Sejak tahun 2000-an, proliferasi FTA pun bermunculan yang dibentuk oleh berbagai negara di dunia. Banyaknya FTA bilateral yang terbentuk pun bervariasi, tidak hanya antar negara maju, tetapi juga antara negara maju dan berkembang. Berbagai literatur menunjukkan bahwa terdapat konsekuensi secara ekonomi yang dihadapi oleh negara berkembang di dalam membentuk FTA dengan negara maju. Meskipun demikian, Vietnam sebagai negara berkembang bersepakat untuk melakukan FTA Bilateral dengan EU sebagai negara maju. Berdasarkan latar belakang tersebut, studi ini menganalisis faktor internasional dan domestik yang mendorong pembentukan EVFTA dari sudut pandang Vietnam. Melalui teori competitive regionalism oleh Solis dan Katada dan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus tunggal, penelitian ini menunjukkan bagaimana Vietnam membentuk EVFTA sebagai tindakan yang strategis di dalam skenario kompetisi yang diinisiasi oleh tindakan awal kompetitor, yaitu Tiongkok. Terlebih lagi, tulisan ini juga menguraikan elemen multidimensional seperti ekonomi, politik, dan legal, yang memotivasi Vietnam untuk membentuk FTA bilateral dengan EU. Melalui penelitian ini, tampak bahwa Vietnam membentuk EVFTA tidak hanya sebagai instrumen ekonomi, tetapi juga instrumen politik. Berdasarkan temuan tersebut, tulisan ini berkontribusi dalam pembahasan motivasi politik di dalam suatu pembentukan kebijakan ekonomi, sekaligus memperkaya literatur tentang hubungan kerja sama antara Vietnam dan EU.
Since the 2000s, the proliferation of FTAs has emerged, followed by various countries in the world. The number of bilateral FTAs formed also varies, not only among developed countries, but also between developed and developing countries. Various literatures show that there are economic consequences faced by developing countries in forming FTAs with developed countries. Nevertheless, Vietnam as a developing country agreed to carry out a Bilateral FTA with the EU as a developed country. Based on this background, this study analyzes the international and domestic factors that drive the establishment of EVFTA from Vietnam's point of view. Using theory of competitive regionalism by Solis and Katada and a qualitative approach with single case study method, this paper shows how Vietnam formed EVFTA as a strategic action in a competition scenario initiated by the competitor's initial action, namely China. Moreover, this paper also describes multidimensional elements; economic, political, and legal, which motivated Vietnam to form a bilateral FTA with the EU. Through this research, it appears that Vietnam formed EVFTA not only as an economic instrument, but also a political instrument. Based on these findings, this paper contributes to the discussion of political motivations in the formation of economic policy, as well as enriches the literature on the relationship between Vietnam and the EU.