Pandemik Covid-19 telah menyebabkan salah satu krisis ekonomi terparah dalam sejarah Indonesia. Krisis ekonomi berdampak negatif terhadap kondisi keuangan sebagian besar perusahaan yang beroperasi di Indonesia. PT. X sebagai perusahaan kontraktor pertambangan Indonesia saat ini sedang menghadapi kesulitan keuangan karena tidak dapat mempertahankan posisi keuangan yang sehat. Restrukturisasi utang merupakan salah satu cara bagi PT. X untuk menyelamatkan diri dan memulihkan posisi keuangannya selama pandemik. Makalah ini menawarkan rekomendasi manajerial untuk pilihan restrukturisasi utang dengan memproyeksikan Net Present Value menggunakan simulasi Monte Carlo dengan volatilitas arus kas sebagai dasar analisa. Tiga alternatif, seperti pertukaran utang menjadi ekuitas, likuidasi aset, dan penjadwalan ulang utang, dianggap sebagai opsi yang paling layak untuk PT. X. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pertukaran utang menjadi ekuitas menghasilkan Net Present Value tertinggi yaitu Rp 23 miliar, sedangkan penjadwalan ulang dan likuidasi aset hanya menghasilkan masing-masing Rp 22 miliar dan Rp 21 miliar. Selain itu, untuk mencari hasil terbaik di masa depan, metode restrukturisasi lainnya juga harus dipertimbangkan sesuai dengan kapabilitas perusahaan.
The Covid-19 pandemic has led to the worst economic crisis in Indonesian history. The economic crisis has negatively influenced the financial condition of the majority of the companies operating in Indonesia. PT. X as an Indonesian mining contractor is currently facing financial distress due to its incapability to sustain its healthy cash flow. Debt restructuring is one method for PT. X to escape and restore its financial position during the pandemic. This paper offers managerial recommendations for debt restructuring alternatives by forecasting the Net Present Values using Monte Carlo Simulation with cash flow volatility as the basis of analysis. Three alternatives, such as debt to equity swap, asset liquidation, and debt rescheduling, are considered as the most viable options for PT. X. The results of the simulation showed that Debt to Equity Swap generates the highest Net Present Value of Rp 23 billion, whereas rescheduling and asset liquidation only yields Rp 22 billion and Rp 21 billion respectively. Furthermore, to look for the best outcome in the future, other restructuring methods should be taken into consideration according to the capabilities of the company.