Pemerintah Hindia Belanda menggunakan brosur sebagai media untuk menggambarkan Bali kepada dunia. Penelitian
ini akan memperlihatkan bagaimana pemerintah Hindia Belanda menggambarkan Bali sebagai tujuan pariwisata di
Hindia Belanda diwakilkan dengan delapan brosur yang diunggah oleh Cra-gallery.nl dan bagaimana makna dari
setiap tanda dimaksudkan untuk menunjukan keindahan Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan teknik studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik Ferdinand de
Saussure yang membagi bentuk fisik menjadi dua yakni Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gambaran Bali yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda membawa dampak positif
terhadap pariwisata Bali serta kebijakan etis “Baliseering” atau Balinisasi sukses membangun gambaran baru Bali
hingga dikenal sebagai pulau yang berbudaya.
Dutch East Indies government was used brochures as a medium to describe Balinese to the world. This research willreveal how the Dutch East Indies government described Bali as a tourism destination in the Dutch East Indies represtby eight brochures which uploaded by Cra-gallery.nl and how the significance of each sign is intended to show thebeauty of Bali. The method use in this research is a qualitative method with literature study techniques. This researchuse the Ferdinand de Saussure’s semiotic theory which divides the sign into two, the Signifier and the Signified. Theresults of this research indicate that the image of Balinese which formed by the Dutch East Indies government had apositive impact on Bali tourism and Baliseering the ethical policy of or Balinization succeeded in building a newimage of Bali so that to be known as a Cultured Island