[
ABSTRAKIdentitas sebuah kelompok dapat ditunjukkan melalui berbagai cara, mulai dari cara berpakaian hingga perwujudan secara arsitektural. Jika dilihat dari segi arsitektural, perwujudan fisik bangunan dilakukan untuk memperjelas batas teritori sebuah kelompok, dimana perwujudan fisik ini dilakukan dengan melakukan personalisasi pada teritori untuk menunjukkan identitas kelompok dan menunjukkan suatu ide akan kepemilikan tempat. Pada kehidupan bermasyarakat, kita pasti akan mengalami momen dimana kepentingan satu sama lain akan saling tumpang tindih, yang mau tidak mau kita harus memasuki teritori suatu individu atau kelompok. Namun, terkadang kita pernah mengalami rasa takut atau segan di dalam sebuah ruangan atau bangunan, dimana tanpa kita sadari, kita menunjukkan suatu perilaku non verbal untuk mengekspresikan perasaan tersebut. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, dan arsitektur menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Personalisasi pada fisik bangunan terkadang dilakukan dengan memikirkan tujuan pribadi suatu kelompok, yaitu menunjukan identitas dan kepemilikan akan suatu tempat, namun seberapa penting suatu tempat bagi sebuah kelompok, pada dasarnya tetap berada di lingkungan publik yang mengharuskan sebuah tempat atau bangunan harus tetap ramah kepada publik. Sayangnya, seiring dengan berkembangnya zaman, arsitektur di Indonesia terlihat semakin egois, yang ditunjukkan dengan fungsi bangunan yang secara hakikat diperuntukkan bagi publik, terlihat hanya terfokus dengan bagaimana mereka menunjukkan identitas bangunan agar dapat menarik perhatian orang sebanyaknya untuk masuk ke dalam bangunan itu, namun tetap menegaskan kepemilikan suatu tempat yang seolah memilih siapa saja yang pantas untuk masuk ke dalam tempat tersebut.
Dapat disimpulkan, perwujudan fisik sebuah teritori komunitas berpengaruh terhadap perilaku seseorang, khususnya orang yang bukan menjadi bagian dari komunitas. Hal ini membuktikan, bangunan bukanlah hanya perwujudan identitas pemiliknya, melainkan sebuah simbol bagi publik yang dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap sebuah bangunan atau lingkungan.
ABSTRACT, The identity of a group can be demonstrated through a variety of ways, rangingfrom how to dress to an architectural manifestation. In architectural terms,building physical manifestation is made to clarify the boundaries of a group‟sterritorial, in which it is made by personalizing the territory to indicating theidentity of the group and to show the idea of a place‟s ownership.In public life, we will be facing a moment where the interests of one and anotherwill be overlapping, and inevitably we have to enter the particular territory.However, sometimes we feel fear or reluctant in a room or building,unconsciously, we show a non-verbal behavior to express these feelings. Thesecan be influenced by various factors, and architecture became one of the factorsthat influence a person's behavior.Personalization on the physical building, sometimes, is only thinking aboutpersonal goals, such as to show their identity and ownership of the place, but howimportant is a place for a group, basically they still remain in a publicenvironment which they should be friendly to the public. Unfortunately, alongwith the development of the times, the architecture in Indonesia looks increasinglyselfish, as indicated by function of the buildings that supposed to be dedicated tothe public, however, it looks only focusing with how to show their identity inorder to attract people's attention as much as they can, but they still emphasize tothe ownership of a place that seems to choose who deserves to get into the venue.It can be concluded, the physical manifestation of a community‟s territory affectsperson‟s behavior, especially someone who is not a part of the community. Thisproves, building is not only a manifestation of the identity of the owner, but as asymbol for the public that can influence their perception of a building orenvironment.]