Pendirian benteng VOC di pesisir utara Jawa berawal dari kontrak politik antara Mataram dengan kompeni. Keberadaannya secara tidak langsung telah memicu perubahan ekonomi dan politik di Surabaya. Benteng yang awalnya berfungsi sebagai sarana pertahanan, kemudian bergeser menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan. Pembahasan tentang awal perkembangan Surabaya lebih banyak bermula dari permukiman-permukiman kolonial yang menjamur pada abad ke-19, padahal perubahan sudah mulai tampak ketika VOC berkedudukan di Surabaya. VOC mengawalinya dengan pembangunan benteng dan perbaikan infrastruktur, yang kemudian memicu pertumbuhan ekonomi dan mendorong perubahan politik secara masif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perubahan ekonomi dan politik Surabaya di bawah hegemoni VOC. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah dengan sumber berupa arsip, peta, dan surat-surat VOC dari abad ke-18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan benteng berdampak secara ekonomi, yaitu meningkatkan aktivitas perdagangan, bahkan memicu terbentuknya permukiman orang-orang Tionghoa. Kemajuan secara politik tumbuh dari benteng yang menjadi pusat pemerintahan Java’s Oosthoek. Surabaya dipilih sebagai tempat didirikanya kediaman resmi gezaghebber, sekaligus pusat pemerintahan dan tempat pelantikan bupatibupati daerah sekitarnya.
The establishment of the VOC fortress on the north coast of Java originated from a political contract between Mataram and the Company. Its presence has indirectly led to economic and political changes in Surabaya. The fort, which initially served as a means of defense, shifted to become a center for trade and government. Discussions about the early development of Surabaya mainly stem from the colonial settlements that mushroomed in the 19th century. Even though changes had already emerged when the VOC was based in Surabaya, which started with constructing a fort and infrastructure improvements, subsequently generating economic growth, and encouraging massive political change. The study aims to describe the economic and political changes in Surabaya under VOC hegemony. It used historical research, which sources are taken from archives, maps, and VOC letters from the 18th century. The study results show that the fort has an economic impact, namely increasing trading activities and triggering the formation of Chinese settlements. Political development grew from the fortress, which became the center of Java’s Oosthoek government. Surabaya was chosen as the location for the gezaghebber’s official residence, the seat of government, and the place for the inauguration of the regents in the vicinity.