Kebun Binatang Ragunan Jakarta sebagai kebun binatang pertama dan terbesar di Indonesia senantiasa berupaya menjaga penampilan dirinya. Menjaga penampilan di sini dimaksudkan dalam arti yang sangat luas. Termasuk pula infrastruktur organisasi meski masih banyak terbentur pada hal-hal ofisial. Tentu saja demikian mengingat organisasi tersebut berada di bawah wewenang Pemerintah DKI Jakarta sebagai Badan Pengelola (BP). Pada kapasitasnya, Kebun Binatang Ragunan seharusnya memiliki daya tarik yang relatif besar untuk berbagai kalangan maupun lapisan khalayak Indonesia. Atau dari sudut yang lain dapat dikatakan bahwa pangsa pasar potensial (hot prospect) Kebun Binatang Ragunan adalah sangat besar. Namun pada kenyataan angka-angka statistik yang berhasil dikumpulkan oleh Kebun Binatang Ragunan, terlihat bahwa potensi tersebut dan kenyataannya belum seimbang. Usaha-usaha untuk memperkecil ketimpangan angka statistik tersebut boleh dikatakan cukup aktif dan gencar. Sisi inilah yang ingin diangkat dalam penelitian ini. Dengan menggunakan teori persepsi yang dikemukakan David A. Raker dan John G. Myers, penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana persepsi pengunjung dalam menanggapi usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak Kebun Binatang Ragunan, khususnya Bagian Bina Program dan Promosi. Metodologi yang dipilih untuk merealisasikan hal ini adalah survey sampel yang dilakukan dengan menggunakan accidental sampling pada 100 orang responden yang ditemui peneliti di lokasi (Kebun Binatang Ragunan). Ditambah dengan wawancara dengan beberapa nara sumber dari Badan Pengelola Kebun Binatang Ragunan, semua data kuantitatif dari lapangan dirangkum menjadi sate dengan data kualitatif. Dalam penelitian deskriptif ini, diharapkan diperoleh gambaran tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak Kebun Binatang Ragunan dalam meningkatkan jumlah pengunjungnya sekaligus persepsi pengunjung terhadap usaha-usaha tersebut. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada tingkat Perhatian dan Penafsiran pengunjung terhadap Kebun Binatang Ragunan relatif tinggi, sementara pada tahapan Pengetahuan lebih rendah dibanding dua tahapan yang pertama.