOx (4.28 kg) adalah emisi terbesarnya. Kemudian, potensi dampak yang dihasilkan adalah global warming potential (GWP) (2324.31 kg CO2 eq/ton bio pelumas), photochemical oxidation (56.84 kg C2H4 eq/ton bio pelumas), dan eutrophication (8.3 kg PO4 eq/ton biopelumas). Pengurangan dampak lingkungan dilakukan melalui subtitusi penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, serta peninjauan proses produksi biopelumas yang lebih efektif.

---

Biolubricant as an alternative to industrial lubricant is considered to reduce environmental problems. Palm oil as edible oil and blanco airy shaw as a substitute for edible oil that has the highest productivity is a potential raw material for biolubricant. This research was conducted to analyze emissions and environmental impacts of biolubricant production, also determine the most environmentally friendly raw material. The method used is Life Cycle Assessment (LCA) using OpenLCA software with cradle-to-gate scope, including the supply of raw materials to product distribution. Alternative raw materials used are palm and blanco airy shaw fruit from plantation, palm and blanco airy shaw oil from suppliers, and waste cooking oil from palm oil product. The analysis in terms of emissions, namely CO2, CH4, N2O, CO, NOx, SOx, and NMVOCs, and the impacts resulting from biofuel production using five alternative raw materials. The results stated that palm oil is the most environmentally friendly raw material, where CO2 (2309.06 kg) and NOx (4.28 kg) were the highest emissions. The impacts arised are global warming potential (GWP) (2324.31 kg CO2eq/ton biolubricant), photochemical oxidation (56.84 kg C2H4 eq/ton biolubricant), and eutrophication (8.3 kg PO4 eq/ton biolubricant). Biolubricant production emissions can be reduce by substitute environment friendly production fuel and further study on biolubricant production method.