Background: systemic lupus erythematosus (SLE) is still a challenging autoimmune disease, especially in pregnancy setting. An early risk factors awareness of poor pregnancy outcome is important to optimize the outcome of pregnancy in SLE patients. This study was conducted to describe pregnancy outcome and determine the risk factors associated with poor pregnancy outcome in SLE patients.
Methods: a retrospective case-control study of SLE patients with poor and normal pregnancy outcome was performed. Pregnancy histories were reviewed from Dr. Hasan Sadikin General Hospital lupus registry study. The case group was pregnancy with poor outcome, defined as abortion, premature birth, stillbirth, intrauterine growth restriction (IUGR) and neonatal death. The control group was pregnancy with good outcome, defined as live birth and full term.
Results: a total of 84 SLE patients were enrolled in this study with 109 pregnancies after SLE diagnosis. The median age of subjects at the time of pregnancy was 28 (25-32) years old. Poor pregnancy outcome comprising 22.9% abortion, 14.7% premature birth, 5.5% stillbirth, 1.8% IUGR and 4.6% neonatal death. There was a significant difference in the number of planned pregnancy (P=0.011) between groups with poor and good outcome. Clinical variables significantly associated with poor pregnancy outcome were lupus nephritis (OR = 4.813, 95% CI 1.709 - 13.557, P = 0.003) and neuropsychiatric SLE (OR = 5.045, 95% CI 1.278 - 19.920, P = 0.021).
Conclusion: the pregnancy in SLE patient should be planned to have better outcome. Lupus nephritis and neuropsychiatric (NP) SLE were risk factors for poor pregnancy outcome in SLE patient.
Latar belakang: lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun kompleks yang membutuhkan penanganan khusus, terutama saat kehamilan. Kesadaran akan faktor-faktor yang menyebabkan luaran kehamilan yang buruk penting untuk optimalisasi luaran kehamilan pada pasien LES. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai luaran kehamilan dan faktor risiko yang berhubungan dengan buruknya luaran kehamilan pada pasien LES. Metode: penelitian kasus-kontrol retrospektif dilakukan pada pasien LES dengan berbagai luaran kehamilan. Riwayat dan komplikasi kehamilan diketahui dari data registri lupus di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kelompok kasus berupa kehamilan dengan luaran yang buruk; yaitu aborsi, kelahiran prematur, lahir mati, pertumbuhan janin terhambat (PJT), dan kematian neonatal. Kelompok kontrol berupa kehamilan dengan luaran yang baik yakni lahir hidup dan cukup bulan. Hasil: Total 84 pasien LES terlibat di dalam penelitian ini dengan 109 data kehamilan setelah diagnosis LES. Median usia subjek pada saat kehamilan adalah 28 (25-32) tahun. Luaran kehamilan yang buruk terdiri dari 22,9% abortus, 14,7% kelahiran prematur, 5,5% lahir mati, 1,8% PJT, dan 4,6% kematian neonatal. Kelompok kasus dan kontrol memiliki perbedaan yang bermakna dalam hal jumlah kehamilan terencana (P=0,011). Luaran kehamilan yang buruk dalam penelitian ini berhubungan dengan lupus nefritis (OR = 4,813, 95% CI 1,709 – 13,557, P = 0,003) dan SLE neuropsikiatri (OR = 5,045, 95% CI 1,278 – 19,920, P = 0,021). Kesimpulan: perencanaan kehamilan diperlukan untuk mendapatkan luaran kehamilan yang lebih baik. Nefritis dan neuropsikiatri lupus merupakan faktor risiko bagi terjadinya luaran kehamilan yang buruk