Perubahan sistem politik, sebaran teknologi informasi, dan modus komunikasi berdampak terhadap praktik kepemimpinan di Indonesia. Model kepemimpinan menjadi mekanisme digital karena disokong oleh program desain grafis, pengumpulan sampling, dan struktur birokrasi formal. Impersonalitas adalah jebakan untuk menghapuskan nilai humanitas dalam kepemimpinan. Konsep impersonalitas dan humanitas itu akan direfleksikan terhadap semboyan "Ora Korupsi Ora Ngapusi" yang digunakan di Jawa Tengah periode 2013-2018. Analisis didasarkan pada penandaan semiotik Richard Rorty dan direfleksikan secara penafsiran dan interpretasi-atau disebut secara hermeneutis. Temuan yang diperoleh, semboyan tersebut menghasilkan empat penandaan humanitas. Pertama, sebagai medium komunikasi dengan pendengar yang telah diidentifikasi sebagai orang Jawa. Kedua sebagai medium tanda yang memuat nilai tertentu. Ketiga sebagai simbol yang berisi pesan-pesan yang menggambarkan sikap yang tegas. Keempat sebagai medium strategi, yakni kemampuan membedakan diri dengan para pesaing. Direkomendasikan, kepemimpinan tidak berhenti pada penciptaan nilai. Sebagai strategi kepemimpinan, semboyan tersebut mestinya harus bisa diterapkan dalam proyek internalisasi nilai-nilai dari pemimpin kepada anggota agar bisa keluar dari impersonalitas.