Representasi budaya adalah hal yang lazim di era globalisasi di mana pertukaran diantara
budaya hampir tidak dapat dihindari. Representasi budaya dapat dinilai negatif dimana
representasi tersebut tidak bersesuaian, mengeksploitasi, dan melukai nilai dari budaya
yang dipinjam, dan bentuk representasi ini disebut dalam berbagai studi sosial sebagai
tindakan apropriasi kultural. 124 partisipan dari kalangan remaja dan dewasa muda
berumur 16-24 tahun setuju mengikuti penelitian mengenai persepsi apropriasi kultural,
dan pada dua kelompok tersebut tidak ditemukan perbedaan yang signifikan t(122)= .06,
p < .05. Rata-rata skor persepsi apropriasi kultural pada remaja dan dewasa muda yang
rendah dan tidak berbeda signifikan dapat dikaitkan dengan tahapan perkembangan pada
emerging adulthood yang berkaitan dengan eksplorasi identitas, pola mengonsumsi
media, dan juga faktor struktur budaya Indonesia. Hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk melihat bagaimana posisi Indonesia dalam diskursus mengenai apropriasi kultural
serta perkembangan identitas pada remaja dan dewasa muda.
Cultural representation has become a normal occurence in a globalized era in which
cultural exchanges between two or more ethnic groups are unavoidable. Cultural
representation is often perceived negatively when it has become socially inappropriate,
or when it exploits or harms the value of the culture that is borrowed, and these forms of
representation are mentioned in social studies as cultural appropriation. 124 participant
in high school and college aged 16-24 years old agreed to participates in a research about
cultural exchange, and there is no statistical differences in perceptions of cultural
appropriation t(122)= .06, p < .05. The low differences and mean scores of perception
towards cultural appropriation on both group is described with its relation to emerging
adulthood’s developmental stage concerning identity exploration, media consumption
patterns, and Indonesia’s cultural structure. The results of this study can be used to
higlight Indonesia’s position on discourses regarding cultural appropriation and shed light
on identity formation of adolescent and young adults.