Modal bagi suatu usaha merupakan kunci meraih kesuksesan, namun sumber modal yang tersedia tidak diperuntukan bagi perusahaan pada tahap awal perkembangan. Sebagai jawaban atas kebutuhan modal bagi perusahaan yang baru berkembang, hadir pembiayaan utang ventura (venture debt) yang merupakan versi hibrida dari pembiayaan ekuitas dan kredit. Namun sayangnya utang ventura belum dipraktikan secara masif di Indonesia, hal ini terjadi salah satunya karena ketiadaan regulasi maupun panduan dari otoritas terkait mengenai penyelenggaraan utang ventura di Indonesia. Skripsi ini menggunakan bentuk penelitian yuridis-normatif, dengan tipe deskriptif dan metode kualitatif. Hasil penelitian skripsi menyimpulkan bahwa utang ventura merupakan pembiayaan yang efisien, yang bertujuan untuk mengurangi dilusi kepemilikan dengan memperpanjang landasan arus kas perusahaan dan memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mendapatkan pendanaan dengan nilai valuasi lebih tinggi. Pada praktiknya di Indonesia, utang ventura menggunakan regulasi Perusahaan Modal Ventura (PMV) dan Perusahaan Pembiayaan. Namun kedua pengaturan tersebut belum dapat mengakomodir kebutuhan praktik utang ventura karena terdapat perbedaan karakteristik antara utang ventura dengan jenis-jenis kegiatan usaha dalam kedua regulasi tersebut. Jika dibandingkan dengan India, penerapan utang ventura di Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan yang ditinjau dari pengaturan dan penyelenggaraannya. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan otoritas terkait dapat menyediakan regulasi maupun panduan khusus yang mengatur mengenai utang ventura di Indonesia, agar tidak dipersamakan dengan modal ventura maupun kredit perbankan, sekaligus untuk menghindari risiko-risiko yang dapat merugikan para pihak dalam perjanjian utang ventura di kemudian hari.

---

Capital for a business is the key to success, but most of capital sources is not available for an early-growth stage company (startup). Venture debt emerge as a preferred funding option for those companies with a form of financing that lies at the intersection of venture capital and traditional debt. Unfortunately, venture debt has not been practiced massively in Indonesia due to the absence of regulation and guidelines from the relevant authorities regarding the implementation of venture debt. This thesis uses normative juridical form of research with descriptive type dan qualitative method. The results of this study concluded that venture debt is an equity efficient way to raise money: it limits equity dilution by prolonging runways and allowing entrepreneurs and investors to raise equity at the next funding round at a higher valuation. Venture debt implementation in Indonesia uses the regulations of Venture Capital Companies and Financing Companies. However, these regulations unable to accommodate the needs of venture debt in practice, due to the differences between venture debt characteristics and business activities characteristics regulated under those regulations. India and Indonesia have some similarities and differences in venture debt implementation and arrangement. Thus, suggestions to relevant authorities to provide specific regulations and guidelines governing venture debt in Indonesia, so that venture debt not equated with venture capital or bank credit and to avoid risks that could harm any parties involve in future venture debt contracts.