Terorisme melalui ruang virtual (cyberspace) saat ini menjadi ancaman yang
berdampak besar ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelompok dan
jaringan terorisme memanfaatkan penggunaan akses internet untuk mendukung
kegiatan mereka, salah satunya ialah aktivitas pendanaan terorisme melalui
crowdfunding. Penelitian ini mencoba melihat secara utuh mengenai perkembangan
ancaman pendanaan terorisme melalui crowdfunding, serta bagaimana pendekatan
intelijen strategis yang tepat untuk melakukan disrupsi terhadap perkembangan
ancaman tersebut. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode pendekatan
kualitatif. Kerangka analisis yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini ialah
dengan menggunakan basis teori jarum hipodermik (hypodermic needle theory),
analisis PESTLE (Politic, Economic, Social, Technology, Legal, and Environment),
serta analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oportunity, and Threat). Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan tiga pengembangan strategi yang perlu dilakukan Pemerintah
RI untuk mendisrupsi pendanaan terorisme melalui crowdfunding, yakni: a.
Pengembangan pemanfaatan pemetaan analisis berbasis resiko, dan strategic
foresight terhadap perkembangan terorisme dan pendanaan terorisme, yang bertujuan
untuk mengklasifikasikan prioritas penanganan pencegahan dan pemberantasan
pendanaan terorisme baik di level strategis hingga di level teknis; b. Pemanfaatan
watchlist yang menyeluruh dan terintegrasi; c. Optimalisasi upaya pemblokiran aset
secara serta merta sebagai wujud tindakan pencegahan melalui pencantuman individu
dan entitas terduga teroris dan organisasi teroris, Tindakan ini perlu berfokus pada
penanganan aktivitas kelompok dan jaringan terorisme, serta pendanaan terorisme
yang tidak terkait langsung dengan insiden terorisme.
Terrorism through virtual space (cyberspace) is a threat that has a major impact on thelife of the nation and state. Terrorism groups and networks take advantage from theinternet to support their activities, especially crowdfunding for terrorist financingpurposes. This thesis tries to see the big picture of the development of the threat ofterrorism financing through crowdfunding, and how the strategic intelligenceapproach could disrupt the development of these threats. This research usedqualitative approach for its methodology. The analytical frameworks used in thisstudy are the hypodermic needle theory, PESTLE (Politic, Economic, Social,Technology, Legal, and Environment) analysis, and SWOT (Strength, Weakness,Opportunity, and Threat) analysis. The results of this study suggest that theGovernment of the Republic of Indonesia need to develop three strategies to disruptthe threat of terrorism crowdfunding, which are: a. Developing risk-based mappinganalysis and strategic foresight which aims to classify handling priorities both at thestrategic and technical levels; b. Utilization of comprehensive and integrated terroristnetwork watchlist; c. Optimization the implementation of the freezing assets as aprecautionary measures through the listing of individuals and entities suspected ofterrorists and terrorist organizations. This action needs to focus on handling terrorismand terrorism financing activities that are not directly related to terrorism incidents.